Istri ke-7 - Bab 193 Nyonya Sudah Datang (3)

"Jangan terlalu percaya hal-hal begitu, di dunia ini tidak ada terlalu banyak setan dan dewa." Claudius pun menyodorkan tissue untuknya dan menenangkannya: "Cepatlah istirahat, jangan pikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan itu."

"Claudius, kamu akan bawa aku pergi ke Surabaya kan?" Juju menggenggam erat lengannya dan terus menangis.

Claudius pun terpaksa mengangguk setuju karena melihatnya masih menangis.

"Claudius, kamu bilang apa? Maksudmu kamu setuju?" Juju kaget.

"Tidak ada masalah bawa kamu pergi, hanya saja, perjalananku cukup singkat, hanya pergi dua hari, aku takut tidak cukup untukmu."

"Tidak apa-apa, aku hanya pergi melihat nenek, bukan jalan-jalan." Juju pun tertawa: "Makasih, suamiku."

Dia mendekatkan dirinya dan melingkari lehernya, lalu mencium bibirnya.

Bibirnya lembut dan sedikit basah karena terkena air mata.

Claudius melihatnya, di dalam hatinya dia merasa sedikit bersalah, dia pun menarik nafas kecil dan menatapnya: "Juju, apakah kamu merasa kehidupan yang begini berarti untukmu?"

"Apa?" Juju tidak mengerti.

"Maksudku, kalau kamu merasa tidak berarti seperti ini, kamu boleh mengatakannya kepadaku, aku akan memberi kebebasan untukmu." Dia berkata serius.

Juju menatapnya, senyumnya pun semakin memudar, lalu dengan ekspresi yang sedikit tegang dia berkata: "Claudius, kamu bilang apa? Apa maksudnya memberi kebebasan untukku? Kamu mau bercerai denganku?"

"Aku tidak bermaksud begitu." Claudius berkata.

Juju pun langsung emosi dan menggelengkan kepalanya: "Tidak, Claudius, kamu tidak boleh membebaskanku, tidak boleh meninggalkanku, bagaimana dengan penyakitmu? Selama dua tahun ini kesehatanmu sudah jauh membaik, kalau kita bercerai, kamu akan sakit lagi..."

"Juju, kamu tenanglah." Melihatnya emosi Claudius pun memegang erat pundaknya: "Aku sudah bilang, aku tidak akan bercerai denganmu."

"Sungguh?"

"Iya."

"Baguslah." Juju tiba-tiba menangis kencang dan jatuh dalam pelukannya: "Aku pikir kamu akan menyerah dan tidak mempedulikan kesehatanmu lagi."

"Tidak mungkin." Claudius tidak bisa berbuat apa-apa karena melihatnya menangis, dia hanya berharap dia bisa segera menghentikan tangisannya.

"Kalau begitu kamu bisa jatuh cinta pada wanita lain?" Juju mengangkat kepalanya dan bertanya: "Claudius, hatimu sudah mati untuk Josephine, aku tidak berani mengganggumu, hanya bisa menjagamu dan menunggu. Kalau suatu saat kamu mencintai wanita lain, aku akan sedih."

"Tidak, aku tidak akan mencintai wanita lagi, tidak akan bercerai denganmu." Claudius menepuk pundaknya, lalu mendorongnya dari pelukannya dan menatapnya: "Sudahlah, jangan menangis lagi, cepat istirahat ya."

"Ini salahmu, tiba-tiba bilang kalau kamu ingin memberiku kebebasan, aku pikir kamu sudah mencintai wanita lain." Juju bersikap manja kepadanya: "Lain kali jangan takuti aku lagi ya."

"Maaf, aku tidak akan begitu lagi."

Juju mengusap air matanya dengan tissue: "Aku ingin menemani kamu tidur."

Claudius menggeleng: "Jangan, aku takut kamu terluka kalau penyakitku kambuh."

"Aku tidak takut, aku ingin menjagamu."

"Kamu sudah lupa luka yang ada di tubuh Josephine? Aku sudah melukainya, aku tidak ingin kamu seperti dia." Claudius menarik nafas: "Sebenarnya setiap kali penyakitku kambuh Josephine selalu menaruhkan nyawanya untuk menjagaku, tapi dia malah tidak tahu kalau saat itu aku kehilangan akal, aku tidak bisa mengontrol diri, setiap kambuh dia terluka lebih parah daripada aku."

Mengatakan ini, selain membuat Juju mundur, dia lebih ingin menyatakan perasaan bersalah dan kasihan kepada Josephine.

Selama bersamanya, Josephine selalu menderita, hingga akhirnya pun tidak sempat merasakan kebahagiaan dengannya.

Mendengar ini, walaupun Juju tidak senang, tapi kalau dia mundur apa yang akan dipikirkan Claudius? Oleh karena itu demi mendapatkan hatinya, dia hanya bisa bertahan. Dia menggeleng: "Apa yang bisa dilakukan Josephine aku pun bisa, Claudius, aku tidak takut mati."

"Tapi aku takut." Claudius menepuk pundaknya: "Kembali ke kamarmu dan tidurlah."

Perkataan singkat ini membuat Juju terdiam, dia tidak memberinya kesempatan untuk melanjutkannya lagi.

Karena pasrah, dia pun berdiri dari sofa: "Baiklah, kamu cepat istirahat, aku pergi dulu."

"Selamat tidur."

"Selamat tidur." Setelah itu, Juju pun keluar dari kamarnya.

Setelah kembali ke kamarnya, dia pun berbaring dan memejamkan matanya. Membayangkan keadaan Josephine yang dicekiknya dan dipukul Claudius saat penyakitnya kambuh, sebenarnya dia sangat takut!

Saat itu dia pergi karena takut dengan penyakit Claudius, sekarang dia kembali, walaupun sudah mempersiapkan diri dia tetap takut, apalagi saat melihat bekas luka di pergelangan tangan Josephine.

Selama dua tahun ini penyakit Claudius sudah semakin membaik, tapi dia juga pernah melihatnya dua atau tiga kali saat penyakitnya kambuh, saat itu sangat mengerikan! Setiap kali mendengar kabar penyakitnya kambuh, dia pun tidak berani masuk ke dalam.

Tapi bukannya penyakitnya sudah semakin jarang kambuh? Kenapa dia karena takut lalu terus-terusan melewati kehidupan suami istri yang seperti ini?

**********

Semenjak mengetahui Claudius tertarik dengan Josephine, direktur Zhang pun memikirkan ide untuk membuat kesempatan agar mereka berdua ketemu.

Lalu sejak mengetahui kalau Claudius adalah bos perusahaan Chen, dia pun memikirkan cara agar tidak bertemu dengannya.

Menerima dokumen yang diberikan direktur Zhang untuk diberikan langsung kepada Claudius, Josephine merasa pasrah, jelas-jelas ini bisa diantar oleh staf lainnya tapi dia malah menyuruhnya.

Setiap kali bertemu dengan Claudius pasti ada sesuatu yang terjadi, kalau saja istrinya ada di kantor, pasti akan salah paham lagi.

Saat tidak tahu harus bagaimana, kebetulan dia melihat James, lalu dia pun mengejarnya hingga ke lift: "James, tunggu sebentar."

James membalikkan badan dan melihatnya: "Nona Yi, ada apa?"

"Kamu kemana?"

"Aku mau ke perusahaan Vision, ada urusan, ada apa."

"Kebetulan satu arah." Josephine menyodorkan dokumen itu kepadanya: "Boleh tidak kamu bantu aku antarin dokumen ini ke tuan muda Chen di perusahaan Chen."

"Tuan muda Chen? Orang seperti aku ini mau kemana mencarinya." James menjulingkan matanya: "Aku tidak akan diusir saat sampai di depan pintu perusahaan mereka kan?"

"Tidak kok, orang-orang di dalamnya juga sopan-sopan, dan sekarang kita adalah mitra, asalkan kamu menunjukkan identitasmu, staf resepsionis akan membantumu kok." Josephine pun merangkapkan tangannya dan memohonnya: "Tolong, bantu aku, siang ini aku traktir kamu makan oke."

"Tidak boleh, membawa wanita cantik sepertimu pacarku akan marah." James melihatnya.

"Kebetulan aku juga tidak punya waktu, kalau begitu kamu pergi saja dengan pacarmu?" Josephine berpikir: "Bagaimana kalau restoran Star Edge? Sebut saja namaku, terserah kalian pesan apa, semuanya gratis."

"Yang benar saja?" James ragu dan menatapnya.

"Tentu saja benar, sejak kapan aku pernah bohong?"

"Oke, aku percaya." James pun mengambil dokumen itu, dan tersenyum: "Setelah ini aku langsung pergi ke Star Edge loh."

"Ok." Josephine berkata: "Jangan sampai dokumennya hilang, terus, jangan beritahu direktur Zhang kalau kamu yang mengantar dokumen ini."

"Aku ngerti." James pun mengangguk dan masuk ke dalam lift.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu