Istri ke-7 - Bab 213 Aku Rela Bercerai (2)

Cambuk terpukul ke tubuhnya berkali-kali hingga dia merasakan sakit yang luar biasa. Dia pun berbaring di lantai, menangis dan memohon: "Claudius... Jangan pukul lagi, aku Juju... Dulu kamu pernah berjanji akan menikahi dan menyayangi Juju, sekarang kamu ingin memukulnya hingga mati? Apakah kamu tidak akan menyesal? Tidak akan sedih?"

"Juju yang dulu sudah mati! Aku tidak mengenalinya! Aku tidak kenal dengan wanita berhati ular sepertimu...!" Kedua mata Claudius memerah, dia sama sekali tidak bisa menghentikan cambukannya.

Karena dia adalah Juju, berulang kali dia bersabar dan memaafkannya, tapi wanita ini malah makin berulah, sudah dia peringati berkali-kali tapi dia tidak peduli.

Tiga bulan? Dia tidak bisa menunggu sampai tiga bulan, sekarang dia hanya ingin membunuhnya dan membalas dendam Josephine.

"Kalau Josephine mati, aku tidak akan membiarkanmu hidup!" Dia memperingatinya.

"Claudius... Jangan pukul lagi!" Juju pun menarik cambuknya, menatapnya dan berkata: "Aku tahu aku salah, aku rela menyerah, dan bercerai denganmu tanpa syarat apapun, aku rela merestui kamu dan Josephine... Aku benar-benar salah..."

"Kamu sudah tahu salah?" Claudius berkata: "Kamu tidak tahu. Dulu saat kamu menabrak mereka berdua aku sudah memperingati kamu, tapi kamu tidak mempedulikannya. Kamu mengandalkan nenek dan ingin mencelakakan mereka...!" Claudius merebut cambuknya kembali dan kembali memukulnya. Saat ini dia sudah kehilangan akal, dia tidak bisa menghentikan cambukannya.

Tubuh Juju sudah terluka parah, dia berguling di lantai sambil menjerit, dia pikir nenek akan datang menolongnya, tapi ternyata tidak, tidak ada seorangpun yang berani mencegah tindakan Claudius yang gila ini.

Hingga akhirnya dia tidak bisa bergerak lagi, Claudius baru menghentikan cambukannya.

Dia mendekatinya dan melihatnya, berkata dengan nada dingin: "Lebih baik kamu memohon kepada Tuhan agar Josephine cepat sadar, kalau tidak aku akan kembali lagi dan menghabisi sisa nyawamu ini."

Juju mengangkat kepalanya dengan susah payah, menatapnya: "Claudius... Kamu menyakiti wanita seperti ini, kamu bukan lelaki..."

"Benar, aku bukan lelaki, kalau aku lelaki... Bagaimana mungkin membiarkanmu berkali-kali menyakiti Josephine?" Kedua mata Claudius memerah: "Josephine lebih menderita darimu, sampai sekarang apakah bisa sadar masih tidak tahu..."

"Kalau kamu sangat mencintainya... bercerailah denganku, usir aku dari rumah ini, bukankah kamu lebih tenang...?" Saat masih kesakitan, dia tetap tidak lupa untuk mencari kesempatan melarikan diri dari sini.

Dia berharap Claudius emosi dan langsung menandatangani surat cerai dan mengusirnya dari rumah ini, tapi Claudius tidak melakukannya, dia hanya marah dan menghempaskan cambuk itu ke atas tubuhnya, lalu berkata: "Tenang saja, perceraian dan mengusirmu dari rumah ini cepat lambat akan kulakukan!"

Setelah itu dia kembali ke kamarnya.

Saat Claudius pergi, Maria segera berlari dari tangga menuju kesana, mendekatkan dirinya dan memapahnya naik: "Nyonya, kamu baik-baik saja kan?"

"Aku tidak baik... tidak baik..." Juju berkata: "Maria... Aku ingin bercerai..."

”Nona jangan begitu, tuan muda hanya emosi sesaat, dia tidak akan bercerai denganmu." Maria pun mengangkatnya ke atas ranjang, lalu mengeluarkan kotak obat dari lemari dan mengoleskan ke tubuhnya.

Juju pun menggertakkan giginya, sakit di hatinya lebih sakit dari sakit di tubuhnya.

Selama ini, dia hampir selalu disakiti oleh Claudius, dan cambukan ini... langsung membuat hatinya dingin. Terhadapnya, dia sudah tidak ada harapan apapun, dan tidak berani berharap lagi.

Dia tidak pernah semenyesal ini, menyesal dulu melakukan berbagai cara untuk bisa menikah dengannya, dia mengira dia bisa menggantikan Josephine dan merebut cinta Claudius, mengira dia dan Claudius bisa saling mencintai selamanya. Tidak disangka dibalik cerita kekasih yang ditakdirkan, ada sebuah kejahatan besar.

Sekarang dia hanya ingin cepat-cepat meninggalkan rumah ini, secepatnya...

----------------

Claudius menenangkan dirinya selama beberapa saat, hatinya sudah tidak emosi lagi, dia mengangkat tangan kanannnya, mengingat dirinya yang tadi memukul Juju, dia pun kaget sesaat, seumur hidupnya apakah dia pernah memukul wanita seperti ini?

Dia memejamkan mata, dan memberitahu diri sendiri kalau Juju memang pantas mati, dia yang melukai Josephine dahulu, ini wajar kalau dia memukulnya, ini wajar!

Kalau kali ini masih membiarkannya, maka dia nanti pasti akan terus melukai Josephine, dia tidak boleh memberi kesempatan lagi!

Memukul wanita memang adalah suatu hal yang tidak terpuji, tapi demi Josephine, demi keadilan bagi Josephine, dia tidak peduli.

Mengingat Jesslyn, dia pun berjalan keluar, setelah turun ke bawah, dia memerintah dua satpam di depan pintu: "Kalian jaga Jesslyn dengan baik, jangan sampai dia mengalami masalah lagi dengar tidak?"

"Baik, tuan muda." Satpam pun menjawab dan mengulurkan tangan untuk menghadangnya yang ingin berjalan keluar.

"Ngapain?" Claudius marah dan melototi mereka.

"Nenek sudah bilang, sejak hari ini tuan muda tidak boleh meninggalkan rumah ini selangkahpun." Satpam berkata sopan.

Claudius benar-benar emosi.

"Sekarang aku ada urusan penting." Dia berkata tegas.

"Maaf, kami tidak bisa membiarkan kamu keluar, apalagi... tuan muda tetap tidak bisa keluar, karena gerbang sudah dikunci nenek."

"Kamu bilang apa?"

"Mereka benar." Nenek berjalan keluar dari kamar dan menatapnya: "Sudah kubilang, kalau kamu bersikeras ingin menghukum Juju, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari pintu ini, kamu tidak boleh menghancurkan rencanaku."

"Kamu pikir hal ini bisa disembunyikan?" Claudius marah: "Juju sudah menyakiti nona Yi, kamu pikir keluarga Qiao akan tinggal diam?"

"Kamu tenang saja, asalkan kamu tidak berulah, masalah ini bisa terselesaikan." Kata nenek.

Claudius pun panik dan ingin keluar: "Tolong buka pintunya, aku ada urusan penting."

"Sudah malam begini ada urusan penting apa? Tidak boleh keluar!"

"Nenek...! Apakah kamu benar-benar memaksaku untuk putus hubungan denganmu?"

"Coba kalau kamu berani?"

"Malam ini aku harus keluar!" Claudius berkata pelan.

Melihat ketegasannya, terpaksa nenek berkata: "Aku bisa melepaskanmu, tapi janji jangan urus masalah Juju."

"Aku janji." Kata Claudius emosi.

Nenek pun memberi isyarat kepada kedua satpam itu: "Kalian berdua ikuti tuan muda, jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang tidak pantas dilakukannya."

Kedua satpam pun melihat Claudius dan mengangguk: "Baik, nenek."

"Tidak, kalian berdua harus tetap disini dan menjaga Jesslyn." Kata Claudius.

"Aku bisa jaga Jesslyn." Kata nenek.

Claudius akhirnya tetap tidak bisa melawan nenek, dia pun keluar ditemani dua satpam itu.

Saat kembali ke rumah sakit, Josephine sudah di pindahkan ke ruang perawatan intensif, setelah mencari tahu keadaan Josephine dari dokter dia pun berjalan kesana.

Dari kejauhan dia melihat Marco Qiao duduk di depan pintu, tidak bergerak sama sekali.

Langkah kakinya melambat, tapi dia tetap melangkah kesana, dan duduk di kursi yang berjarak jauh darinya, dua satpam itu pun berdiri di sampingnya.

Claudius berkata kepada dua orang itu: "Aku hanya disini dan tidak pergi kemana-mana, kalian sudah boleh pulang."

"Tuan muda, aku menemanimu disini." Kata satpam.

Claudius sama sekali tidak mempedulikan mereka.

Marco Qiao menatap mereka, dan bertanya: "Mana Jesslyn?"

"Dia sedang tertidur pulas, aku tidak tega membangunkannya." Kata Claudius.

"Kamu tidak perlu datang kesini." kata Marco Qiao lagi.

Claudius juga menatapnya dan berkata: "Kamu juga tidak perlu datang kesini."

"Kalaupun Josephine sudah sadar, dia juga tidak ingin melihatmu."

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Setelah itu Claudius tersenyum: "Tidak peduli apakah dia ingin atau tidak, aku tetap akan menunggunya disini sampai dia sadar, aku masih ingin meminta maaf kepadanya."

Dokter sudah menjelaskan keadaan Josephine tadi, karena kepalanya terluka parah, walaupun sudah keluar dari UGD, tapi masih belum terlepas dari bahaya. Dia yang menyebabkannya menjadi seperti ini, yang diinginkannya hanyalah menemaninya disini, menemaninya melewati saat-saat yang paling penting.

"Aku pikir Josephine seharusnya tidak butuh?" Kata Marco.

"Aku tahu dia tidak butuh." Minta maaf tidak ada gunanya untuknya. Sepertinya sama sekali tidak ada...

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu