Istri ke-7 - Bab 259 Ending 2 (1)

Setelah mengetahui Susi sudah pulang, barulah Henry lega dan pulang kerumah.

Ketika dia pulang kerumah, Susi baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, dia terkejut melihat Henry yang masuk mendadak. Namun tatapannya beralih kelemari baju dan mengeluarkan hair dryer untuk mengeringkan rambutnya.

Henry berjalan melangkah kerarahnya, dia menatapinya dan berkata, “Aku dengar Claudius yang mengantarkanmu pulang?”

Susi menganggukkan kepalanya tanpa berekspresi, “Iya.”

“Seharian penuh ini kamu bersama dengannya?”

Dia berpikir dalam hati, dasar Claudius jahat, beraninya dia hingga menipu dirinya dia bersama dengan Josephine seharian penuh, ternyata tak lama kemudian, dia mengantarkan Susi pulang kerumah.

“Henry, ada hak apa kamu bertanya kepadaku seperti ini?” Susi menatapinya.

“Aku adalah suamimu, ayah dari anakmu!”

“Suami? Ayah?” Susi mencibir, “Kamu sepertinya tidak hanya adalah suamiku, dan juga tidak hanya adalah ayah dari anakku kan?”

“Aku sudah bilang aku sudah memutuskan semua hubungan dengan perempuan diluar sana, apakah kamu sudah cukup belum mengungkitnya terus?” Henry marah, kedua tangannya memegang pundak Susi dan mengoyangkannya, “Bagaimana caranya agar kamu mempercayai perkataanku?”

“Aku sudah bilang, aku bisa mempercayaimu, asalkan kamu mati!”

“Kamu.......” Henry marah.

Biasanya, dia sudah mendorong Susi dan membullynya di atas kasur, tapi sekarang dia adalah wanita hamil, Henry tidak berani melakukannya, dia hanya bisa menahan api amarahnya seperti sekarang, dan menahan dirinya untuk tidak melukainya.

“Apa yang kamu inginkan? Memukulku?” kata Susi menantang, “Kamu boleh mencobanya.”

“Aku tidak akan memukulmu, tapi....” Henry mengertakkan giginya dan mengatakan, “Aku perintahkan kamu untuk tidak boleh bertemu dengan Claudius! Jika tidak.......”

Ancamannya.........penuh dengan ketidak berdayaan.

Seusai berkata dia melepaskan Susi, dan berjalan keluar dengan marah.

Karena selain ini, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya terhadap Susi.

Josephine mengantarkan segelas susu ke ruang kerja Claudius, ketika tatapannya melirik dokumen ditangannya, dia menyadari bahwa Claudius sedang melihat sebuah dokumen yang berhubungan dengan saham, dia lalu bertanya, “Besok adalah hari untuk rapat bukan?”

“Claudius menganggukkan kepalanya, lalu merangkulnya untuk duduk diatas pahanya, “Pengacara akan menyelesaikan segalanya, tenang saja.”

“Kamu sudah mengutus orang professional untuk mengurusnya?”

“Jika tidak aku mana ada waktu.” Kata Claudius.

“Harusnya tidak akan terjadi apa-apa kan?”

“Seratus persen tidak, tenang saja.”

“:Kamu begitu percaya diri?”

“Tentu saja, hasil laporan psikologi nenek cukup untuk membuat Aldo si srigala tua itu mengembalikan sahamnya.” Claudius meletakkannya, dan berdiri, “Ayo pergi, cepat istirahat.”

“Kamu sudah selesai kerja?”

“Sekarang aku hanya mengurus hal kecil, aku sangatlah santai.” Kata Claudius sambil tersenyum.

“Oh, benar.” Josephine tersenyum sambil berkata, “Tiba-tiba merasa........kamu lumayan bagus kalau seperti ini terus, dengan begitu kamu tidak akan secapek itu lagi.”

“Maksudmu......kamu tidak menginginkan Perusahaan kita lagi?”

“Aku bercanda.” Josephine memberikan susu diatas meja kepada Claudius, “Minum susu ini dulu.”

Claudius melirik susu yang ada ditangan Josephine, sebenarnya dia sama sekali tidak suka dengan bau amis ini, nada bicaranya sedikit seperti protes, “Dulu setiap malam memaksaku minum obat, sekarang tidak perlu minum obat kamu malah memaksaku minum susu?”

“Iya, jika tidak memaksamu minum, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.” Josephine memberikan susu kepadanya.

“Memang hati wanita paling berbisa dari segalanya.” Meskipun Claudius memprotes, dia tetap meminum susu tersebut.

“Enakkah?” Josephine tahu dia tidak menyukainya, namun tetap sengaja bertanya seperti itu.

“Enak, apakah kamu mau mencobanya?” Claudius merangkul Josephine dan mencium mulutnya.

“Uhmm.........” Josephine langsung merasakan rasa susu di bibirnya, sebenarnya dia juga tidak menyukai susu........

Josephine ingin kabur dari pelukannya, namun semakin dipeluk erat oleh Claudius, bahkan ditekan olehnya diatas meja.

Claudius berbisik ditelinganya, “Bagaimana kalau kita lakukan sekali disini, jika tidak nanti ada Jesslyn rasanya pasti tidak enak.”

“Tidak bisa, sudah mau jam 10, aku harus menidurkan Jesslyn.” Josephine mencium bibirnya, “Cepat lepaskan aku.”

“Tapi aku tidak ingin lepas.”

“Lebih penting Jesslyn tidur atau lakukan itu lebih penting?” Josephine sengaja berlagak marah.

“Menurutku semuanya penting.”

“Kamu......kamu tidak mencintai Jesslyn, aku mau membawanya pergi dari rumah!” Protes Josephine.

Claudius akhirnya melepaskannya, dan mengendongnya turun dari atas meja, “Baiklah, untuk menghindari kamu benar-benar membawa Jesslyn pergi dari rumah, aku menyerah.”

Josephine tersenyum puas.

Hanya saja.....pergi dari rumah? Jangankan pergi sendiri, meskipun Claudius mengusirnya, Josephine juga belum tentu akan pergi lagi!

Mereka berdua keluar dari ruang kerja bersama-sama dan mendengar suara tawakan Jesslyn dengan dicampuri suara tawakan Nenek Chen, mereka saling bertatapan, lalu memasuki kamar tidur Jesslyn.

Didalam kamar tidur, Nenek Chen sedang bermain rumah-rumahan dengan Jesslyn layaknya anak kecil, mereka sama-sama memeluk sebuah boneka. Ketika mereka masuk, mereka kebetulan melihat Jesslyn sedang berdiri ditengah kasur dan sedang mengajari semua orang untuk menari bahkan Nenek Chen saja ikut menari.

Claudius bergegas memegang tangan Nenek Chen, “Nenek, kamu jangan menari lagi,hati-hati jangan sampai terjatuh.”

“Aku adalah guru, aku sedang mengajari muridku untuk menari, ayah, ibu, apakah kalian mau menjadi muridku untuk belajar menari?” kata Jesslyn dengan bahagia.

“Jesslyn!” Josephine mengulurkan tangannya dan mengendongnya turun, dan berkata, “Nenek buyut sudah tua, mana boleh kamu menyuruhnya untuk belajar menari bersamamu? Bagaimana jika Nenek Buyut terjatuh?”

“Jika terjatuh tinggal berdiri saja.” Kata Jesslyn dengan serius.

Josephine sedikit kehabisan kata-kata, “Tapi Nenek sudah tua, kakinya juga tidak sekuat dulu, jika terjatuh mungkin saja bisa patah, beda dengan anak kecil sepertimu, apakah kamu mengerti?”

“Oh, mengerti.” Jesslyn menganggukkan kepalanya.

“Kalau mengerti cepat pulang tidur dengan ibu.”

“Tidak, aku mau tidur dikamarku sendiri.” Kata Jesslyn.

“Mengapa? Kamu tidak ingin tidur bersama ayah dan ibu?” Josephine kaget.

Jesslyn melirik Nenek Chen, lalu berkata dengan serius, “Nenek buyut bilang ayah dan ibu mau melahirkan adik untukku, jika aku terus pergi tidur dengan kalian, ayah dan ibu tidak bisa melahirkan adik untuk bermain bersamaku.”

Josephine tidak menyangka Jesslyn akan berkata seperti itu, dia lalu mencubit pipinya, “Apakah kamu begitu menginginkan seorang adik laki-laki?”

“Iya, aku dan nenek buyut sama-sama menginginkan seorang adik laki-laki, benar kan, nenek buyut?” Jesslyn berbalik berkata kepada Nenek Chen sambil tersenyum.

Nenek Chen menganggukkan kepalanya, “Benar, benar, benar.........aku dan Jesslyn sama-sama menginginkan seorang adik laki-laki, adik kecil sangat imut dan lucu........hahaha....” seusai berkata, dia berbalik kearah Josephine dan berkata kepadanya layaknya anak kecil, “Kamu lahirkan adik laki-laki untuk Jesslyn, kami menginginkan seorang adik laki-laki........”

Josephine melirik Nenek Chen yang berlagak seperti anak kecil, dia merasa lucu dan menganggukkan kepalanya, “Baik, nenek, aku akan berusaha secepatnya........”

“Benarkah?” Nenek Chen tersenyum.

“Iya, benar.”

“Hore, kita akhirnya akan mempunyai adik laki-laki.....” Nenek Chen menarik Jesslyn dan mereka berdua saling tersenyum.

Melihat mereka yang tersenyum bahagia, Claudius juga ikut tersenyum, rasa bersalahnya terhadap Nenek Chen sedikit memudar, sepertinya memang benar kata dokter, asalkan Nenek Chen bisa hidup dengan bahagia, tidaklah penting jika kondisi psikologinya baik atau tidak.

Nenek Chen melihat mereka berdua masih belum pergi, lalu mengusirnya, “Kalian cepat pergi, masih disini buat apa?”

Josephine melirik Jesslyn, dan berkata kepada Nenek Chen, “Nenek juga istirahat pagian.”

“Aku? Aku masih mau menceritakan dongeng untuk Jesslyn, setelah itu aku baru pergi.” Nenek Chen berkata dengan kerasa kepala, “Kalian cepat pergi.”

Kebetulan Pengurus He datang membawa makanan, Claudius lalu berkata kepada Josephine, “Ayo pergi, biarkan nenek menemani Jesslyn saja.”

“Tapi Jesslyn tidak tidur.”

“Tenang saja, Pengurus He ada disini.”

Pengurus He bergegas berkata, “Iya, nyonya Muda, tenang saja untuk tidur, disini ada aku.”

Sebelumnya selalu Josephinelah yang menceritakan dongeng untuk Jesslyn, Josephine sedikit tidak tenang, dia mengingatkan Pengurus He beberapa kali, barulah dia kembali ke kamarnya bersama Claudius.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu