Istri ke-7 - Bab 146 Orang Cacat (4)

Ia menyelinap melewati samping Claudius hendak masuk ke kamar, namun Claudius merangkul pinggangnya, lalu menarik Josephine hingga menempel padanya, lalu berkata, "Jangan pergi dulu."

"Kenapa?" Ujar Josephine dengan dipenuhi firasat buruk.

"Coba apakah ada masalah pada kemampuanku itu," katanya, sejak keluar dari plaza Claudius terus ngambek karena hal itu, sekarang akhirnya tiba saatnya menunjukkan kebolehannya pada Josephine, tentu ia tak akan melepaskannya.

Josephine sedang mengenakan baju tidur barunya, tubuhnya yang menggoda yang terlihat dari balik pakaian tipis itu menempel pada Claudius yang bertelanjang dada, mencium aroma tubuhnya yang segar sehabis mandi, Josephine seketika merasa tak bisa bernapas.

Josephine menelan ludah dan berkata, "Aku belum mandi."

"Cepatlah, kuberi waktu 10 menit," kata Claudius melepaskannya.

Josephine pergi dengan sangat lambat, setelah mandi ia baru menyadari bahwa ia lupa membawa baju, ia pun menjulurkan setengah kepalanya dari pintu kamar mandi, dilihatnya Claudius duduk di sofa, terpaksa ia memasukkan kepalanya lagi.

Bagaimana ini? Kalau memintanya mengambilkan pakaian tidur, Claudius pasti langsung menyeretnya yang masih telanjang bulat itu ke kasur, kalaupun menghindar, mungkin hasilnya juga tetap sama.

Saat ia kebingungan harus bagaimana, Claudius yang awalnya sedang menonton televisi itu meletakkan remote, kemudian mengambil sebuah kemeja dari dalam lemari dan memberikannya pada Josephine.

Josephine tertegun sebentar, kemudian langsung berkata, "Aku punya baju tidur, ada di dalam lemari."

"Aku sudah memasukkan semuanya ke keranjang cuci."

"Ha?"

"Masa kau tidak tahu baju itu harus dicuci dahulu baru bisa dipakai?"

Josephine kehabisan kata-kata, tentu saja ia tahu, tetapi bukankah sekarang adalah keadaan khusus?

Ia memandang kemeja di tangan Claudius, kalau itu kemarin, ia merasa kemeja Claudius sangat enak dipakai untuk tidur, nyaman dan sejuk, tetapi sejak mendengar perkataannya pada para karyawan itu, Josephine tak lagi berani memakainya.

Malam ini Claudius sudah memutuskan untuk melakukan hal itu dengannya, kalau ia masih menggairahkan begitu, bukankah akan lebih mudah membangkitkan sifat liarnya? Kemudian ia tak akan tidur hingga tengah malam?

"Kau sebenarnya mau pakai tidak? Kalau tidak cepat keluar," kata Claudius sambil berpura-pura mau mencengkeram pergelangan tangannya.

Josephine segera menjawab, "Aku mau, aku mau pakai..." Katanya sambil menyambar kemejanya dan memakainya.

Setelah memakainya, Josephine menyadari orang ini sengaja mengambil kemeja yang agak pendek untuk ia pakai, di badannya kemeja itu maksimal hanya bisa memaksakan untuk menutupi sampai ke pinggul.

Ia punya maksud tertentu!

Baru saja keluar dari kamar mandi, sesuai dugaan ia langsung diterkam oleh orang yang punya maksud tidak baik itu ke atas sofa, badannya yang sudah lama menahan rasa haus akan nafsu itu ikut menimpanya, membuat tubuh Josephine benar-benar tertekan.

Josephine mendesah. Dengan sekuat tenaga ia melawan dan berkata, "Jangan naik ke atas tubuhku, berat sekali, sakit sekali!"

"Yang lebih sakit lagi belum datang," katanya, tubuhnya yang keras dan kuat itu menahan pinggul Josephine, tangannya mencubit dagu Josephine untuk membuatnya menoleh, lalu menggerakkan badannya. "Aku kuat tidak?"

"Kuat," jawab Josephine mengangguk.

"Lain kali masih berani mempermalukanku di hadapan umum?"

"Tidak."

Claudius membalikkan tubuh Josephine, kedua tangannya menopang dari kedua sisi tubuh Josephine. Baru saja mau menghukumnya dengan sebuah ciuman, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang mengganggu.

"Ada orang datang," ujar Josephine sambil mendorong Claudius sekuat tenaga, Claudius yang tidak menduganya seketika jatuh dari sofa.

Suara ketukan itu tak berhenti, Josephine cepat-cepat bangkit duduk, mengambil bantal di sampingnya dan meletakkannya di atas pangkuan.

Klak! Suara pintu terbuka, Pengurus He membuka pintu, tangan satunya membawa nampan.

Yang pertama memasuki pandangannya adalah Josephine yang duduk di atas sofa dengan muka merah padam dan nampak kesakitan, kemudian Claudius yang hanya mengenakan sehelai handuk terhimpit di bawah meja kecil. Ia tertegun, kemudian bertanya, "Ada apa dengan tuan?"

"Ia... Ia sedang main-main," jawab Josephine tergesa-gesa sambil menarik Claudius yang terjepit di antara meja dan sofa. Claudius yang belum pernah tampak mengenaskan seperti ini di hadapan orang lain merangkak dan berdiri dengan canggung, dengan marah menatap Josephine lalu berjalan ke lemari pakaian mengambil mantel mandi dan mengenakannya.

Melihat wajahnya yang tidak senang itu, Josephine menunduk dan diam-diam tertawa.

Terima kasih Pengurus He, kedatanganmu sangat tepat waktu!

Pengurus He melihat mereka, kemudian merasa dirinya telah mengganggu orang bersenang-senang, ia pun menjadi tidak enak.

Ia meletakkan nampan di atas meja, kemudian meletakkan salah satu mangkuk obat itu di depan Josephine. "Nyonya muda, ini obat anda," katanya lalu meletakkan mangkuk satunya lagi, "Ini obat tuan muda, ingat minta tuan untuk meminumnya."

Josephine memandang obat yang hitam itu. ia mengerutkan dahinya dan mengeluh, "Bukankah katanya aku hanya perlu minum beberapa kali, lalu sudah tidak masalah?"

"Minumlah selama 5 hari. Ini sudah hari ketiga," Kata Pengurus He, "Minumlah 2 hari lagi maka semua beres."

Claudius menghampiri mereka dan berkata, "Pengurus He keluarlah, aku akan mengawasinya minum."

"Baiklah, ingatlah untuk meminumnya," kata Pengurus He, "Anda juga, tuan."

"Aku tahu, pergilah."

Setelah Pengurus He pergi, mereka duduk di sofa memandang obat tradisional di meja itu, tiba-tiba mereka kehabisan kata-kata.

Beberapa saat kemudian, Josephine tiba-tiba mendesah, "Kehidupan yang pahit."

Claudius menoleh memandangnya.

"Maksudku obat yang pahit," kata Josephine buru-buru, kemudian ia mengambil mangkuknya dan tertawa garing pada Claudius, "Ayo, bersulang untuk kesehatan kita berdua."

Kalau bukan karena dia, ia tak perlu minum obat ini!

Tetapi jika ia mengatakan hal itu, Claudius pasti akan tidak senang.

Melihat Claudius tidak bergerak, Josephine berkata lagi, "Kalau begitu aku duluan," ujarnya lalu mendongak dan meneguk habis obat di mangkuk itu.

Ia meletakkan mangkuk. Saat ia akan bangkit dari sofa, Claudius tiba-tiba berkata, "Minum 1 mangkuk ataupun 2 mangkuk semuanya sama-sama minum, karena itu minumlah juga punyaku."

Ia mengambil mangkuknya dan menyodorkannya kepada Josephine.

Josephine batuk beberapa kali dan itu terasa pahit, ia menatap Claudius dan berkata, "Enak saja."

"Ini kesempatanmu untuk melunasi dosamu."

"Kalau begitu setelah aku minum itu kau minum apa?"

"Aku tidak butuh."

"Tidak bisa, Pengurus He bilang kau harus meminumnya. Claudius, kamu menganggap dirimu masih kecil, sehingga bersikap seperti anak-anak ya?" Ujar Josephine sambil mendorong mangkuk obat itu kembali padanya, "Ayo yang pintar, minumlah seperti aku tadi, habis dalam satu tegukan."

"Bagaimana caranya minum sampai habis dalam satu tegukan? Coba praktikkan dulu."

"Begini," ucap Josephine mencengkeram pergelangan tangan Claudius dan mendekatkan mangkuk itu ke mulutnya, lalu meminumnya.

Saat Josephine meminumnya sedikit, ia menyadari ia sedang meminum obat Claudius kemudian ia mendorong tangannya.

Claudius malah dengan tidak tahu malu mendorong lagi obat itu ke mulut Josephine. "Aku tidak melihatnya dengan jelas, praktikkan lagi... Belum jelas..."

"Uh..." Desah Josephine, ia mulai merasa kesal, ia menggeleng-gelengkan kepala, dengan susah payah mendorong tangan Claudius dan mangkuk obat itu.

Ia mengelap bibirnya dengan tisu sambil terengah-engah, dengan tidak senang memandang Claudius, "Sudah jelas?"

"Sudah," jawabnya sambil meletakkan mangkuk itu kembali ke meja.

"Kalau begitu minumlah selagi panas."

"Kau menyuruhku minum apa?"

"Obat, dong," kata Josephine menyodorkan mangkuk itu kepadanya, tetapi, mangkuk itu ternyata sudah kosong dari tadi.

Ia tertegun, kemudian menutup bibirnya dengan tangan, tidak mungkin, ia ternyata sudah meminum obat Claudius sampai habis!

Bagaimana ini? Ia mengangkat matanya memandang Claudius yang memasang tampang tak berdosa, akhirnya ia menyadari dirinya telah tertipu.

"Claudius dasar kau pembohong!" Seru Josephine.

Claudius memandangnya dengan tenang, lalu pelan-pelan berkata, "Dengan IQ-mu ini, aku tidak akan mengizinkanmu melahirkan anakku."

"Kamu... Apa maksudnya?"

"Maksudnya adalah... Barusan sia-sia kau minum mangkuk pertama, dengan IQ-mu ini, anak yang kau lahirkan walaupun tidak cacat tapi ia pasti menjadi bodoh," kata Claudius lalu berdiri, ia memandang Josephine dengan angkuh, "Tapi yang paling membuatku sedih, aku sebagai pemimpin Perusahaan Besar Chen yang luar biasa ini, bisa-bisanya terus bermain dengan orang dengan IQ rendah sepertimu ini lagi dan lagi."

"Jadi? Apa itu menandakan kau juga seorang idiot?"

"Josephine...!"

"Maaf, aku salah," katanya. Josephine tahu hal ini tabu baginya, tak seharusnya mengatakannya.

Josephine berdiri dari sofa dan berjalan dari sebelah Claudius.

Claudius menyambar lengannya. "Ke mana kamu? Siapa yang mengizinkanmu pergi?"

"Aku ingin kencing, kebanyakan minum obat," kata Josephine memandangnya.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu