Istri ke-7 - Bab 195 Membuat Kesempatan (4)

“Claudius, hati-hati," ujar Juju sambil membopongnya dengan berhati-hati ke dalam kamar.

Claudius menggerakkan badannya, sebelah tangannya berpegangan pada dinding, ia membuka kedua matanya, matanya yang buram karena mabuk menatapnya dan bertanya, "Kenapa kau belum tidur?"

"Kalau kau belum kembali aku tak bisa tidur," kata Juju menatapnya balik.

Kalau kau belum kembali aku tak bisa tidur... Kalimat ini barusan terdengar dari seorang pria lain, ia menunggu istrinya, mereka begitu bahagia. Namun ia masih mendekatinya dengan tidak tahu batasan, bertujuan merusak kebahagiaannya.

Tiba-tiba ia teringat perkataan Josephine dan Henry hari ini, mereka semua berkata orang yang sudah mati tak akan hidup kembali, Josephine tak akan pernah kembali, dan ia menyuruhnya melihat orang di depannya dengan lebih baik.

"Claudius, apa kau baik-baik saja?" Tanya Juju dengan penuh perhatian, "Kau berbaringlah dulu di ranjang, oke? Aku akan mengambilkanmu segelas air."

Claudius menatapnya, kemudian seketika menariknya ke pelukannya, lalu menunduk dan mencium bibirnya.

Juju kaget karenanya, aroma tubuhnya dan aroma whisky seketika mengalir, menggila di mulutnya.

Karena sebelumnya tidak pernah melihatnya menggila begini, Juju kaget hingga terdiam, tetapi tak lama ia sadar, kedua tangannya menopang tubuhnya yang sempoyongan, dengan bergairah menerima ciumannya.

Saat Claudius menciumnya, dalam hatinya terus menerus mengingatkan diri sendiri, lupakan masa lalu, mulailah kembali, kalau ia tak mengambil langkah pertama ini, hidupnya akan terus depresi, ia tak akan keluar dari kegelapan.

Otak Juju kacau akibat ciumannya, ia mundur kemudian tubuhnya ditekan ke atas ranjang oleh Claudius.

Yang ia tunggu, yang ia mau... Akhirnya datang.

Harapan terakhirnya di kehidupan ini, akhirnya akan tercapai!

Hatinya dipenuhi perasaan bergairah yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata, ia sungguh gembira hingga air matanya mengalir.

Kharismanya begitu memesona, begitu manis, manis hingga Juju... Tak bisa menahannya.

Rasa manis yang sedikit amis ini, rasa darah?

Darah... Juju tertegun, seketika ia tersadar, ia mengusap ujung bibirnya, ternyata betulan darah...!

"Ah...!" Teriaknya nyaring sambil mendorong Claudius, lalu bangun dari ranjang, ia sekuat tenaga melarikan diri, namun Claudius menariknya kembali ke pelukannya, memeluknya dan mencium serta menggigitnya lagi, ia bergumam pelan, "Josephine, jangan pergi, jangan pergi..."

"Claudius, kau kenapa? Lepaskan aku..." Kata Juju ketakutan, sambil meronta ia berteriak, "Aku bukan Josephine, lepaskan aku..."

Claudius malah seolah tak mendengarkan desahannya, ia memeluknya erat-erat, ia menggigit leher Juju berkali-kali, di mulutnya tetap memanggil nama Josephine.

Karena ia tak kuat menahan kesedihannya, kekuatan giginya tak bisa dikontrol, ia menggigit leher Juju, rasa sakit itu menyebar, Juju terkejut dan berteriak nyaring, "Tolong...! Tolong aku...!"

Ia mulai memukul lengan Claudius dengan tinjunya, ia berkata sambil menangis keras, "Claudius, cepat lepaskan aku... Aku sungguh bukan Josephine... Josephine sudah meninggal dari dulu!"

Tubuh Claudius tiba-tiba menjadi kaku, kemudian ia berteriak padanya, "Omong kosong! Josephine belum mati...!"

"Ia sudah mati, dua tahun lalu ia tenggelam di laut dan meninggal...!" Teriak Juju sambil menatapnya, bahkan di saat seperti ini, di saat paling sedihnya, dalam hatinya tetap muncul nama Josephine.

Claudius menggigit bahunya, melukai tubuhnya, yang dipikirkan dalam hatinya malah adalah wanita lain, mengapa begitu? Mengapa harus begitu tega terhadapnya?

Kesedihan dan ketakutan dalam hatinya mencekiknya, ditambah rasa sakit di bahunya, seumur hidupnya ia tak pernah merasa sesakit ini, ia merasa ia akan mati dalam siksaannya.

Ia sangat sedih, namun Claudius lebih sedih darinya, ia menahan kesedihan dalam hatinya, ia berbalik dan menekan Juju di atas ranjang, tangan yang memeluknya berpindah dan mencekik lehernya, dengan nada marah ia menggerutu, "Josephine sudah meninggal... Karena kalian mendesaknya untuk mati... Kalian...!"

Juju sangat ketakutan, wajahnya yang pucat berubah ungu, sambil meronta ia menjelaskan dengan susah payah, "Bukan aku... Bukan..."

Terdengar suara dan semua orang masuk, mereka melihat Claudius mencekik Juju mati-matian, di wajah dan badan kedua orang itu terdapat bercak darah.

Dokter Zhang secepat mungkin menarik Claudius dari atas tubuh Juju, Juju akhirnya bebas, ia berguling di ranjang, kemudian dengan cepat merangkak ke arah pintu, hingga ia merasa dirinya aman baru ia terkulai di lantai.

Melihat Claudius dipegangi oleh Dokter Zhang dan Joshua, akhirnya ia menangis dengan hati yang hancur.

"Kakak ipar, apa kau baik-baik saja?" Tanya Chelsea melihat Juju yang seperti itu, ia segera membopongnya, lalu bertanya, "Kenapa ada darah di tubuhmu? Apakah kau terluka?"

"Sakit, seluruh tubuhku sakit..." Kata Juju, saat ini ia sudah tidak tahu sebenarnya bagian mananya yang sakit, ia hanya tahu sekujur tubuhnya sudah tak bertenaga, sekujur tubuhnya kesakitan...

"Nyonya muda jangan takut, sudah tidak apa-apa," kata Pengurus He menghampirinya, kemudian mengisyaratkan pada Chelsea untuk membantunya berdiri, "Mari bawa nyonya muda kembali ke kamarnya dahulu."

Chelsea mengangguk, lalu membopongnya dengan Pengurus He ke kamar di seberang.

Claudius perlahan kembali tenang, nenek memandang tampangnya yang menyedihkan, sambil menangis ia mengusapkan handuk basah untuk menghilangkan bercak darah di wajah Claudius.

Dokter Zhang berdiri di sisinya, seperti biasa menenangkan, "Nyonya besar tenanglah, tuan muda sudah tidak apa-apa."

"Bukankah ia sudah sangat lama tidak kambuh? Kenapa hari ini ia kambuh lagi?"

"Kurasa mungkin karena minum bir," kata Dokter Zhang.

Nenek mendongak menatapnya, kemudian menepuk tangan Claudius dan berkata, "Kenapa kau pergi minum?"

"Kurasa kakak sedang sedih sehingga ia pergi minum," kata Joshua.

Barusan semua orang mendengar Claudius terus menerus meneriakkan nama "Josephine", sepertinya ia sedih karenanya, ia minum bir karenanya.

Nenek melihatnya yang meskipun sudah tertidur namun tetap mengerutkan dahi itu, ia terisak dan berkata pelan, "Sudah berlalu selama ini, kau masih tidak mau memaafkan?"

Claudius yang berbaring di ranjang jelas tidak akan menanggapinya.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu