Spoiled Wife, Bad President - Bab 1221 Tapi Aku Tetap Marah

“Oh,” jawab Amanda Mu.

Ricky Mo juga berkata: "Aku juga ingin bahwa mulai besok, kamu setiap hari harus pergi bekerja ke Perusahaan Mo, "The Lost City" sedang dalam tahap persiapan awal, dan kamu juga harus pergi menghadiri rapat Shengding Entertainment Group, jadi kita bisa pergi bersama pada pagi hari. "

Amanda Mu menoleh melihat Ricky Mo, lalu tiba-tiba tersenyum, "Ya."

Ricky Mo sedikit mengerutkan alisnya, memikirkan apa lagi yang bisa ia katakan.

Dia merenung sejenak, lalu berbicara tentang Robert Fu.

"Robert memukuli seorang pria di Jade Imperial. Meskipun dia tidak sampai kehilangan nyawa, tapi orang itu juga masuk ke ICU. Saat aku pergi, James telah menarik pria itu keluar, dan masalah ini diselesaikan dengan cepat.."

"Ya." Amanda Mu mengangguk dan bertanya, "Apakah ada yang ingin kamu bicarakan lagi?"

Keduanya mengobrol sepanjang jalan, dan sekarang mereka telah tiba di depan pintu kamar tidur.

Setelah Ricky Mo membuka pintu dan masuk, dia menoleh melihat Amanda Mu.

Setelah Amanda Mu menggantung mantelnya, dia menoleh ke arahnya: "Ada yang ingin kukatakan padamu."

Ricky Mo duduk di samping tempat tidur.

Amanda Mu berjalan ke arahnya, berlutut di karpet di samping tempat tidur, meletakkan dagunya di atas lutut, menatapnya, dan berkata dengan lembut, "Tapi aku setelah bilang kamu tidak boleh marah."

Setelah dia menunjukkan sikap yang baik, Ricky Mo tahu bahwa apa yang akan dia katakan selanjutnya bukanlah hal yang baik.

Setidaknya bukan hal baik yang membuatnya merasa senang.

Dia tidak berbicara, tetapi menatapnya dengan tenang dengan mata tertunduk.

Amanda Mu juga tidak membuka suara, sepertinya mau menunggu jawabannya.

Ricky Mo melihat kegigihannya, dan kemudian perlahan berkata, "Kamu katakan dulu apa yang ingin kamu katakan."

Sikapnya jelas, jika itu sesuatu yang membuatnya tidak bahagia, dia tetap harus marah.

Amanda Mu memberi isyarat kepada Ricky Mo untuk mendatanginya dengan jarinya, menyuruhnya untuk menundukkan kepalanya lebih rendah.

Ricky Mo menunduk patuh, dia berdiri tegak dan memberinya ciuman.

Ricky Mo mengerutkan bibir bawahnya, lalu menundukkan wajahnya lagi. Amanda Mu sengaja membuatnya senang.

Khawatir dia akan marah setelah mendengar apa yang akan dia katakan selanjutnya, jadi itu sebabnya dia melakukan hal tersebut.

Amanda Mu benar-benar melakukannya agar Ricky Mo merasa senang.

Ricky Mo tidak duduk lagi, ia langsung menegakkan tubuhnya, menekan gerakan pinggangnya, menjaga jarak untuk bernapas darinya, dan berkata, "Bicaralah, ada apa."

"Aku pergi menemui Kenzo."

Begitu Amanda Mu selesai berbicara, ekspresi Ricky Mo seketika menjadi suram.

Dia tahu itu akan terjadi.

Dia menggenggam tangan Ricky Mo, melembutkan nada bicaranya dan lanjut berkata kepadanya: "Dia berkelahi dengan Ericko, tapi dia kalah, Ericko Xie ingin membunuhnya. Aku ... aku membantunya."

Dia dengan hati-hati mengamati ekspresi Ricky Mo, ketika dia menyadari bahwa ekspresinya tidak benar, dia pun bergegas menciumnya hingga Ricky Mo senang!

“Kenapa membantunya?” Ricky Mo menegakkan tubuh, ekspresinya acuh tak acuh.

Amanda Mu tahu dia marah, tapi tidak bisa membedakan emosi di matanya, apalagi sampai sejauh mana kemarahannya.

Namun, jika dia bisa menanyakan alasannya dengan tenang seperti ini, itu menunjukkan bahwa dia masih bisa mendengarnya.

Amanda Mu juga lega, dan berkata sesuai dengan pikiran benaknya sendiri: "Jika dia tidak menyelamatkan aku pada saat itu, mungkin aku juga tidak akan hidup sampai sekarang. Oleh karena itu, aku selalu berhutang nyawa kepadanya, sekarang kebetulan aku bisa membalas kebaikan ini. "

Amanda Mu menatapnya dengan gugup.

Ricky Mo terdiam cukup lama, sebelum membalik tangan dan menggenggam tangannya, ia pun berkata dengan suara lembut, "Aku rasa hal ini boleh dilakukan, tapi aku tetap marah."

Mata Amanda Mu membelalak: "Kenapa marah?"

“Jika kamu pergi menemui mereka sendirian, aku akan khawatir.” Nada bicara yang tenang menyembunyikan kelembutan yang membuat jantung berdebar.