Istri ke-7 - Bab 157 Dunia Milik Berdua (2)

Melihat responnya yang sensitif, Claudius tertawa dengan semakin jahat, jemarinya meremas sebelah satunya, lalu Claudius menggodanya, "Masih bilang tidak mau, dasar wanita yang lain di mulut lain di hati."

"Tidak kok."

"Sebenarnya mau atau tidak?" Tanya Claudius memancingnya.

Josephine menghirup napas pelan, kemudian menutupi wajahnya. "Mau."

Setelah ia berkata demikian, ia tak berani memandang wajah Claudius yang tertawa jahat, di saat yang bersamaan ia juga ingin sekali memotong lidahnya sendiri, benar-benar wanita yang lain di mulut lain di hati!

Claudius memberinya hadiah yang panas bagaikan bara api, membuatnya tak bertenaga bahkan hingga tidak kuat bangun dan mengenakan pakaian.

Claudius memeluk Josephine yang bercucuran keringat, melihat tubuh Josephine yang mengeluarkan warna merah jambu yang menggoda, Claudius tersenyum puas, ia berbisik di telinga Josephine, "Puaskah?"

"Puas sekali," ujarnya mengusap keringat di dahinya dan memandang Claudius, "Aku tidak kuat memakai baju, bantu aku."

Claudius memandang tubuh Josephine yang setengahnya terlilit selimut, kemudian tertawa pelan dan berkata, "Tidak perlu, aku suka tidur sambil memelukmu seperti ini."

"Pakai saja, aku tidak terbiasa tidur telanjang," kata Josephine.

Meskipun Josephine juga senang tidur sambil memeluknya begini, namun ia tak bisa begitu, kalau-kalau Claudius tengah malam kambuh, ia harus mengurusnya sambil memakai baju, akan mempengaruhinya dalam mengawasi Claudius.

"Baiklah, pakailah ini," ujar Claudius mengambil rok tidur yang dilemparnya ke bawah ranjang tadi, sebelah tangannya menarik tubuh Josephine, tangan satunya memakaikan rok itu di tubuhnya, kemudian mengikat ikat pinggangnya.

Tubuh yang sempurna itu hanya tertutup oleh lembaran kain sutra yang tipis, melihat Josephine yang berada di bawah tubuhnya, tenggorokan Claudius tanpa disadari memanas lagi. Dan lagi tampang Josephine yang setengah sadar dan ingin tidur itu, benar-benar menggiurkan.

Melihatnya benar-benar sudah mengantuk, Claudius terpaksa menahan hawa nafsunya, kemudian memeluknya.

Josephine menggeliat di pelukannya, dengan setengah sadar berkata, "Claudius, aku mau mengatakan sesuatu padamu."

"Apa yang mau kau katakan?"

"Barusan ibuku bertanya, kenapa kau tiba-tiba baik sekali kepadaku, apakah mungkin karena ada tujuan tersembunyi? Mungkinkah kau mau membalasku dengan lebih kejam, membuat kebohongan untukku, mungkinkah begitu aku bangun nanti semuanya akan lenyap?" Katanya berusaha keras membuka mata, ingin melihat dengan jelas ekspresi Claudius.

Claudius tertawa dan menggelengkan kepala, ia mencubit Josephine dan berkata, "Kalau begitu coba lihat saja, lihat apakah besok saat kau terbangun semuanya akan lenyap."

"Kalau misalkan tebakan ibuku benar? Aku harus bagaimana?"

"Iya loh, kamu harus bagaimana? Aku juga tidak tahu."

"Aku akan lompat dari atap dengan perasaan hancur."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak mau kehilangan kamu."

"Benarkah?"

"Tak mungkin kau benaran menipuku kan?" Tanya Josephine melihat ekspresi tenang di wajahnya itu, setengah keinginan tidurnya menghilang dalam sekejap, ia keluar dari pelukannya dan duduk, ia memandang Claudius dengan sedikit panik. "Claudius, aku peringatkan kamu, kalau kau menipuku, aku akan membunuhmu dahulu baru melompat dari gedung!"

"Oh aku takut," ujar Claudius sambil membuat gerakan ketakutan.

Josephine menjadi panik, "Yang kukatakan itu serius."

Melihatnya yang panik hingga kelopak matanya memerah itu, Claudius akhirnya tidak menggodanya lagi, ia menariknya kembali ke pelukannya, kemudian mencium helaian rambutnya sambil tertawa. "Kau punya imajinasi yang bagus sekali, kenapa tidak tulis novel saja?"

Josephine memutar baddan dan menghadap padanya. "Maksudmu aku kebanyakan berpikir? Kau tidak melakukan itu?"

"Sayangku, apakah di hatimu aku masih begitu mengerikan dan tak bisa membedakan benar dan salah?" Kata Claudius menciumnya dengan lebih kuat, "Tenang saja, besok begitu bangun kita akan pergi ke ladang lavender yang paling kau suka itu, tak akan ada cerita aneh begitu."

"Benarkah?"

"Iya."

"Terima kasih, suamiku," ujar Josephine berinisiatif mencium bibir Claudius. Claudius mengetuk wajah Josephine dan menatapnya. "Aku sudah menjanjikan hal yang begitu mengharukan, bukankah kau juga harus menjanjikan sesuatu padaku?"

"Apa yang kau mau?"

"Menurutmu?"

"Kalau aku," ujar Josephine lalu berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku akan menemanimu seumur hidup, merawatmu seumur hidup, entah apapun yang akan terjadi ke depannya aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan memberimu seorang anak yang sehat, kemudian kita akan membesarkan mereka, apa yang kau minta tidak akan kulawan, kau menyuruhku menyerahkan nyawaku pun, aku tak akan menggeleng."

Ia memandang Claudius dengan penuh senyuman. "Apa ini cukup?"

"Cukup," ujar Claudius mengangguk, lalu memutar tubuh Josephine, memandangnya dari sudut pandang lain dan berkata, "Aku sudah mengingat semuanya."

"Aku juga," kata Josephine sambil tersenyum lebar, "Tetapi sekarang yang penting malam ini kau harus membiarkanku tidur dengan nyenyak," katanya lalu menangkap dan menarik tangan yang entah sejak kapan menyusup ke dalam roknya itu, ia meletakkan tangan itu di bawah lehernya sebagai bantal, kemudian memejamkan mata.

Claudius tersenyum memeluknya, kemudian memejamkan mata juga.

Keesokan paginya, Claudius dan Josephine berangkat ke Provence, tempat ladang lavender itu berada.

Sejak saat sarapan, Justin terus merengek mau ikut dengan mereka melihat lautan bunga, rengekannya membuat Josephine tidak tega.

Ia merangkul lengan Claudius dan berkata, "Bagaimana kalau kita mengajak Justin, toh hanya melihat pemandangan, tidak perlu banyak tenaga."

Sikap Claudius tetap tegas seperti biasa, ia berkata, "Tidak boleh, kalau ia mau pergi harus menunggu ia benar-benar pulih baru kau bisa menemaninya ke sana, hari ini kau adalah milikku seutuhnya," katanya sambil menunjuk dirinya dengan wajah barbar.

Kemudian Claudius menoleh pada pada Justin, kedua tangannya memegang bahunya lalu berkata dengan serius, "Justin, apa kau tahu dunia milik berdua itu apa?"

"Tidak tahu," jawab Justin sambil menggeleng.

"Dunia milik berdua adalah saat 2 orang yang saling mencintai menghabiskan waktu bersama tanpa orang lain, contohnya aku dan kakakmu, kalau kita tidak memiliki waktu berduaan dengan baik, akibatnya akan sangat parah."

"Apa akibatnya?"

"Misalnya hubunganku dengan kakakmu menjadi tidak baik, kita bisa bercerai, dengan kata lain kita akan berpisah."

"Apa itu seperti kakak ipar Vincent?" Tanya Justin penasaran.

Claudius terhenti, Josephine membalik badan, menahan tawa dan pura-pura tidak dengar.

Rose sudah sangat panik, ia segera menarik Justin dari hadapan Claudius dan meminta maaf, "Tuan Chen, jangan marah, Justin bukannya sengaja memancingmu, jangan marah."

"Bu," kata Josephine memutar bola matanya, kemarin malam sudah ia bilang, tidak perlu setakut itu pada Claudius, tidak perlu memasang tampang tak berdaya begitu.

Claudius berdiri, namun tidak pergi, ia menunjuk kepala Justin dan berkata, "Benar, begitu."

"Kalau begitu nantinya aku tidak akan bertemu dengan kakak ipar lagi?" Tanya Justin sama sekali tidak takut padanya.

"Betul, makanya kau harus mengerti."

Justin berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Kalau begitu baiklah, aku tidak akan pergi."

"Pintar sekali," ujar Claudius sambil mengelus kepala Justin, lalu berbalik dan merangkul bahu Josephine kemudian berjalan ke arah pintu.

Setelah naik ke mobil, Josephine menoleh memandangnya, kemudian mencolek lengannya dan berkata, "Wah, kau tidak marah kan?"

Claudius menggeleng, dengan tampang tak peduli ia mengangkat bahunya. "Kenapa aku harus marah? Sekarang kau milikku seorang."

"Jarang-jarang kamu menelaah kebenaran begini," ujar Josephine merangkul lengannya, lalu menyandarkan wajah kecilnya di bahu Claudius dan berkata, "Tak heran aku semakin menyukaimu, ternyata kau semakin bertambah imut."

Claudius menarik tangannya dari pelukan Josephine, ia menatapnya dan memperingatkan, "Jangan memujiku, aku beri kau waktu 1 bulan, kalau saat itu aku masih mendengar tentang Vincent dari mulutmu atau Justin, aku tak akan segan-segan padamu."

Josephine menyusutkan tubuhnya, dalam hati ia mengira ia benar-benar sudah tidak peduli, ternyata...

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu