Istri ke-7 - Bab 120 Kebetulan bertemu (1)

"Ibu, kalian lapar tidak? Aku pergi beli makanan untuk kalian." Josephine menunjuk warung makan disebelah.

"Tidak perlu."

"Ibu, kamu kenapa?" Josephine melihat mata ibunya basah, dia pun menghentikan langkahnya dan mengamati ibunya, bertanya: "Apakah kondisi Justin tidak baik?"

Di dalam hati ibunya hanya ada Justin, Josephine tahu, jadi ketika dia melihat tanda ibunya habis menangis, dia langsung berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan Justin.

Rose menggelengkan kepalanya, melihat ke Josephine dengan perasaan bersalah: "Ibu hanya merasa sangat bersalah terhadapmu."

Pertama kalinya mendengar ibunya berkata seperti ini, hati Josephine terasa pahit, kemudian tersenyum ringan: "Ibu, mulai hari ini kita akan memulai hidup baru, hal yang sudah lewat tidak usah dipikirkan lagi, dan jangan dibicarakan lagi, bagaimana?"

"Baik." Rose meskipun memiliki banyak pertanyaan, tapi dia menahan dan tidak bertanya lagi.

Setelah mereka kembali ke apartemen bersama, Vincent Lee menurunkan Justin, kemudian berkata kepada Rose: "Tante, udara dan pemandangan apartemen ini lumayan bagus, di lantai bawah juga ada fasilitas yang lengkap, mulai sekarang tante dan Justin tinggal disini saja."

"Bagaimana dengan kakak? Kakak tidak tinggal bersama kita?" Justin menarik tangan Josephine dan bertanya.

"Tentu saja tinggal bersama." Josephine mencubit gemas ujung hidung Justin.

Vincent Lee menambahkan: "Tapi setelah aku dan kakakmu menikah, kakakmu sudah tidak bisa tinggal bersama kalian."

"Kalau begitu kalian tinggal dimana?"

"Tentu saja pulang ke rumahku."

Josephine menatapi Vincent, dia benar-benar tidak ada keberanian untuk memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya, dia benar-benar akan menikah dengan Vincent? Kemudian pindah ke rumah keluarga Lee?

Sudah lewat beberapa hari, mengapa setiap memikirkan hal ini, hati Josephine samar-samar terasa penolakan? Tidak seharusnya seperti ini!

*****

Apa yang dilakukan Vincent Lee dulu, Rose tahu, jadi dia tetap tidak bisa mengerti kenapa Josephine masih mau menikah dengannya.

Malamnya, Rose pun tidak bisa menahan lagi dan bertanya kepada Josephine: "Sebelumnya Vincent Lee melakukan hal seperti itu, kenapa kamu masih mau menikah dengannya?"

Josephine tahu ibunya pasti ingin bertanya tentang ini, dia pun tersenyum pahit dan berkata: "Karena pertolongannya, kita baru bisa melepaskan diri dari genggaman Fransiska dan putrinya, meskipun di pertengahan terjadi sangat banyak hal, tapi sekarang semuanya sudah kembali seperti semula, dipikir-pikir juga tidak ada yang tidak baik."

"Dia mengancammu untuk setuju?"

"Juga tidak termasuk mengancam, hanya saja melakukan pertukaran." Josephine menatapi Rose, berkata: "Lagipula sampai sekarang, dia lumayan baik terhadapku, tujuan hidup perempuan bukannya untuk mencari lelaki yang menyayanginya?"

"Tapi.....Di antara kamu dan Claudius......" Rose ragu-ragu, tidak berani bertanya, takut menyakiti perasaan Josephine.

"Sudah putus dengan bersih." Josephine menjawab tanpa keraguan.

Rose tahu dia bersalah pada Josephine, juga tidak berani bertanya lebih lanjut, setelah mengangguk, dia pun berbalik badan kembali ke kamarnya.

Claudius mendongak meneguk anggur merah di tangannya, kemudian melihat ke arah Henry Qiao yang duduk di depannya, berkata: "Lumayan."

"Lafite asli tahun 1982, bukan masalah harga, tapi masalah langkanya, aku tidak akan rela membiarkan orang biasa mencoba anggur merah ini." Henry Qiao tertawa, meminum seteguk anggur merah, kemudian kembali menuangkan anggur merah ke gelas mereka.

"Lafite tahun 1982, kenapa aku tidak merasa adalah barang langka?"

"Kamu minum atau tidak?" Henry langsung menarik gelas Claudius, tangan Claudius yang meraih gelas pun kosong, kemudian Claudius tertawa ringan: "Baiklah, memang adalah anggur merah yang bagus."

"Oh iya, hari ini kenapa tiba-tiba kepikiran mengajakku minum?" Claudius bersandar ke belakang, bersandar ke sofa dan mengamati Henry.

Henry mengamati Claudius, di matanya terlihat sedikit tatapan mengejek: "Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa sudah lama tidak mengajakku minum? Kenapa? Senang mendapat anak, jadi mau membuang teman?"

"Bukan, belakangan perusahaan sibuk."

"Perusahaanmu kapan tidak sibuk?" Henry menyalakan sebatang rokok, menghisap ringan kemudian menatapi Claudius bertanya: "Oh iya, ketika putramu mencapai 100 hari, apakah kalian akan mengadakan pesta besar?"

Pesta 100 hari.....

Putranya saja belum tentu bisa melewati 2 bulan ini, untuk apa membicarakan pesta 100 hari?

Claudius dengan susah payah tersenyum, mengangkat alisnya: "Kenapa? Kamu sudah tidak sabar memberi angpau?"

"Bukan, Susiku sepertinya sangat menanti-nanti, ingin melihat putramu." Henry melirik Claudius, wajahnya tetap tersenyum.

"Ternyata Nyonya Qiao suka keramaian, baiklah, saat itu pasti lebih dulu mengirimkan undangan untukmu."

"Tidak sia-sia menjadi temanmu." Henry pun mengangkat gelasnya: "Sini, habiskan."

Claudius mengambil gelasnya dan menyentuh gelas Henry, kemudian meneguk habis anggur merahnya.

Setelah keluar dari bar, Claudius pun naik ke mobil.

Sam melihat Claudius dari kaca depan, kemudian berkata dengan khawatir: "Tuan muda, perlu saya ambilkan sebotol air untuk anda?"

"Tidak usah, pulang ke rumah saja." Claudius tidak mabuk, dia hanya merasa sedikit lelah.

Sam menyalakan mesin mobil dan melaju menuju rumah keluarga Chen, setelah melewati area yang ramai, lampu sekeliling pun menggelap, Claudius melihat pemandangan diluar jendela yang lewat dengan cepat, tiba-tiba merasa sedikit kesal, dia pun berkata: "Ke apartemen."

"Apa?" Sam pikir dia salah dengar.

Karena Claudius sangat jarang tinggal di apartemen, karena tidak diperbolehkan Nyonya Tua karena dia khawatir, apalagi disaat seperti ini, istri dan anaknya semua ada di rumah keluarga Chen, Claudius malah ingin ke apartemen?

Setelah dia melihat Claudius mengerutkan kening, Sam baru sadar dia menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan, dia pun langsung berkata: "Tuan muda, saya sekarang juga mengantar anda ke sana."

Claudius mengerti mengapa Sam bisa kaget, sebenarnya dia sendiri juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba ingin tinggal semalam di apartemen.

Mungkin karena tidak ingin pulang ke rumah keluarga Chen untuk menghadapi anaknya yang kasihan, atau mungkin karena tidak ingin menghadapi Shella yang sudah berubah.

Kemarin malam ketika penyakitnya kambuh, Shella menyalakan lampu, akhirnya ditakuti sampai pingsan, meskipun semuanya masuk akal, dan Claudius juga tidak ada maksud untuk mencurigai dan menyalahkan Shella, tapi samar-samar dia merasa ada yang salah, merasa Shella tidak sama dengan dia yang dulu.

Tidak hanya ketika penyakitnya kambuh, masih ada banyak hal yang lain yang dari luar terlihat tidak masalah, di dalam hati merasa ada yang aneh.

Mungkin juga ini bukan masalah Shella, melainkan dia sendiri yang bermasalah.

Jadi Claudius merasa dia sangat perlu mencari tempat yang tenang, untuk menenangkan hatinya yang tidak normal ini.

Claudius mendorong pintu apartemen, menghadapi apartemen yang gelap, Claudius pun mengerutkan kening, hatinya sebenarnya tidak suka tidak ada yang menunggunya di rumah.

Dia mengangkat tangannya dan menyalakan lampu, setelah seluruh apartemen terang, barulah dia merasa sedikit nyaman.

Terakhir datang kesini adalah ketika anaknya keluar dari rumah sakit, sudah lebih dari 1 bulan, dia melangkah masuk, di punggung sofa masih ada sapu tangan yang dipakai bayi, melihat sapu tangan ini, hatinya langsung terasa sakit.

Dia pun mengambil sapu tangan itu dari punggung sofa, dan menaruhnya di bawah meja.

******

Meskipun penyakit Justin terlihat membaik, tapi Josephine tetap tidak tenang, keesokannya dia pun memutuskan membawa Justin ke rumah sakit untuk memeriksa kondisinya.

Ketika mereka sarapan, Josephine menambahkan segelas susu untuk Justin, Justin langsung cemberut dan menolak: "Kak, aku tadi sudah minum segelas."

"Kamu terlalu kurus, banyak minum susu baru bisa gendut, ayo, malam ini kakak belikan paha ayam untukmu."

"Benarkah?" Justin merasa senang.

"Tentu saja." Josephine mengangkat tangannya dan mengelus kepala Justin: "Cepat makan, setelah makan kita keluar."

"Benar, Justin, kakak iparmu sudah menunggu di bawah." Rose mengelap mulut Justin dengan penuh kasih sayang.

"Oh." Justin menurut dan menghabiskan susunya, kemudian dia meletakkan gelasnya dan berlari ke arah pintu: "Ayo! kita keluar!"

"Justin, kamu jangan berlari begitu cepat." Rose bergegas mengejar Justin.

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu