Istri ke-7 - Bab 248 Ke Luar Negeri (1)

Josephine segera menyusul ke bandara, Marco dan Jesslyn sudah menunggu di sana.

Jesslyn dari kejauhan melambaikan tangan padanya sambil berlari menghapirinya, ia memanggil-manggil Josephine, "Ibu, di sini..."

Josephine menunduk kemudian memeluknya, ia membenamkan wajah di bahu Jesslyn dan menangis tanpa suara.

Jesslyn yang awalnya dipenuhi keceriaan itu merasakan kesedihan ibunya, senyuman di wajahnya pun memudar, ia bertanya dengan penuh perhatian, "Ibu, ada apa?"

Josephine hanya menggeleng tidak mengatakan apa-apa.

"Apakah ibu tidak rela meninggalkan ayah?" Tanya Jesslyn sambil menepuk-nepuk bahu Josephine untuk menenangkannya dan berkata, "Ibu tenang saja, nenek buyut akan menjaga ayah. Dan tak lama lagi ayah akan sehat."

"Siapa yang bilang...?"

"Ayah Qiao yang bilang," kata Jesslyn dengan serius.

Josephine mengangguk kemudian melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata di wajahnya dengan tangannya.

"Ibu, jangan bersedih lagi, kalau ibu sedih aku dan Ayah Qiao juga akan sedih."

"Baik, ibu tidak sedih lagi," kata Josephine sambil memaksakan sebuah senyuman.

Pilihan ini adalah pilihannya, tak peduli seberapa tidak bersedianya ia, ia juga hanya bisa menebalkan muka dan pergi bukan?

Belum sempat mengkondisikan suasana hatinya, Josephine melihat nenek yang ditemani oleh Pengurus He dari sudut matanya, mereka sedang berjalan ke arahnya, ia menyedot ingusnya, lalu menggandeng Jesslyn dan berjalan ke arah nenek.

"Nenek..." Panggilnya dengan berat hati.

"Nenek buyut," panggil Jesslyn dengan sopan.

"Jesslyn..." Panggil nenek sambil menghampiri dan menggenggam tangan Jesslyn, dengan tidak rela nenek memandanginya dan bertanya, "Anak pintar, apa kamu benar-benar akan pergi? Akan meninggalkan nenek buyutmu?"

Jesslyn mengangguk, dengan lembut menenangkan nenek, "Nenek buyut, tenang saja, Jesslyn nanti akan sering-sering datang mengunjungimu."

"Iya, harus kembali ya, nenek buyut akan sangat amat merindukan Jesslyn."

"Jesslyn juga akan merindukan nenek buyut," kata Jesslyn dengan imut, "Nenek buyut harus menemani ayah baik-baik ya, Jesslyn juga akan rindu ayah."

"Baik, nenek buyut akan menemani ayahmu baik-baik, pasti..." Ujar nenek sambil mengelus kepala kecilnya, kemudian berdiri menatap Josephine dan berkata lagi untuk kesekian kalinya, "Kau bilang kamu pasti akan mengantarkan Jesslyn kembali kan?"

Josephine mengangguk dan berkata, "Nenek tenang saja, pasti akan kulakukan."

Meskipun ia juga tidak rela melepas Jesslyn, namun ia tidak bisa membiarkan Claudius kehilangan dirinya dan Jesslyn pada waktu yang bersamaan, kalau tidak hati Claudius pasti akan sangat hancur!

"Baguslah, baguslah..." Kata nenek sambil mengangguk berkali-kali, ia menggenggam lagi tangan mungil Jesslyn dengan tidak rela.

Marco memutar roda kursinya menghampiri mereka, ia memandang semua orang, setelah menyapa nenek, ia tersenyum dan berkata pada Josephine, "Josephine, kita sudah harus ke bagian pemeriksaan."

Melihat Marco, nenek memelototinya dengan murka dan memarahinya, "Tuan Qiao, apa kamu sebegitunya tidak bisa melepaskan Josephine? Ia dan Claudius begitu saling mencintai, bahkan aku yang keras kepala ini juga luluh karena hubungan mereka, kau bisa-bisanya tidak berperasaan begini, begitu egois... Kumohon lepaskanlah mereka..."

Marco tidak marah karena celaan nenek ini, ia tetap tersenyum sopan dan berkata, "Nenek, aku dan Josephine sudah memutuskannya, pesawatnya akan segera berangkat, nenek pulanglah."

Josephine meghampiri nenek dan menggenggam tangannya. "Nenek, ke depannya Claudius bergantung padamu, dan juga, kau harus menjaga kesehatan, jangan sampai terjadi apa-apa lagi."

"Tentu, tenang saja," kata nenek sambil mengangguk.

Josephine melepaskan tangannya, lalu menoleh pada Marco dan berkata, "Ayo pergi."

Suasana hati Josephine jeblok Marco bisa melihat itu dari matanya, namun ia tidak mengatakan apa-apa, karena saat ini ia tidak tahu kalimat apa yang pantas untuk diucapkannya.

-----

Setelah Josephine pergi selama 1 minggu, Claudius benar-benar sadar.

Ia memandang sekelilingnya, ia tak melihat sosok Josephine, Josephine yang jelas-jelas berjanji mau menunggu di sisinya sampai ia sadar, ternyata tidak di sana!

Dengan lemas ia menghirup napas dan memejamkan mata, ia mengingat-ingat 3 tahun lalu saat ia tersadar dan sembuh dari penyakitnya, di sisi ranjangnya hanya tidak ada Josephine seorang, kali ini pun juga!

Tetapi apa lagi alasannya kali ini? Ia tidak mau Josephine terkena suatu masalah, ia takut.

Nenek dengan berhati-hati memanggilnya, "Claudius, kamu sudah sadar ya? Atau mata tuaku yang rabun ini salah lihat?"

"Nyonya Besar, mata Anda tidak rabun, Tuan Chen memang sudah sadar," ujar Asisten Yan sambil tertawa kecil.

"Kalau begitu kenapa ia...?" Tanya nenek sambil mencolek-colek lengan Claudius, "Kenapa? Apakah kmau sudah tidak mau melihat nenekmu ini?"

Claudius membuka matanya lagi, lalu menatapnya dan berkata dengan serius, "Nenek, apakah kamu melakukan sesuatu pada Josephine lagi?"

Nenek terdiam, kemudian ia segera menjawab, "Iya, akulah yang mengambil jantungnya, kalau tidak menurutmu kenapa kamu masih hidup?"

"Kau...!" Seru Claudius marah, ia bangkit duduk, nenek terkejut hingga mundur 1 langkah, melihat wajah murka Claudius, Asisten Yan segera tertawa dan berkata, "Nyonya Besar, jangan menggoda Tuan Chen, kau akan mengagetkannya hingga pingsan kembali."

Kemudian ia menoleh pada Claudius yang memelototi nenek bagaikan mau membunuh itu, lalu tersenyum dan berkata, "Tuan Chen tenanglah, Nyonya Bai baik-baik saja."

"Benarkah? Di mana ia?" Tanya Claudius sambil menatapnya dengan tidak percaya.

"Di..." Ujar Asisten Yan lalu terdiam, memandang nenek.

Nenek segera melanjutkan, "Ia tahu kamu akan segera sadar, ia memaksa mau membuatkanmu bubur dengan tangannya sendiri, sekarang ia masih di rumah memasak bubur."

"Sebenarnya benar tidak?" Tanya Claudius meninggikan suaranya.

"Benar!" Jawab nenek ambil mengangguk dengan serius.

Claudius tetap tidak percaya, namun sementara ini, ia hanya bisa menunggu.

Melihat Claudius sadar, nenek sangat senang, ia menggenggam tangan Claudius dan mengobrol sebentar, kemudian memberi isyarat mata pada Asisten Yan lalu keluar.

Setelah Claudius sadar, semua orang sudah sepakat untuk meminta Asisten Yan memberitahukan kebenarannya pada Claudius, karena hanya dia yang paling mungkin bisa menenangkan suasana hati Claudius.

Setelah nenek pergi, Asisten Yan menyuapi Claudius setengah gelas air, kemudian kembali duduk di kursi dan menatap wajah serius Claudius, ia pun berkata, "Tuan Chen, aku tahu ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan tentang pekerjaan, tetapi aku terpaksa memberitahumu beberapa hal."

"Perusahaannya masih ada?" Tanya Claudius sambil tersenyum masam.

"Sementara ini masih ada, namun akan segera lenyap."

"Apa maksudnya?"

"Tuan Chen, akan kuberitahu, namun jangan kaget mendengarnya," ucapnya lalu terdiam sesaat, baru ia melanjutkan, "Aldo memanfaatkan penyakitmu untuk menipu nenek dan mengambil 15% sahamnya, dan ditambah saham yang ia beli dari pemegang saham kecil lainnya dulu, sekarang di tangannya total ada 20% saham perusahaan, lumayan jauh lebih banyak darimu."

"Ia menipu nenek?" Tanya Claudius muram.

Ia pernah memikirkan kalau perusahaan mungkin akan hancur dalam waktu 1 bulan saat ia tidak sadarkan diri ini, perusahaan akan bangkrut perlahan-lahan, namun ia tak pernah menduga bahwa saham keluarga Chen akan diambil oleh Aldo.

"Benar," jawab Asisten Yan tanpa memberitahunya masalah nenek yang terluka akibat Aldo, agar ia tidak bertambah khawatir dan murka.

Setelah diam sebentar, ia berkata lagi, "Jadi... Tuan Chen, sekarang yang terpenting adalah merebut kembali perusahaan, singkirkan dahulu masalah lainnya, kalau tidak bulan depan setelah rapat pemegang saham berlalu, kau tidak akan menjadi pimpinan Perusahaan Besar Chen lagi, Perusahaan Besar Chen juga mungkin akan berganti nama."

"Apa yang kau maksud dengan masalah lain?" Tanya Claudius, ia memiliki firasat buruk, "Apakah berkaitan dengan Josephine dan Jesslyn?"

Asisten Yan memberitahunya masalah perusahaan lebih dulu, adalah demi membuatnya mengerti, saat ini ia tidak boleh kehilangan akal sehat karena Josephine, masih ada hal yang lebih penting yang harus ia urus. Bagaimanapun perusahaan sudah sangat sulit direbut kembali, sedangkan Josephine cepat atau lambat akan kembali.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu