Istri ke-7 - Bab 128 Meledak (1)

Ia berbalik dan mendapati Vincent sedang berdiri di pinggir pintu, mengamatinya dengan ekspresi tak senang. "Daripada mengembalikan obatnya dan membuat Claudius salah paham, lebih baik berpura-pura tidak terjadi apa-apa, benar, kan?"

Vincent mengamati gelas di tangan Josephine, wajahnya dingin, "Josephine, aku bisa memaklumi kalau di dalam hatimu terdapat dia, tapi aku tidak bisa memaklumi tindakan perhatianmu padanya. Obat ini kubawa dari luar negeri, di sini tidak ada yang menjualnya."

"Apa maksudmu?" Josephine terhenyak.

"Kau diam-diam mengiriminya suplemen ini, iya kan? Kalian saling mempedulikan, memikirkan satu sama lain, tanpa mempedulikan perasaanku," Vincent meraih lengan Josephine, "Mana boleh kau begini? Pantas Shella marah sampai menamparmu. Apa kau percaya, sekarang aku pun...ingin mencekikmu!"

"Aku tidak memberikannya secara diam-diam," Josephine buru-buru membuka tangannya dan menenangkan Vincent, "Saat Shella masuk tadi, aku kebetulan sedang minum obat, jadi aku menitipkannya sebungkus untuk Claudius sekalian, sungguh..."

"Begitu? Jadi kau tidak berhubungan dengannya secara sembunyi-sembunyi di belakangku?"

"Tentu tidak."

Vincent mengamatinya lekat. Claudius berani secara terbuka mengantarkan obat kemari, itu menjelaskan bahwa Claudius sedang memprovokasinya. Ia tiba-tiba merasa khawatir, mengapa Claudius bersikap demikian? Apa murni karena membencinya? Atau ia sudah menemukan sesuatu?

Ia tanpa sadar memulai tindakannya, lebih baik jangan begini!

Tampaknya ia tak boleh mengulur waktu lagi, ia tak boleh membiarkan Sally kembali mengacau. Ia harus memikirkan strategi untuk menjaga hubungan ini.

Sepertinya ia akan susah menyembunyikan semuanya kalau hanya bergantung pada Shella yang meledak-ledak dan tidak stabil.

Vincent mengangguk-angguk, "Baik. Seperti kata-kataku tadi, aku tidak percaya dengan perasaanmu, tapi aku percaya dengan pribadimu. Aku yakin kau tidak akan memakan omonganmu sendiri, tidak akan berharap akan Claudius."

Vincent masih mempercayainya, entah kenapa.

Josephine berterima kasih padanya, "Terima kasih."

***

Mereka makan malam di restoran hotel itu. Setelah makan adalah acara bebas. Golongan tua memilih untuk menghadiri perkumpulan orang-orang kaya di atas kapal.

Perkumpulan itu sangat menghibur, acaranya beragam. Shella menemani Claudius mengobrol dan minum anggur. Tujuan keduanya dari liburan ini adalah membuat Claudius mabuk, lalu mengandung anak dari pria itu.

Rencananya yang lalu telah digagalkan oleh Sally, kali ini ia tak boleh gagal.

Orang-orang minum anggur yang diracik oleh bartender sambil mengobrol dan melihat pertunjukan. Josephine menemani Vincent duduk, keduanya tak tahu harus berkata apa untuk membuat suasana hati mereka membaik.

Saat Vincent pergi ke toilet, kursi di sebelah Josephine kosong. Ternyata, kursi Shella yang sedari tadi duduk di samping Vincent juga kosong. Josephine bergeser dengan tak nyaman, ia berusaha duduk sejauh mungkin dari Claudius.

Claudius seperti tak menyadari pergerakannya, ia tetap mengobrol dengan Joshua.

Sally duduk di sisi Joshua. Ia tiba-tiba melambai pada Josephine, "Kakak Ipar, apa kau mau duduk di sini? Di sini kau bisa melihat pertunjukan dengan jelas."

"Tidak perlu, Vincent akan kembali ke sini nanti," tolak Josephine tegas.

"Tapi lihatlah, pria-pria itu sepertinya ingin menggodamu," bisik Sally.

Josephine menoleh. Ia melihat beberapa pria berusia 30 tahunan entah sejak kapan berada di dekatnya. Mereka mengenakan pakaian mahal, tampak jelas kalau mereka adalah orang kaya, hanya saja ekspresinya...tidak mencerminkan kekayaannya.

"Hai, sendirian saja?" Salah seorang dari mereka mengamati Josephine sambil tertawa, lalu kembali berkata tanpa menunggu jawaban Josephine, "Setelah acara berakhir nanti kita berdansa bersama, bagaimana?"

"Terima kasih, aku tidak bisa menari," Josephine meminggirkan badannya dengan jijik. Di sana ada Claudius.

"Kau mengenakan baju seperti itu, mana mungkin tidak bisa berdansa? Kau pasti berbohong," kata pria yang lain lagi. Sepertinya ia mabuk, nada bicaranya terbata-bata.

Josephine menarik-narik celana pendeknya dengan tak nyaman, ia agak malu.

"Bagaimana? Ayolah, menari sebentar saja," pria itu mengulurkan tangan ke arah dada Josephine yang terbuka.

Hanya saja, belum sempat tangannya mendarat di dada Josephine, ia sudah merasa kesakitan dan gemetar. Pria itu tak berani berteriak di tengah keramaian ini, apalagi ini acara orang kaya. Ia hanya menatap pria di belakang Josephine dengan ketakutan.

"Kau yakin mau mengajaknya menari?" Lengan Claudius terulur dari belakang tubuh Josephine, seperti melindunginya dalam lengannya, sementara tangannya mencengkeram pergelangan tangan pria itu.

Begitu melihat ekspresi Claudius, lalu melihat Josephine sejenak, pria itu buru-buru menggeleng, "Tidak, aku tadi hanya bergurau. Kukira nona ini sendirian, jadi..."

"Jadi kau ingin menari dengannya?"

"Tidak, bukan begitu, maaf...aku salah," Pria itu melihat Joshua yang mengacungkan tinjunya di belakang Claudius. Ia semakin takut, langkahnya semakin mundur ke belakang.

Dilindungi oleh Claudius seperti ini, bahkan sampai bisa merasakannya auranya yang kuat, Josephine pun merasa tak nyaman. Shella dan Vincent bisa-bisa marah lagi kalau melihatnya.

Apa ini juga rencana Sally? Nona kecil itu sungguh tak bosan-bosannya bermain.

Tapi apa yang sebenarnya diinginkannya? Apa ia hendak membuat Claudius mendekatinya, dan membuatnya menyadari bahwa dialah istri yang sebenarnya? Kalau benar begitu, maka akan terlalu berbahaya, hal itu menjelaskan bahwa Sally sudah mengetahui rahasianya dengan Shella.

"Lupakan, biarkan saja dia pergi," kata Josephine sedikit panik, "Yang pasti, orang seperti ini cepat lambat akan dibereskan juga."

Claudius mengendurkan cengkeramannya, kedua pria itupun segera kabur.

Josephine bersandar di pinggir, berusaha berada sejauh mungkin dari Claudius. Di telinganya terdengar suara Sally yang berkata, "Pria-pria bangsat ini selalu beraksi begitu melihat wanita cantik, sungguh tak tahu malu."

"Benar, aku ini bukan wanita yang bisa diganggu sembarangan. Aku jijik melihat mukanya yang besar itu. Sudahlah, jangan bahas lagi, aku ingin muntah dulu di toilet," Josephine berdiri dari kursi dengan anggun, meninggalkan ruangan pertemuan.

Ia tidak mampu mebalas, tapi ia bisa menghindar, kan?

Jujur, ia cukup khawatir dengan Sally. Ibu dan anak Bai itu tidak mudah dikalahkan. Shella sudah mengetahui trik kecil Sally, ia tentu tak akan diam saja seperti sekarang. Ia pasti sedang merencanakan sesuatu di dalam hatinya untuk membalasnya.

Namun saat ini Josephine hanya ingin melindungi dirinya sendiri. Ia tak berniat ikut campur dalam pertempuran kedua orang ini.

***

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu