Istri ke-7 - Bab 132 Rencana Tidak Bisa Mengikuti Perubahan (3)

Lelaki ini memang sesuai dengan permintaannya, dari tempat tidur ke ruang tamu, lalu dari meja makan ke kamar mandi, hingga kini kembali lagi ke kasur, Shella sudah sampai minta ampun dengannya.

“Claudius, bolehkah berhenti sebentar? Aku......!” sembari Shella memohon, lelaki itu semakin menggunakan tenaganya, rasa sakitnya membuatnya hingga gemetaran.

Dibandingkan dengan tubuhnya yang awalnya sangat menginginkannya, namun saat ini dia sudah mulai membenci rasa dimiliki ini.

Dari awal mulai hingga sekarang sudah lewat 2 jam penuh, dia merasa dirinya sakit bagaikan dirobek, disaat lelaki ini mendorongnya hingga ke kasur, keningnya tidak sengaja menabrak tombol di dinding.

Lampu bersinar, lalu seluruh ruangan menjadi terang.

Ketika dia membuka mata dan menyadari dirinya sedang memeluk sebuah badan yang hitam, dia terkejut dan segera berteriak, dia langsung mendorong lelaki dalam pelukannya, dan badannya bergegas mundur.

“Kamu.......!” Shella bingung, dia melihat orang hitam ini dengan bingung, bagaimana mungkin bisa dia? Apa yang terjadi?

Orang yang tadi bermain selama 2 jam berturut itu bukan Claudius, melainkan adalah......orang hitam ini?

Melihat lelaki yang baru saja dia lihat tadi, muka Shella berubah pucat, lelaki ini......dia ingat, bukankah ini adalah supir baru yang dipekerjakan oleh Claudius?

Tapi bagaimana mungkin bisa adalah dia? Mengapa?

Dimanakah Claudius? Jelas-jelas adalah Claudius yang memeluknya masuk kedalam kamar tidur, dan meletakkannya dikasur, bagaimana mungkin......?

Shella melototnya sejenak lalu berkata dengan gemetaran, “Kamu......”

“Hi, nama aku Lawson.” Orang hitam itu tersenyum ceria kepada Shella, dia melirik badan Shella lalu berkata, “Nona Bai tidak hanya punya badan yang seksi, tekniknya juga yang paling bagus yang pernah aku temui, apakah kita boleh sering main nanti?”

“Kamu......keparat! minggir kamu!” Shella baru saja menyadari dirinya masih telanjang, dia lalu menarik selimut disampingnya dan menutup dadanya, dan berteriak kepada Lawson, “Mengapa adalah kamu? Dimana Claudius? Dimanakah dia?”

“Tuan Claudius telah pergi karena ada urusan penting di kantor, dan membiarkanku datang memberitahu Nona Bai, siapa tahu Nona Bai begitu......” Lawson menggerakkan bahunya, mukanya sama sekali tidak malu, “Nona Bai yang memelukku duluan, jika aku menolak begitu saja, bukankah aku akan terlihat lemah?”

“Kamu......apakah kamu tahu aku siapa?” Shella sangatlah marah dan ingin menendangnya dari kasur, namun rasa sakit ditubuhnya membuatnya tidak bisa mengeluarkan tenaga yang besar, dan dia hanya bisa kembali terduduk.

Claudius mengelengkan kepalanya, “Wanita Tuan Claudius terlalu banyak, aku tidak mungkin bisa menghapal semuanya.”

“Aku adalah istrinya! Apakah kamu tahu apa yang telah kamu lakukan tadi? Jika Tuan Claudius mengetahui bahwa kamu meniduri istrinya, dia pasti akan memotongmu hingga berkeping-keping, cepat keluar!” kata Shella dengan marah.

Lawson malah tetap merasa biasa aja, dia mengerakkan bahunya karena terbiasa, “Waktu itu juga ada seorang wanita bermarga He mengatakan bahwa dia adalah istri Tuan Claudius, tapi tekniknya tidak sebagus kamu, aku masih lebih menyukai Nona Bai.”

Sambil berkata, Lawson mengangkat selimut dan menarik Shella dari pojok, lalu kembali menekannya.

Shella ketakutan, dia berteriak dan mengelak.

Dia takut dan marah, tidak tahu apakah sakit atau mungkin kesakitan, air matanya sampai bekucuran. Dia tidak berpikiran bahwa malam yang seharusnya indah ini akan berubah menjadi begini.

Dia menutup mata dan mengigit bibirnya, lebih banyak air mata yang mengalir.

Josephine melihat jam yang berada di dinding dan berkata kepada Vincent yang sedang bermain game bersama Justin, “Vincent, sudah malam, kamu harus pulang istirahat, besok masih harus kerja.”

Vincent meletakkan tangannya yang bermain game, dan tersenyum, “Ada apa? Kamu mengusirku?”

“Sudah jam 10, sangatlah normal untuk mengusirmu.” Josephine menariknya dari tempat duduk dan mendorongnya kearah luar, “Sekalipun kamu tidak mau istirahat, Justin juga harus tidur sekarang!”

“Kakak, biarkan kakak ipar menemaniku sebentar lagi.” Justin berdiri dan memprotes.

“Tidak boleh, dokter mengatakan bahwa kamu harus tidur pagi dan bangun pagi” kata Josephine.

Vincent mendekat dan memegang kepala Justin, “Benar, kakak benar, kamu harus tidur pagi dan bangun pagi, besok kakak ipar baru datang menemanimu lagi, ok?”

“Baiklah.”

“Kalau begitu aku pulang dulu ya.”

“Selamat tinggal kakak ipar.”

Josephine mengantarkan Vincent hingga kedepan lift, lift telah sampai, Vincent merangkul Jospehine, dan satu tangannya yang lain menekan tombol lift, dan mencium kening Josephine, “Aku pulang dulu, kamu tidur pagian.”

“Baik, hati-hati dijalan.” Josephine menganggukkan kepalanya.

“Baik.”

“Cepat masuk.” Josephine menunjuk lift menggunakan dagunya.

Vincent melangkah memasuki lift, lift melangkah hingga ke lantai 1, Vincent kebetulan melihat Claudius tengah menarik kancing bajunya, di keningnya sudah penuh dengan keringat.

Vincent tidak mengira bahwa dirinya akan bertemu dengan Claudius disini, setelah tercengang sejenak, dia lalu bertanya, “Kakak, apakah kamu baik-baik saja?’

Claudius mengangkat kepalanya dan menatapinya, matanya bersinar, dan berusaha untuk tetap tersenyum, “Aku tidak apa-apa.”

Lalu dia melangkah masuk kedalam lift dan pintu lift tertutup secara perlahan.

Vincent berdiri didepan lift sejenak, lalu melangkah meninggalkan tempat itu.

Entah karena bertemu dengan Claudius, Vincent yang kembali ke mobilnya merasa tidak tenang, dia mengeluarkan telepon dan menelepon Josephine.

Ketika panggilan terhubung, Josephine kebetulan merangkak ke tempat tidur dan bersiap untuk tidur, dia melihat telepon dan bertanya karena bingung, “Ada apa Vincent? Apakah kamu sudah pulang?”

“Aku sedang berada di mobil, aku ingin tahu apa yang kamu lakukan sekarang.” Tanya Vincent sambil memegang teleponnya.

“Apa yang masih bisa aku lakukan? Tentu saja bersiap untuk tidur.”

“Apakah kamu sudah di atas kasur?”

“Baru saja.” Josephine mendesaknya, “Baiklah, kamu setir mobilmu dengan hati-hati.”

“Kalau.......kalau begitu aku akan meneleponmu setelah tiba di rumah.”

“Baik.” Josephine menganggukkan kepalanya dan mengakhiri panggilan.

Dia meletakkan telepon diatas kasur, dan teleponnya berbunyi lagi, dia mengambilnya dan langsung menjawabnya, “Tuan Mudaku, ada apa lagi?”

Namun didalam telepon tidak ada suara Vincent, melainkan adanya suara nafas terengah-engah. Josephine bingung, dia meletakkan selimut di tangannya dan bertanya, “Halo.......siapakah kamu?”

“Yang penting bukan orang yang kamu pikirkan.” Disisi lain terdengar suara Claudius.

Josephine kembali tercengang, lalu melihat nama yang tertera, benar saja adalah nomor Claudius, belum menunggu dia mengatakan apa-apa, suara Claudius kembali terdengar, “Buka pintu, keluar.”

Nada bicaranya tetaplah sangat menakutkan.

Josephine membuka mulut dan berkata dengan panik, “Tuan Claudius......ada apa? Aku sudah tidur.”

Sudah jam begini, mengapa dia masih meneleponnya dan menyuruhnya keluar, Josephine tidak mengerti. Beberapa hari lagi dia akan menikah, untuk menghindari pendekatan yang berlebihan diantara mereka, bagaimanapun juga Josephine tidak boleh keluar.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu