Istri ke-7 - Bab 264 Ending 7 (2)

Henry Qiao yang duduk di depan juga melihat ke arah pintu masuk saksi. Meskipun dia mengerti karakter Susi, dia masih memiliki sedikit harapan di dalam hatinya, dan dia berharap Susi tidak akan begitu kejam padanya.

Dan ketika dia melihat Susi masuk, harapan kecil di hatinya itu runtuh dalam sekejap, sepertinya kebencian Susi terhadapnya sangat dalam!

Susi tampak tenang dan bertekad, dia langsung berjalan dengan sigap ke tempat saksi.

Matanya melihat semua orang, dan akhirnya jatuh pada mata Henry Qiao dan dia tersenyum kepadanya: "Halo, Tuan Qiao."

Henry Qiao hanya menatapnya dan tampak tenang.

Langkah selanjutnya adalah, Susi menjawab pernyataan dengan rinci. Jawaban Susi dan pertanyaan yang diajukan oleh pengacara lawan jelas telah dipersiapkan.

Pengacara Henry Qiao tiba-tiba mengangkat tangannya dan memprotes, "Para hakim, Nona Susi dan Tuan Qiao adalah suami-istri. Karena keduanya saat ini sedang dalam konflik, Nona Susi jelas ingin memojokkan Tuan Qiao. Ini berarti bahwa sebagian besar kesaksiannya bias dan tidak dapat sepenuhnya diterima. "

"Tetapi semua yang kukatakan adalah fakta." Susi menjawab: "Apakah kata-kataku itu benar atau tidak, kamu dapat bertanya kepada Tuan Qiao."

Pengacara itu berkata serius: "Pengakuan Tuan Qiao telah dibuat sangat jelas ......."

"Cukup," Henry Qiao tiba-tiba memotongnya. Setelah beberapa detik hening, dia mendongak dan berkata: "Kesaksian Nona Susi benar, aku mengaku bersalah."

Suasana itu canggung menjadi canggung.

Pengacaranya panik dan berbisik: "Tuan Qiao ......."

"Diam!"

“Aku mengaku bersalah, asalkan itu dituduhkan oleh Nona Susi.” Henry Qiao memperhatikan Susi.

"Ada apa dengan Henry Qiao? Dia dengan semudah itu mengaku bersalah?" Josephine Bai berbisik di telinga Claudius Chen.

Claudius Chen agak ragu, berkata: "Mungkin dia pasrah."

Setelah keluar dari pengadilan, Susi ditampar oleh Nyonya Qiao, dan Josephine Bai bergegas dan menarik Susi. "Nyonya Qiao, jangan seperti ini, Susi sedang hamil. "

"Mengandung? Dia telah benar-benar membunuh anak itu ... Wanita keji ini!" Nyonya Qiao menangis lagi dan menarik tubuh Susi.

Josephine Bai terkejut: "Apa katamu? Susi telah menggugurkan anaknya?". Dia langsung berbalik menatap Susi: "Susi, apakah itu benar?"

"Ya." Susi mencibir: "Kalau tidak, apa yang harus kulakukan? Membiarkan anak itu tumbuh tanpa tanpa ayah?"

"Kamu! Apa yang kamu bicarakan? Henry tidak akan dihukum mati, bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti ini?" Nyonya Qiao marah.

“Bu, apa kamu sudah puas? Bisakah aku pergi?” Susi bertanya dengan tidak sabar sambil menatap Nyonya Qiao.

"Nona Susi." Pengacara Henry Qiao tiba-tiba menyusul dan menatap Nona Susi: "Nona Susi, Tuan Qiao ingin melihatmu."

"Ada apa dengan Henry? Bawa aku menemuinya," kata Nyonya Qiao terburu-buru.

“Nyonya, tidak ada yang boleh bertemu dengan Tuan Qiao sekarang, tolong tunggu beberapa hari...” Pengacara itu berbisik.

"Lalu mengapa dia boleh menemuinya?"

"Dia ....... adalah kesempatan yang tidak mudah didapatkan oleh Tuan Qiao. Jika tidak sangat penting, Tuan Qiao pasti tidak akan memohon pada para hakim untuk melihat Nona Susi."

Nyonya Qiao memikirkannya dan dengan enggan memandangi Susi.

"Nona Susi, bisakah kamu pergi menemui Tuan Qiao sebentar?"

Susi mengangguk setelah berpikir sebentar: "Baiklah."

Henry Qiao dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.

Melalui jendela kaca, Susi memandang Henry Qiao dan berkata, "Ada apa mencariku?"

Henry Qiao tertawa: "Kupikir kamu tidak akan setuju untuk bertemu denganku."

"Kenapa?"

"Bukankah kamu membenciku?" Henry Qiao menatapnya, "Bagaimana? Sudah cukup membenciku? Apakah itu cukup?"

Susi mengangguk: "Cukup."

“Karena sudah cukup, bisakah kamu mempertimbangkan untuk melahirkan anak dikandunganmu?” Henry Qiao bertanya.

Susi tersenyum dan berkata: "Oh, ya, aku bersedia datang ke sini untuk melihat kamu karena aku memiliki sesuatu yang ingin kutunjukkan kepada kamu." Dia menundukkan kepalanya dan mengambil selembar kertas dari tasnya.

Henry Qiao mengarahkan pandangannya pada kertas di tangannya, dan ekspresi wajahnya langsung berubah.

Itu adalah daftar aborsi yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit, nama Susi tertulis dengan jelas.

"Kamu ......." Pikiran Henry Qiao kosong, wajahnya pucat, dan nafasnya terengah-engah, "Kamu telah menggugurkan anak itu."

"Benar." Susi meletakkan kertas A4 itu di atas meja, "Aku pernah berkata aku tidak meninginkan anak ini."

"Susi ......." Henry Qiao meludahkan beberapa kata: "Kamu terlalu kejam."

"Dibandingkan dengan dirimu, aku tidak pantas disebut kejam?" Susi tersenyum dengan dingin, "Ketika kamu mengurungku aku dan menyiksa aku, memaksa aku hamil dan selingkuh dengan Fanny, apakah kamu tidak pernah berpikir bahwa perilaku kamu itu kejam?"

"Aku dengan Fanny..." Henry Qiao menggelengkan kepalanya dan tertawa: "Berapa kali kamu ingin aku menjelaskan kepadamu bahwa aku tidak ada hubungannya dengan dia?"

"Berapa kali pun, aku tidak akan percaya." Susi berdiri dari kursi dan berkata tanpa ekspresi: "Oh, aku punya satu hal terakhir untuk kuberitahu padamu. Setelah ini aku mau kita bercerai melalui proses pengadilan. Mulai hari ini, kau dan aku tidak punya hubungan lagi, selamat tinggal! "

Setelah itu, Susi langsung berbalik dan keluar.

Melihatnya pergi, Henry Qiao terasa lemah dan dia terjatuh di kursi.

Dia tidak menyangka Susi akan membunuh anak itu begitu cepat.

-----

Susi datang ke kedai kopi di gedung Perusahaan Besar Chen.

Setelah menunggu beberapa saat, dia akhirnya melihat Josephine Bai datang.

Josephine Bai meletakkan tas di sofa, duduk, dan meminta maaf: "Maaf, aku tertidur di kantor Claudius selama satu sore."

“Kamu sangat keren sekarang, begitu sibuk menjalankan Perusahaan tetapi masih memiliki waktu untuk menemani Tuan Chen tidur siang.” Susi tersenyum dan berkata: “Tampaknya semua hari-hari yang sulit telah berlalu untukmu dan Tuan Chen.”

“Awalnya benar-benar sangat sulit, tetapi untungnya semuanya telah berlalu.” Josephine Bai tertawa.

"Ya, tetapi semua itu sepadan untuk apa yang kau rasakan sekarang." Susi mengayunkan gelasnya: "Selamat."

"Terima kasih." Josephine Bai mengambil cangkirnya dan bersulang dengan Susi. Setelah menyesapnya, dia meletakkan cangkir itu kembali di atas meja, "Jadi bagaimana denganmu? Apakah sudah berakhir dengan Henry Qiao?"

"Ya," Susi mengangguk.

"Benarkah?" Josephine Bai mengawasinya dan bertanya lagi.

Susi mengangguk: "Ya, semuanya telah berakhir!"

“Susi, apakah kamu benar-benar tidak mencintai Henry Qiao lagi?” Josephine Bai tidak tahu ini kali ke berapa dia menanyakan pertanyaan ini. Menurutnya, jika masih ada sedikit saja rasa cinta padanya, dia tidak akan tega memasukannya ke penjara

"Apa gunanya mengatakan ini sekarang?" Susi mengangkat bahu dengan acuh tak acuh dan tersenyum, "Aku akhirnya merasa lega. Apakah kamu tidak bahagia untukku?"

"Apakah aku seharusnya bahagia untukmu?"

"Tentu saja, selama bertahun-tahun, aku tidak berani meminta cerai karena kebaikan keluarga Qiao. Aku telah berkali-kali melihatnya dengan wanita lain. Jika tidak membebaskan diriku, aku akan terus mencoba melarikan diri, dan aku tidak akan pernah menemukan akhirnya. "

"Tapi sekarang kau membuang semua kebaikan keluarga Qiao. Bisakah kau benar-benar merasa tenang?" Josephine Bai terdiam sebentar lalu berkata lagi, "Kau sama sekali tidak bahagia? Aku bisa melihatnya."

Susi menyesap jusnta dan tersenyum, "Aku tidak bisa mendapatkan semuanya, pikirkan itu…”

Setelah sejenak dia lanjut berkata, "Josephine, aku tahu kamu mengkhawatirkanku, tetapi kamu dapat yakin bahwa sejak ayahku meninggal, aku menjadi lebih kuat, aku pasti mampu bertahan.”

"Semoga, seperti yang kamu katakan," Josephine Bai menghela nafas.

Susi mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jamnya: "Mengapa Angie belum tiba."

"Mungkin jalanan macet," kata Josephine Bai.

Ponselnya tiba-tiba berdering, dan kata 'suami' terlihat di layar ponsel. Susi melirik ponselnya, tersenyumnya dan berkata: "Tampaknya Tuan Chen benar-benar tidak dapat dipisahkan darimu walaupun sebentar saja. "

“Dia mungkin baru selesai rapat dan melihat bahwa aku tidak di kantor.” Josephine Bai mengangkat telepon: “Claudius, aku dan Susi sedang di kedai kopi di lantai bawah, aku akan makan malam dengan Susi dan Angie nanti. "

"Kamu bersama Susi?" Kata Claudius Chen.

"Ya, ada apa?"

"Aku kebetulan ingin bertemu dengannya, aku akan kesana."

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu