Istri ke-7 - Bab 121 Serba salah (1)

"Kak, cepat sini ikut membantu, paman ini sudah mau jatuh." Justin berteriak dari luar.

Josephine melangkah keluar, melihat Justin sedang berusaha menopang tubuh Claudius dengan tubuh kecilnya. Dan Claudius mungkin karena terlalu mabuk, tidak bisa mengontrol keseimbangan tubuhnya.

Tidak ada cara lain, Josephine pun berjalan dengan cepat ke arah Justin, sambil tersenyum bertanya: "Kakak ipar, kamu kenapa minum begitu banyak alkohol? Lihatlah, kamu mabuk sampai tidak bisa berjalan, lebih baik aku membantumu."

Kemudian, Josephine berputar ke sisi lain Claudius dan menopang lengannya, tapi tangannya langsung dikibas oleh Claudius. Claudius berkata dengan datar: "Tidak usah."

"Kakak ipar, kamu kenapa begitu serius, lagipula kakakku juga tidak ada disini." Josephine berkata dengan nada manja khas Shella, kemudian memaksa merangkul lengan Claudius: "Tuan muda Chen..... Aku juga sangat pintar, tidak lebih buruk dari kakakku."

Setelah Claudius dibawa oleh Josephine sampai ke lift, dia pun melirik Josephine: "Kamu dan Tuan muda Lee.....benar-benar pasangan sejati."

"Apa maksudmu?"

"Suka melirik orang lain meskipun sudah punya pasangan sendiri." Claudius tertawa mengejek, kemudian menambahkan: "Shella tidak begitu."

Hati Josephine goyah sejenak, namun senyuman menggoda tetap terlihat di wajahnya: "Itu karena Shella sudah mendapatkan lelaki baik seperti Tuan muda Chen, Tuan muda Lee tidak semenarik Tuan muda Chen..... Hei....."

Tubuh Claudius oyong sejenak, seluruh tubuhnya menimpa ke Josephine, Josephine segera menopang tubuh Claudius. Tubuh mereka berdua menempel sangat dekat, Josephine bahkan bisa mencium bau alkohol di tubuh Claudius.

Hati Josephine melembek, sudah sangat lama Josephine tidak sedekat ini dengan Claudius, selain kemarin bertemu sebentar, dia juga sudah sangat lama tidak melihat Claudius baik-baik, dia sadar di dalam hatinya dia tidak benci berdekatan dengan Claudius, meskipun Claudius sudah mabuk parah.

Josephine berusaha menenangkan hatinya, mendongak dan berkata dengan hati-hati: "Tuan muda Chen, lift sudah tiba, apakah kamu bisa berdiri tegak?"

Melihat Claudius tidak bereaksi, Josephine pun menyiku pinggang Claudius, Claudius akhirnya sadar.

Dengan susah payah Josephine membawanya pulang ke apartemennya, Josephine tiba-tiba menyadari sesuatu, dia sepertinya membuka pintu apartemen Claudius sendiri dengan memasukkan kata sandi.

Dulu dia pernah menginap disini selama satu malam, tahu kata sandi apartemen ini, tadi karena Claudius terlalu berat dan dia ingin cepat membawanya masuk ke apartemen, Josephine pun langsung memasukkan kata sandinya.

"Apa yang terjadi?" Rose mendengar suara di depan pintu, dia membuka pintu dan mendengar suara Justin dari apartemen Claudius, dia pun ikut masuk ke apartemen Claudius.

"Paman ini mabuk, aku dan kakak menopangnya pulang." Justin berkata sambil menunjuk ke arah Claudius yang terbaring di atas kasur.

Rose melihat Claudius, kemudian menarik pergelangan tangan Josephine, menariknya sampai ke ruang tamu dan berkata menyalahkan dengan suara kecil: "Josephine, untuk apa kamu mempedulikannya? Kalau sampai keluarga Bai tahu kamu masih berhubungan dengannya, pasti lagi-lagi...."

Rose mungkin trauma dengan apa yang dilakukan Fransiska dan Shella, sekarang dia hanya ingin menghindari mereka, tidak berpikir yang lain.

Josephine tahu dia tidak seharusnya mempedulikan Claudius, tapi......

"Ibu, dia sudah mabuk sampai tidak bisa jalan dengan benar, aku tidak mungkin tidak membantunya, terlebih lagi dia masih penyakitan, bagaimana kalau penyakitnya kambuh di bawah?" Benar, Josephine hanya khawatir padanya, oleh karena itu dia menopangnya dari bawah ke atas meskipun ada resiko ketahuan.

"Itu juga adalah masalah dia sendiri." Rose tetap berkata dengan nada menyalahkan: "Dia sudah sebesar itu, sudah tahu dia sakit, tapi tetap minum begitu banyak, terlebih lagi dia bisa hidup sampai sekarang, artinya dia punya kemampuan bertahan hidup, tidak perlu bantuan orang lain."

"Sudah, bu, aku sudah tahu." Josephine merasa tidak sabar: "Ayo kita pulang."

Rose membawa Justin pulang duluan, ketika Josephine menarik pintu bermaksud menutupnya, dia tetap merasa tidak tenang, jadi dia kembali untuk mengatur suhu ruangan, kemudian dari dispenser mengisi segelas air dan menaruhnya di meja samping kasur Claudius, kemudian meninggalkan roti yang dibelinya tadi, baru dia berbalik badan dan keluar.

Tidur sampai tengah malam, Claudius akhirnya bangun karena kelaparan, dia bangun dari kasur dengan susah payah. di bawah cahaya lampu yang remang dia bisa melihat segelas air yang ada di samping kasurnya, dia tidak peduli bersih atau tidak, dia langsung meneguk habis air itu.

Meskipun tadi malam dia sudah makan di rumah, tapi yang bisa dimuntahkan sudah dia muntahkan, sekarang dia merasa lapar dan haus.

Kemarin malam di pesta alkohol dia tidak hati-hati minum terlalu banyak dan mabuk, kebetulan pesta alkohol tidak jauh dari sini, dia pun memilih kembali kesini dari pesta alkohol untuk istirahat, tidak disangka alkohol import disana kadar alkoholnya sangat tinggi, begitu dia berjalan sampai lantai dasar dia sudah tidak bisa menopang dirinya.

Meskipun ingatan sebelum dia tidur tidak jelas, tapi dia ingat Josephine dan seorang anak lelaki kecil yang memanggil Josephine kakak yang membantunya pulang ke apartemen, tidak disangka bisa-bisanya perempuan yang selalu tidak disukainya yang membawanya pulang.

Claudius menggelengkan kepalanya, berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah mandi air panas, mengganti pakaian yang bersih, rasa mabuknya juga sudah hilang, dia pun berjalan ke ruang tamu, duduk di sofa dan membuka televisi, mulai mengganti saluran televisi dengan remote control.

Jam segini sudah tidak ada acara yang menarik, tapi dia yang baru saja bangun benar-benar tidak bisa kembali tidur lagi, dengan susah payah dia berhasil menemukan film silat Hongkong, dia pun terpaksa melihatnya.

Perasaan lapar lagi-lagi kembali menyerangnya, Claudius mengusap perutnya, jelas-jelas tahu di apartemen yang sudah tidak ditinggali selama satu bulan ini tidak akan ada makanan, tapi dia tetap berjalan ke lemari es dan membuka pintunya.

Di dalam selain beberapa botol minuman dan kaleng bir, tidak ada yang lain lagi, ketika dia menutup pintu lemari es, dia tiba-tiba ingat sepertinya di meja samping kasur ada roti, dia pun berjalan ke arah kamar utama.

Di kamar utama seperti yang diduga ada sebungkus roti tawar, tanggal pembuatannya kemarin, sepertinya Nona Bai sebelumnya yang meninggalkan ini untuknya, tapi..... dia sudah terlalu perhatian, mengingat kelakuannya di lift kemarin, dia berpikir perempuan ini pasti tidak ada akal baik.

Tapi sekarang dia tepat sedang sangat lapar, Claudius juga tidak berpikir terlalu banyak, dia mengambil bungkusan roti dan berjalan menuju ruang tamu.

Claudius bersandar di sofa dengan posisi malas, sambil makan roti di tangannya sambil melihat televisi, tapi ketika dia mengisi perutnya, dan bermaksud mematikan film membosankan ini dan kembali tidur, dari pintu depan tiba-tiba terdengar suara orang menekan kata sandi untuk membuka pintunya, kemudian pintunya pun dibuka dari luar, Josephine yang memakai baju tidur muncul di depan Claudius.

Mereka bertatapan dan membeku.

Claudius tidak menyangka sudah semalam ini, perempuan ini berani-beraninya membuka pintu dan masuk ke apartemennya.

Josephine juga tidak menyangka begitu dia membuka pintu, pemandangan ini yang muncul di depannya, sudah jam segini, Claudius malah duduk malas di sofa dan makan roti sambil nonton televisi.

Semenjak Josephine pulang ke apartemennya sendiri, dia sangat memperhatikan gerakan dari apartemen sebelah, karena Claudius mabuk, Josephine khawatir di tengah malam penyakit Claudius kambuh namun tidak ada orang yang menjaganya, atau terjadi kecelakaan lain.

Ketika Josephine sudah menunggu sampai jam 1 lebih, dia akhirnya mendengar suara gesekan meja, diikuti suara jeritan kesakitan lelaki, dia langsung berpikir bahwa penyakit Claudius kambuh, dia pun langsung turun dari kasurnya dan bergegas kesini.

Dia menatapi Claudius, kemudian melihat layar televisi, seketika menyesal dan menggigit bibirnya, ternyata suara yang dia dengar samar-samar adalah suara televisi.

Apa yang harus dia lakukan? Apakah langsung mundur sekarang juga? Claudius pasti akan curiga, tapi tidak kembali, tengah malam begini dia harus bagaimana menjelaskan perbuatannya sekarang? Dan harus bagaimana berbicara dengan Claudius?

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu