Istri ke-7 - Bab 207 Melepaskannya (3)

Hati Marco Qiao tergerak, dia langsung menjulurkan tangan dan memelukknya, Marco memeluknya dengan erat, mencium samping telinganya dan berkata dengan terharu: ”Aku pikir aku tidak akan dapat bertemu denganmu lagi, aku pikir kamu tidak menginginkan aku dan Jesslyn lagi.”

“Bodoh, bagaimana mungkin.” Josephine Bai memeluknya dengan erat dan berkata: ”Apakah kamu masih ingat apa yang pernah aku katakan, biarpun aku tidak menginginkan seluruh dunia, aku juga tidak akan meninggalkan kamu dan Jesslyn. Bagiku, kamu dan Jesslyn adalah orang yang paling dekat dan aku cintai di dunia ini.”

“Aku pikir kamu akan luluh dengan Claudius Chen, dan akan tinggal di sisinya.” Marco Qiao berkata dengan sedih.

“Tidak akan, lihat bukankah sekarang aku sudah pulang.” Josephine Bai melepaskan diri dari pelukannya, Josephine mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir Marco sambil tersenyum dengan manis: ”Dimana Jesslyn? Jam segini dia pasti sedang tidur di kamarnya kan? Dia baik- baik saja kan?”

Marco Qiao tersenyum dan menganggukkan kepala: ”Menurutmu?”

“Menurutku dia pasti berada di dalam kamar, aku sangat merindukannya, aku ingin pergi ke kamar untuk melihat dia.” Josephine Bai melepaskan kedua tangannya dari leher Marco, dia berdiri dan berjalan masuk kedalam kamar.

Marco Qiao melihatnya berjalan masuk ke dalam kamar, dengan sangat senang dan sangat rileks, Marco seperti melihat gambaran saat mereka sekeluarga sedang bersama-sama dulu. Kecemasan dan kesedihan selama beberapa hari ini akhirnya sirna.

Meskipun, dia masih tidak tahu kedepannya akan menjadi seperti apa, tapi detik ini, dia sangat mensyukurinya.

Marco mengikutinya masuk kedalam kamar, melihat Josephine berbaring di sisi ranjang Jesslyn yang kecil sambil melihat Jesslyn yang sedang tertidur, melihatnya mengangkat tangannya dan ingin membelai Jesslyn tapi takut membangunkannya.

“Dia tidur dengan sangat pulas.” Josephine membalikkan kepalanya, lalu berkata sambil tersenyum.

Marco Qiao berjalan ke samping tubuhnya, melihat Jesslyn yang berada di atas ranjang bersamanya: ”Dia sama denganku merindukanmu setiap hari, setiap malam dia ribut mencarimu, aku rasa besok pagi dia pasti akan merasa sangat senang saat dia melihatmu.”

“Maaf sayangku......” Josephine Bai berkata dengan merasa bersalah.

“Tidak perlu meminta maaf, sudah cukup jika kamu dapat kembali pulang.

“Hmm, kelak aku pasti tidak akan pergi meninggalkan kalian dalam waktu yang lama.”

“Baik, aku juga tidak ingin kamu pergi dalam waktu yang lama.” Marco Qiao mengangkat tangan dan meletakannya di pundak Josephine.

Josephine Bai menganggukkan kepala, saat mengangkat kepala dia baru menyadari sisi wajah Marco Qiao sedikit membengkak, mengingat tadi Claudius Chen mengatakan dia berkelahi dengan Marco Qiao. Josephine merasa khawatir dan bertanya dengan penuh perhatian: ”Marco, ada apa dengan wajahmu? Apakah dipukul oleh Claudius Chen?”

Tangan kecilnya menyentuh luka di wajah Marco dengan lembut, Marco Qiao sedikit gemetar, Marco menggenggam tangannya lalu berkata sambil tersenyum: ”Tidak apa-apa, lukanya lebih parah dibandingkan denganku.”

“Kenapa kalian berkelahi?” Josephine Bai mengingat luka di wajah Claudius Chen, lukanya memang lebih parah dibandingkan luka Marco Qiao.

“Dia tiba-tiba datang kemari, tidak mengatakan apa-apa dan langsung berkelahi dengan kakak.” Marco Qiao membelai rambutnya: ”Tapi tidak apa-apa, yang penting kamu bisa pulang .”

Josephine Bai menganggukkan kepala: ”Hmm, yang penting semuanya baik-baik saja, kamu juga jangan terlalu membencinya, masalah ini biarkan berlalu saja.”

Mendengarkannya berbicara seperti ini, tiba-tiba Marco Qiao merasa ada yang tidak nyaman di dalam hatinya, dia tidak menyangka Josephine Bai akan memikirkan Claudius Chen, dan memintanya jangan membenci Claudius?

Apakah dia sama sekali tidak peduli dirinya di kurung oleh Claudius selama beberapa hari ini? Ataukah sebenarnya di dalam hatinya dia masih memiliki kesan yang baik terhadap Claudius Chen?

“Marco, ada apa?” Josephine Bai bertanya dengan penuh perhatian karena melihat ekspresi wajahnya yang membeku,

Marco Qiao perlahan sadar dari lamunannya, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum: ”Tidak apa-apa.”

“Aku akan membantumu mengoleskan obat pada lukamu.” setelah mengatakannya Josephine Bai berdiri dan ingin pergi mencari kotak P3K.

“Tidak perlu.” Marco Qiao mengenggam pergelangan tangannya lalu tersenyum kepadanya sambil berkata: ”Luka sekecil ini bukan masalah, besok akan membaik, beberapa hari ini kamu tidak istirahat dengan baik kan? Segera pergi mandi dan tidur lebih awal.”

Setelah berpikir sejenak, Josephine Bai menganggukkan kepala, lalu mengeluarkan baju tidur dari dalam lemari dan berjalan ke kamar mandi.

Beberapa hari ini dia memang tidak istirahat dengan baik, dia rasa Marco Qiao juga sama, malam ini akhirnya semuanya dapat tidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, saat Jesslyn bangun dan melihat Josephine dia sangat senang, saat dia bangun dari ranjang kecilnya dan melihat Josephine yang berada di ranjang yang besar, sama seperti saat Marco Qiao baru melihat Josephine Bai semalam, sedikit tidak dapat mempercayai matanya.

Jesslyn menggosok kedua matanya dengan lembut lalu memanggil:”Ibu.....”

Josephine Bai menjawabnya:”Sayangku sudah bangun?”

“Ibu benar-benar sudah pulang!” Jesslyn berseru dengan gembira, Josephine menggendong tubuh Jesslyn dari ranjang kecilnya, lalu memeluknya dan menciuminya: ”Sayang, ibu sangat merindukanmu!”

“Ibu, Jesslyn juga sangat merindukan ibu!” Jesslyn memeluknya dan mengeluh dengan sedih: ”Kenapa saat ibu pergi dinas tidak menelepon Jesslyn dan ayah.”

“Maaf, ibu salah, kelak ibu tidak akan seperti ini lagi, ok?”

“Hmm, kelak jika ibu seperti ini lagi Jesslyn tidak akan menghiraukan ibu lagi.”

“Baik.” Josephine Bai berpikir sejenak, lalu menatapnya sambil berkata:”Begini, demi menebus kesalahan kepada Jesslyn, bagaimana kalau nanti ibu membawamu pergi sarapan diluar? Kita pergi makan kue coklat dan minum susu stroberi.”

“Baik, aku mau makan kue coklat!” Jesslyn berseru dengan penuh semangat, lalu berbalik menghadap Marco Qiao: ”Ayah, aku ingin ayah ikut bersamaku.”

“Baik, yang penting Jesslyn menyukainya.” Marco Qiao mengangkat tangannya dan membelai kepala kecil Jesslyn.

“Ayah sangat baik.” Jesslyn berkata sambil memeluknya.

----------

Josephine Bai dan Marco Qiao akhirnya dapat tidur dengan nyenyak, tapi Claudius Chen malah tidak bisa tidur sampai pagi, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya, dia tidak mau menyerah, tapi dia tidak berdaya menghadapi Josephine Bai.

Jika beberapa hari lagi Josephine bersiap untuk keluar negeri, apa yang harus dia lakukan? Tidak mungkin merebutnya kembali sekali lagi!

Pagi-pagi sekali, dia mengendarai mobil yang tidak terlalu mencolok ke tempat tinggal Josephine Bai, dia berhenti di sudut jalan, dari sisi ini dia dapat melihat apa yang terjadi di dalam dan luar pekarangan.

Claudius dapat melihat dengan jelas Josephine Bai yang tidak terlihat marah, setelah lewat satu malam dia kembali berenergi seperti sebelumnya, wajahnya juga terlihat pernuh kebahagiaan.

Masih pemandangan yang sangat hangat, Jesslyn melompat-lompat keluar dari dalam rumah, Josephine Bai mengikuti di belakangnya sambil mendorong kursi roda Marco Qiao, mereka sekeluarga naik kedalam mobil yang berada di depan pintu dengan gembira.

Melihat senyuman Josephine Bai yang bahagia, perasaan gagal dalam hati Claudius Chen kembali muncul, kelihatannya saat ini hanya Marco Qiao yang dapat membahagiakannya, sedangkan dirinya hanya dapat memberikan penderitaan dan kebencian kepada Josephine.

Dia tidak pernah membayangkan akan ada hari ini, wanita yang selalu dapat dia genggam dengan erat, malah meninggalkannya seperti ini.

Melihat mobil mereka yang perlahan menjauh, Claudius Chen masih duduk di dalam mobilnya sambil termenung beberapa saat, kemudian dia menjalankan mobilnya dan pergi.

Sampai di perusahaan Claudius Chen mengambil telepon di hadapannya dan menelepon kantor Asisten Yan.

Dulu telepon paling banyak hanya berdering dua kali, Asisten Yan akan segera mengangkatnya, hari ini teleponnya di angkat tapi bukan oleh Asisten Yan, melainkan oleh Sekertaris Lin: ”Tuan Muda Chen, apakah ada yang bisa dibantu?”

“Dimana Asisten Yan?” Claudius Chen melongkarkan dasi di kemejanya: ”Suruh dia segera ke kantorku.”

Setelah mengatakannya Claudius Chen menutup teleponnya, satu menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu, Sekertaris Lin mendorong pintu dan berjalan masuk kedalam.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu