Istri ke-7 - Bab 103 Alasan Kambuh (1)

Meskipun hal seperti ini sering terjadi, tetapi setiap kali melihatnya nenek tetap sedih hingga menitikkan air mata, ia mengusap bekas air mata di wajahnya, dengan khawatir bertanya, "Bagaimana bisa? Claudius sudah beberapa hari ini baik-baik saja. Kenapa hari ini kambuh lagi?"

Dokter Huang melihat Claudius yang berbaring di atas ranjang, dengan ragu berkata, "Ini… Aku juga tidak yakin."

"Mungkinkah berkaitan dengan makanan kakak akhir-akhir ini?" Tanya Sally tiba-tiba, lalu dengan cepat menyambung, "Jangan-jangan ada hubungannya dengan ia makan hot pot hari ini?"

Kata-kata Sally membuat jantung Josephine hampir lepas, Josephine dengan kaget memandang Claudius yang terbaring di ranjang, mungkinkah karena makan hot pot malam ini? Apakah pengaruh hot pot baginya sebesar ini?

Dalam sekejap hatinya terisi dengan rasa takut dan bersalah, mau menyesal pun sudah terlambat.

"Hot pot?" Nenek mengerutkan dahi, ia memandang semua orang di sekitarnya. "Claudius malam tadi makan hot pot? Siapa yang pergi dengannya?"

Semua orang di dalam kamar seketika diam, terlebih lagi Sally, ia langsung membekap mulutnya, ekspresinya seperti dalam masalah, ia Joshua saling bertatapan dengannya, tak bicara apapun.

Nenek pun mendesak Sally lagi. "Sebenarnya apa yang terjadi?"

Sally menurunkan tangannya, lalu bicara dengan gelagapan, "Uh… Aku hanya asal menebak."

"Asal menebak?" Nenek menatap Josephine erat-erat. "Bagaimana denganmu? Hari ini kaulah yang makan malam dengannya, sebenarnya apa yang kalian makan?"

Begitu merasakan tatapan dingin nenek, Josephine tersentak, meskipun ia sudah berjanji pada Claudius untuk menjaga rahasia, namun di saat seperti ini ia tak bisa terus menyembunyikannya.

Ia pun buka mulut, "Nenek, tuan malam ini memang pergi makan hot pot."

"Apa katamu?" Bentak nenek marah, emosinya meningkat hingga ia hampir saja pingsan, ia maju dan mengatunkan cambuk ke tubuh Josephine. "Apakah Pengurus He tidak pernah bilang, Claudius tidak boleh berurusan dengan rokok, bir, makanan pedas, apalagi hot pot?"

Josephine terkejut. Tubuhnya menghindar sendiri ke samping.

Cambukan nenek tidak tepat sasaran, Sally dan Joshualah yang mendorong Josephine.

Sally dengan panik berteriak, "Nek, kakak ipar sedang hamil, kau tak boleh memukulnya."

"Apa hebatnya kalau sedang hamil? Memukul bayinya hingga gugur baru lebih baik!" Ujar nenek, ia dari awal tidak mengharapkan kelahiran anak itu, sehingga wajar ia tidak akan memaafkan kelakuan tak tahu diri Josephine demi satu anak itu.

"Benar, nenek, aku rasa kakak ipar pasti hanya lupa, jangan marah," kata Joshua sambil berjalan ke arah Josephine, melindunginya di belakang tubuhnya.

"Lupa? Lihat apa yang kau lakukan pada Claudius!" Teriak nenek yang sama sekali tidak meredakan amarahnya, ia menunjuk Claudius, "Claudius dulu tidak pernah makan makanan tidak sehat semacam itu, bagaimana bisa setelah menikah denganmu ia berubah total, bahkan sapai selera makannya berubah? Kalau begini bagaimana bisa aku mempercayakan Claudius padamu?"

Josephine juga melindungi perutnya dengan tangan, ia mengerutkan tubuhnya di belakang Joshua, dengan wajah bersalah ia berkata, "Nenek, maafkan aku, aku tidak menyangka akibatnya separah ini. Aku…"

"Kau juga bukannya tak pernah melihat Claudius sakit sampai seperti ini , setiap kambuh sekali ia bertambah satu kali bahaya, setiap kali kambuh mungkin bisa merenggut nyawanya, tahu?" Kata nenek menelan amarahnya, lalu mengarahkan cambuk pada Josephine, "Dan kamu, seorang ibu hamil sepertimu pergi makan hot pot? Kau ingin anakmu cacat? Kamu…"

Nenek bertambah marah, hingga lagi-lagi hampir pingsan.

"Nenek, jangan buru-buru marah dulu, bukankah kakak sudah baikan?" Kata Sally menopang tubuh nenek dan berjalan ke sofa, lalu membantunya duduk.

Baru saja duduk, nenek langsung berdiri lagi dan berkata pada Josephine, "Pergi, ke kuil dan berdoalah hingga besok sore."

Mendengar kata kuil, Josephine langsung panik, ia dengan sekuat tenaga menggeleng. "Nenek, aku tidak bisa pergi, tolong biarkan aku tinggal dan menjaga Claudius."

Ia sekarang sedang hamil, bagaimana bisa pergi ke tempat sial itu. Bagaimana bisa berdoa di sana sehari semalam?

Tapi ia tahu permohonannya tidak mungkin didengar, karena nenek tak pernah mendengarkan permohonan orang. Sesuai dugaan, nenek dengan persisten berkata, "Tidak perlu!"

"Nenek…!"

"Enyah!" Kata nenek tak tahan lagi mendengarnya bicara, ia pun minum. Setelah itu ia menarik nafas panjang. Ia meminta Dokter Huang menjaga Claudius baik-baik, lalu meninggalkan kamar.

Melihat keputusan nenek telah mutlak, Josephine tidak lagi meminta maaf padanya, melihat Claudius yang tak bergerak, hatinya sedih dan suram, tak disangka makan hot pot membuatnya dan Claudius sampai seperti ini.

Sally berjalan ke hadapannya, dengan wajah menyesal ia meminta maaf, "Kakak ipar, aku benar-benar minta maaf, aku sungguh tidak sengaja, aku hanya mau memberikan informasi untuk penyembuhan Dokter Huang, aku…"

Ia merasa bersalah hingga tak mampu melanjutkan kata-katanya, melihatnya begitu, Josephine tersenyum dan berkata, "Aku tahu kau tidak bermaksud begitu, akulah yang salah, aku terlalu meremehkan penyakitnya."

"Tapi…" Kata Josephine memandang Sally, "Bagaimana bisa kau tahu aku dan Claudius pergi makan hot pot?"

Ia pergi makan hot pot dengan Claudius adalah keputusan yang mendadak, begitu pulang mereka langsung kembali ke kamar masing-masing, tidak bilang pada siapapun, Claudius semestinya tidak akan bilang pada siapapun.

Joshua menjawab, "Oh, begini, malam ini aku dan Sally awalnya mau makan di restoran hot pot sebelahnya itu, namun melihat mobil kakak di depan pintu, kami tak enak mengganggu kalian."

"Maaf ya, aku benar-benar tidak sengaja," kata Sally dengan wajah tetap menyesal.

Josephine tersenyum sedih, setelah memandang Claudius untuk terakhir kalinya, ia berbalik dan pergi ke kamarnya.

Lagi-lagi pergi ke kuil keluarga Chen, Josephine seperti biasa belum masuk pun sudah merasa lemah.

Dua orang pembantu yang berjaga di pintu mengingat kejadian ia masuk sendiri ke kuil waktu itu, merekapun sangat awas terhadapnya, mereka saling bertatapan mata lalu dengan hati-hati bertanya, "Nyonya muda, waktu itu bukankah anda sudah kaget hingga pingsan? Mengapa anda masih berani datang?"

Mereka berdua tidak menampakkan wajah melawan Josephine, bagaimanapun mereka sudah bekerja sangat lama di sini, dulu setiap orang yang mereka temui tidak bisa kabur dari sini, baru pertama kali mereka melihat orang yang menantang maut seperti Josephine begini.

Josephine sedikit malu karena ekspresi takut mereka, nampaknya sebelumnya ia benar-benar membuat mereka takut ya? Dan lagi ia juga membuat mereka lelah karena dihukum Claudius.

"Kalian tenang saja, kali ini aku benar-benar datang karena dihukum, aku tidak akan lari sembarangan lagi," katanya.

Lagipula kalaupun ia punya keberanian lagi, ia tetap tidak akan berani masuk lagi seperti dulu.

Di dalam kuil seperti biasa hanya diterangi beberapa batang lilin, di sekitarnya benar-benar gelap, sunyinya sampai-sampai membuatnya seperti bisa mendengar suara lilin yang terbakar.

Josephine berjuang keras memperhatikan pintu kayu di sudut kanan atas, ia menyadari gemboknya telah bertambah 1 buah, mungkin ditambahkan setelah kejadian saat itu?

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu