Istri ke-7 - Bab 204 Rebutan Istri (2)

Saat pulang ke rumah, Jesslyn yang bermain-main dengan anjing di halaman depan pun langsung berlari kepadanya: "Ibu, kamu kemana? Aku dan ayah sedang menunggumu."

Tubuh kecilnya pun menyentuh kakinya, sentuhan itu menghangatkan hatinya, dia menunduk dan melihat Jesslynnya. Dia pun jongkok dan memeluk Jesslyn, mengusap kepalanya dan berkata: "Maaf, ibu hanya keluar sebentar."

"Ibu, ibu kenapa?" Merasakan suara tangisannya, Jesslyn pun keluar dari pelukannya, dan menatapnya.

"Tidak apa-apa, ibu hanya merasa sangat senang melihat Jesslyn." Josephine mengelus wajah Jesslyn, melihat wajahnya yang sangat mirip dengannya, dan memikirkan perkataan Claudius.

Bagaimana mungkin Jesslyn bukan anak kandungnya? Jelas-jelas sangat mirip dengannya, dan dekat dengannya, kebiasaan makan dan bicara saja hampir sama. Dia sama sekali tidak pernah meragukan identitas anaknya, sekarang juga dia tidak ingin curiga.

Dia memeluk Jesslyn kembali, mengelus kepalanya dan tersenyum: "Jesslyn anak ibu yang baik."

Jesslyn senang dan mengangguk: "Jesslyn juga anak ayah yang baik."

"Benar, Jesslyn anak ayah dan ibu yang baik." Josephine mengangguk.

Setelah beberapa saat, Josephine pun melepaskannya dan berdiri, saat mengangkat kepalanya dia melihat Marco Qiao yang tidak tahu sejak kapan keluar dari rumah, saat ini sedang menatapnya dengan ekspresi datar.

Josephine kaget lalu berjalan kesana dan bertanya: "Kenapa kalian begitu cepat pulangnya?"

"Kamu pergi kemana? Kenapa tidak mengangkat telepon?" Marco menatapnya.

"Aku..." Josephine terdiam, saat ini dia tidak tahu apakah harus memberitahunya kalau dia pergi bertemu Claudius.

Marco pun melanjutkan: "Kamu pasti bertemu Claudius?"

Ternyata dia tahu! Josephine menatapnya dan berkata: "Kenapa kamu bisa tahu?"

"Ekspresimu sudah sangat jelas." Marco berkata: "Selain dia, siapa lagi yang bisa membuat perasaanmu bergejolak seperti ini?"

Marco Qiao berjalan maju, pandangannya pun semakin tajam: "Apakah dia masih menggunakan alasannya itu untuk membuatmu merasa kasihan, kamu terharu? mulai..."

"Tidak!" Josephine memotong perkataannya: "Marco, kamu jangan berpikir sembarangan, bagaimana mungkin aku terharu karena alasannya? Aku bertemu dengannya hanya untuk mengambil kembali cincinku, sungguh, kamu lihat..."

Dia menunjukkan tangan kanannya ke hadapan Marco: "Kamu lihat, saat itu aku memang menghilangkannya di kantor mereka, akhir-akhir ini dia menemukannya dan mengembalikan kepadaku."

"Kenapa harus pergi begitu lama? Kenapa harus mengambilnya sendiri?" Marco Qiao marah.

"Karena..." Josephine membisu.

"Apakah dia terus mendekatimu? Dan mengatakan hal yang aneh kepadamu?" Marco terus bertanya.

Josephine pun ragu, lalu berlutut dan menarik kedua tangannya: "Marco, maafkan aku, aku tidak seharusnya pergi sendiri, kamu jangan marah oke?"

"Baru saja pulang berapa hari, kamu langsung begitu dekat dengan pria lain, kenapa aku tidak marah?"

"Aku tidak ada apa-apa dengannya, hari ini juga aku sudah berjanji kepadanya ini adalah pertemuan terakhir, Marco, besok kita sudah mau keluar negeri, kamu masih tidak percaya denganku?"

Melihat ekspresinya yang panik, dia bertanya: "Kalau kamu tidak ada apa-apa dengannya, kenapa tadi harus nangis, kenapa setiap kali setelah bertemu dengannya kamu pasti tidak tenang? Melihatmu begini bagaimana mungkin aku bisa tenang?"

"Aku.., hanya merasa sedikit tersentuh."

"Tersentuh apa?"

"Marco, jangan tanyakan lagi oke?" Josephine menatapnya dan bertanya: "Kalau setiap hari ada orang yang selalu mencarimu dan mengatakan cerita-cerita sedih kepadamu, perasaanmu juga pasti akan kacau bukan? Hari ini aku sudah memberitahunya dengan jelas, aku bukan mantan istri yang sedang dicarinya, dan kita juga akan segera keluar negeri."

"Dia juga mengatakan kalau Jesslyn bukan anak kandungku, mendengar perkataan ini bagaimana mungkin aku bisa tenang?"

"Dia bilang kalau Jesslyn bukan anakmu?"

"Iya..."

"Kamu percaya?"

"Aku tentu saja tidak percaya." Josephine pun memeluk Jesslyn: "Masa dia tidak tahu Jesslyn itu anaknya atau bukan? Bagaimana mungkin aku percaya?"

Marco Qiao pun menarik nafas dan berkata: "Baguslah kalau kamu tidak percaya, ingat, Jesslyn itu anakmu, ini seratus persen benar."

"Aku percaya." Josephine mengangguk, lalu memegang telapak tangannya dan menatapnya: "Suamiku, tenang saja, semuanya akan berlalu setelah besok, kehidupan kita akan tenang kembali, Claudius tidak akan muncul lagi."

Marco Qiao pun mengangguk, dan menggenggam tangannya: "Maaf Jessie, aku hanya takut kamu akan didekatinya terus lalu meninggalkanku dan Jesslyn, makanya aku sangat panik, aku tidak sengaja marah kepadamu."

"Aku tahu, aku tentu tahu." Josephine mengangguk.

"Baiklah, ayo kita masuk." Josephine menatap mereka berdua: "Kalian berdua masih belum makan ya? Maafkan ibu, ibu masak sekarang ya."

"Ibu, aku sudah sangat lapar." Jesslyn pun tersenyum melihat mereka berdua sudah berbaikan.

"Oke, ibu tahu Jesslyn sudah lapar, ibu akan masak dengan cepat." Josephine pun mencubit wajah kecilnya, lalu melangkah masuk ke dalam rumah."

*******

Keesokan harinya, Claudius menerima telepon asisten Yan, dia mengatakan kalau Josephine sudah ada di bandara.

Claudius pun kaget dan panik: "Bukannya besok?"

"Tidak tahu, mungkin mereka sudah mengganti jadwalnya." Asisten Yan bertanya: "Tuan muda, apa rencanamu?"

"Pesawat jam berapa?"

"Jam sembilan, tapi jam delapan sudah harus boarding."

"Oke, aku tahu." Claudius meletakkan hpnya, lalu mengambil kunci mobil dan melangkah keluar.

Saat turun ke bawah, dia pun langsung berjalan keluar.

"Tuan muda, tidak sarapan dulu?" Tanya kakak He.

"Tidak." Claudius bahkan tidak menoleh.

"Kenapa tidak sarapan?" Juju berjalan turun, menarik lengannya dan bertanya: "Claudius, kerja penting tapi kesehatanmu lebih penting? Makan dulu baru pergi ya."

"Aku ada urusan penting." Claudius melepaskan tangannya lalu melihat jam, sudah hampir jam delapan.

"Claudius..." Juju menariknya kembali, sepertinya tadi dia mendengar telepon dari asisten Yan, melihatnya yang terburu-buru ingin beremu dengannya, dia tentu merasa tidak senang. Tapi dia tidak ada alasan lain untuk menahannya, sampai melihat nenek yang berjalan keluar dari kamar, dia pun sengaja berkata: "Claudius, kalau tidak sarapan nenek pasti marah, makanlah sedikit."

Claudius menatap dingin tangan yang menarik lengannya itu, Juju pun melepaskannya.

Baru saja Claudius ingin beranjak pergi, nenek pun berkata: "Berhenti, siapa yang bilang belum sarapan sudah boleh keluar? Kembali ke meja makan."

"Nenek, aku akan sarapan di luar." Claudius pun langsung berjalan keluar, karena terburu-buru, perintah nenek pun tidak dipedulikannya.

"Dasar anak kurang ajar, sudah tidak peduli lagi dengan neneknya ini." Nenek emosi.

Juju menarik lengannya, menatap mobilnya yang melaju pergi dia pun mengomel: "Tadi asisten Yan menelepon, tuan muda pun langsung pergi, tidak tahu ada masalah apa."

"Asisten Yan lagi?"

"Iya, akhir-akhir ini tuan muda suka bersama asisten Yan, hari itu kan sudah kubilang, saat aku membuka pintu aku melihatnya bermesraan dengan tuan muda, bagaimana mungkin dia bisa kerja dengan baik?"

"Sungguh konyol sekali." Nenek pun marah, menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Juju melihatnya pun hanya bisa kecewa dan berjalan mengikutinya.

*******

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu