Istri ke-7 - Bab 146 Orang Cacat (1)

Tetapi sejujurnya, jika Claudius tidak membatasi gerak-geriknya, ia lebih memilih tinggal di dalam vila kecil, hidup di mansion lama itu, sebelumnya ia sudah merasa tidak bebas, sekarang lebih terasa tidak bebas lagi.

Kedua kaki Sally jelas-jelas cacat, namun Sally malah tidak ada dendam sedikitpun kepadanya, bahkan malah seolah tidak terjadi apapun. Ia yang seperti ini, membuat Josephine semakin bingung dan tidak tenang.

"Aku akan menuruti kata Claudius," ujar Josephine memaksakan sikapnya.

Claudius tidak bicara, hanya menyantap sarapannya pelan-pelan.

Malahan nenek yang buka mulut, "Kalian harus merayakan mid-autumn festival di rumah, setelah perayaan selesai kalau kalian mau tinggal di luar terserah kalian."

Nenek tak hanya meminta pasangan suami istri ini berkumpul di rumah merayakan mid-autumn festival, yang terpenting adalah mengawasi Josephine minum obat, hal ini Josephine sangat mengerti. Hati Josephine terasa sedikit dingin, masih ada 1 minggu lagi menuju mid-autumn, ini menandakan ia masih harus tinggal selama seminggu di rumah keluarga Chen!

Josephine memandang Claudius, Claudius akhirnya buka mulut, ia mengangguk dan hanya melontarkan sepatah kata, "Baik."

Setelah makan pagi, Joshua membawa Sally keluar jalan-jalan, Chelsea juga pergi ke sekolah.

Josephine yang tidak ada kerjaan kembali ke kamarnya, ia mendapati Claudus sedang duduk di sofa memegang remote televisi, sungguh jarang ia terlihat sesantai ini.

Ia berjalan ke arah Claudius dan memandangnya, lalu bertanya, "Apakah hari ini tidak perlu pergi kerja?"

"Hm," jawab Claudius datar. Ia mendongakkan kepala dan melihat bahwa Josephine memandangnya dengan ekspresi terkejut, ia pun mengangkat alisnya. "Kenapa? Tidak boleh?"

"Tidak, aku hanya merasa seorang yang gila kerja sepertimu ternyata bisa juga menghabiskan akhir pekan di rumah, benar-benar jarang kujumpai," katanya lalu duduk di sebelahnya sambil memandangnya, "Claudius, aku juga ingin pergi main di akhir pekan."

"Bukankah setiap hari kau lalui seperti akhir pekan?" Tanya Claudius sambil memandangnya.

"Maksudku, aku ingin main di luar rumah."

"Aku tidak tertarik," jawab Claudius asal.

"Claudius, kau terlalu banyak berpikir, aku bukannya mau pergi denganmu, aku mau jalan-jalan dengan Susi dan Angie."

Wajah Claudus menjadi muram, ia kebanyakan berpikir ya? Bagus sekali!

"Claudius, bukankah kamu sudah berencana mengembalikan kebebasanku?"

"Dari mana kau tahu?" Claudius balik bertanya.

"Lihat kamu bahkan tidak mencabut kabel telepon," kata Josephine sambil menunjuk telepon di atas meja samping ranjang, ia berpikir dengan senang, jelas-jelas Claudius sudah memaafkannya, masih saja tidak mengaku, benar-benar orang yang dingin di luar tapi lembut di dalam.

Claudius mengikuti arah pandangannya melihat telepon itu, lalu tersenyum kecil. "Istriku kamu terlalu banyak berpikir, di dalamnya ada alat perekam suara."

"Kamu...!" Seru Josephine marah.

"Bebas? Mimpi kamu," kata Claudius sambil melempar remote itu ke pangkuan Josephine, "Tinggallah di rumah menonton televisi, jangan harap kau bisa keluar ke manapun."

Setelah mengatakannya, ia bangkit dan keluar.

Menyebalkan! Sambil melihat punggungnya yang mengarah ke luar, Josephine sangat marah hingga ingin muntah darah!

Ia kira Claudius akhirnya melonggarkan pengawasannya, ternyata ia malah memasang penyadap di telepon? Hal tak beradab begini bisa-bisanya ia melakukannya. Untungnya kemarin malam ia takut mengganggu Susi karena terlalu malam, sehingga ia tidak menelepon Susi, kalau tidak habis sudah.

*****

Begitulah akhirnya ia tinggal di mansion selama 2 hari, minum obat selama 2 hari, Josephine merasa sangat sesak.

Entah apa yang sedang disibukkan Claudius, ia kembali lagi ke rutinitasnya berangkat pagi dan pulang malam. Hingga hari Minggu malam, ia sudah tidak tahan lagi, dengan sorot mata memelas ia menatap Claudius dan berkata, "Bisakah kau membiarkanku keluar membeli baju tidur? Aku sudah mengenakan kemejamu beberapa hari ini."

"Mau pergi dengan siapa?" Tanya Claudius yang berdiri di sisi meja kerjanya, sambil minum teh bunga dan membalikkan dokumen.

Josephine berpikir sejenak, lalu berkata, "Denganmu."

Sebelumnya saat ia bilang ia mau pergi bersama Susi dan Angie, Claudius menolaknya mentah-mentah, karena itu sekarang ia belajar menurut dan mengubah caranya.

Sesuai dugaan, Claudius menyanggupinya.

Ia meletakkan cangkir tehnya, lalu berjalan keluar ruang baca.

Melihat plaza di depan matanya ini, Josephine tak bisa mempercayai kedua matanya sendiri, Claudius ternyata benar-benar menemaninya jalan-jalan?

Sebenarnya ia ingin keluar untuk mencari petunjuk tentang putrinya, ia ingin bertemu dan bicara dengan Susi, namun Claudius sudah menemaninya seperti ini, ia pun hanya bisa menurut dan membeli pakaian.

Ini adalah pusat perbelanjaan yang elite, tempat ini tidak lebih kecil dari Grand Mall, barang-barang di dalamnya semuanya bermerek. Josephine tidak suka membeli barang-barang semahal ini, tetapi ia hari ini datang bersama Claudius, jadi ia hanya bisa memperhatikan konsumerisme Claudius.

Claudius langsung membawanya ke bagian baju tidur, kemudian ia menunjuk toko bermerek di sekeliling mereka dengan dagunya untuk menyuruh Josephine agar memilih sendiri.

Josephine mengamati sekelilingnya, ia tak pernah mengunjungi tempat seperti ini, bisa-bisanya Claudius malah sangat hafal?

"Apakah kamu... Sering ke sini?" Tanya Josephine untuk memuaskan rasa penasarannya.

Claudius meliriknya dan menjawab, "Tidak begitu sering."

Tidak begitu sering... Kalau begitu sudah datang berapa kali? Dan yang dijual di sini adalah baju tidur dan pakaian dalam wanita, untuk apa ia kemari?

Tentu saja menemani wanita untuk membeli pakaian ketat, apa masih perlu ditanya?

Melihatnya hanyut dalam pikirannya, Claudius tertawa menggodanya. "Kamu yang bertanya, setelah kujawab kau tetap tidak senang?"

Karena ia berkata demikian, Josephine baru kembali tersadar, ia berbisik pelan, "Aku bukannya tidak senang tuh."

"Kalau begitu cepat pergi memilih baju."

Josephine pun segera masuk ke salah satu toko bermerek itu dan mulai memilih pakaian tidur, harga semua pakaian tidur di dalamnya sangat mengejutkan, sikap karyawan tokonya sangat hormat dan sopan, dengan senyuman ramah ia bertanya model apa yang Josephine cari.

Karyawan toko itu menunjuk barisan baju paling dalam di toko itu lalu berkata, "Biasanya para istri muda paling suka membeli pakaian tidur yang seksi begitu, apakah nyonya..."

"Tolong carikan aku dua pasang pakaian tidur yang paling murah dan nyaman saja," kata Josephine pelan memutus perkataannya, sambil diam-diam melihat Claudius.

Karyawan itu mengikuti arah pandangan Josephine dan melihat Claudius yang sedang duduk di sofa, ia tak hanya tidak mengecilkan suaranya, malah sedikit mengeraskan suaranya dan berkata, "Saya lihat suami anda juga tidak seperti orang yang tidak suka penampilan seksi."

"Ia... Ada hambatan di bidang itu," kata Josephine terpaksa mengarang alasan untuk melenyapkan keinginan karyawan itu untuk membuatnya membeli pakaian tidur yang seksi.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu