Istri ke-7 - Bab 222 Ternyata Hanya Pura-Pura (3)

"Tidak pernah memperlakukanku dengan buruk?" Tanya Aldo memutusnya sambil tertawa dingin, "Apakah kau pernah melihat ia memarahiku sebagai seorang cucu karena sedikit kesalahan dalam bekerja? Apa untungnya aku menjadi sesepuhnya! Tahukah kamu saat keluarga Chen merebut kamu dan Chelsea, bahkan mau mengubah marga kalian? Kalau bukan aku yang mengerahkan segenap tenaga melindungi kalian, nenek tua Chen sudah akan mengubah marga kalian dari dulu, sejak melahirkan kalian dua puluhan tahun lalu, kesempatanku untuk makan bersama kalian mungkin akan semakin sedikit. Beberapa saat lalu nenek bahkan berkata padaku, ia mau kau dan Sally memilih tanggal pernikahan, ia akan menyiapkan pesta pernikahan untuk kalian, menyusun kamar pengantin untuk kalian. Joshua, akulah yang melahirkanmu dan Chelsea, kalian adalah darah dagingku, atas dasar apa ia yang mengatur pernikahan kalian? Atas dasar apa kalian menjadi pengikut di keluarga Chen? Benar, kalau dulu kau dan Chelsea adalah pengikut keluarga mereka, kalian tak akan mendapat posisi dan martabat sedikitpun!"

Joshua terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Tapi apakah kau pernah berpikir, saat dulu kau hanya menjadi seorang asisten kecil di perusahaan, nenek tanpa ragu menikahkan ibu denganmu, itu karena melihat kau orang yang berakhlak baik, juga berkemampuan baik, bisa membantu mengurus Perusahaan Besar Chen. Kalau bukan karena nenek, kau sekarang juga tidak mungkin bisa tinggal di vila sebagus ini, mengendarai mobil sebagus ini, tetapi kau malah melihat kebaikannya sebagai kejahatan dan membalas dendam."

"Ayah, karakter kakak sepupu memang seperti itu, ia tegas terhadap siapapun, kau jangan memasukkannnya ke dalam hati. Dan lagi aku dan Chelsea... Kalau kau merasa tidak tenang, aku akan membahasnya dengan kakak sepupu, ia pasti akan membiarkan kita kembali ke keluarga Shen. Keluarga Chen memang sedikit keterlaluan dalam memaksa, namun juga tidak perlu sampai kau balas seperti ini, jadi ayah mundurlah, kau tidak akan menang melawan kakak sepupu."

"Menang atau kalah, kita tetap harus berjaga-jaga," ujar Aldo sambil tersenyum dingin.

"Ayah, mengapa kau keras kepala begini?" Desah Joshua kehabisan kata-kata.

"Sudahlah, aku akan mengatasinya sendiri," kata Aldo lalu mengalihkan pembicaraan, "Hal yang kukatakan padamu waktu itu apa kau sudah memikirkannya?"

"Ayah, sudah kubilang aku tidak akan melakukan itu," kata Joshua kesal, "Empat miliar bukanlah jumlah yang kecil, kalau tertangkap aku akan dipenjara, apakah kau sedikitpun tidak memikirkanku? Dan lagi, untuk apa kau mau uang sebanyak itu?"

"Pembukaan Taman Bunga Riverside, kebetulan ini kesempatan terbaik, kalau kau melewatkannya akan sulit mendapatkan kesempatan sebagus ini lagi," ujar Aldo berdiri mengitari meja kerjanya, ia menepuk bahu Joshua dan berkata, "Bantulah ayah sekali ini saja, tenang saja, nenek tidak akan membiarkanmu dipenjara, aku juga tidak akan membiarkanmu dipenjara. Tunggu sampai urusan ini selesai, aku akan mengatur untuk memberangkatkanmu dan Sally ke luar negeri, kalau saat itu tiba kalaupun keluarga Chen mau menangkapmu pun sudah tidak akan bisa."

"Aku tidak akan membantumu kali ini, aku juga tidak akan ke luar negeri," ujar Joshua tegas, "Ayah, kalau kau memang mau menggali lubang kubur untuk dirimu sendiri, main saja pelan-pelan, jangan melibatkanku, aku tidak akan terlibat kejahatan bersamamu."

Setelah berkata demikian, Joshua keluar dari kantor.

"Tunggu!" Seru Aldo memangilnya.

Joshua berhenti, ia menoleh padanya dengan kesal dan berkata, "Ada apa lagi?"

Aldo menghampirinya, lalu menatapnya dengan dingin dan berkata, "Meskipun latar belakang keluargaku tidak tinggi, meskipun keluargaku harus bergantung pada keluarga Chen, tapi tak peduli bagaimanapun, sekarang aku adalah orang yang terhormat di Jakarta. Dulu aku sudah berkali-kali memberitahumu, wanita berlatar belakang keluarga rendah seperti Sally ini tak pantas masuk ke keluarga kita. Dulu tak pantas, sekarang karena cacat ia makin tidak pantas, tak hanya aku yang tidak menerimanya, ibumu juga tak mungkin menerimanya, sebaiknya kau memikirkan hal ini."

"Ayah, ini urusan antara kita berdua, jangan melibatkan Sally."

Aldo menggertakan gigi, dengan nada yang lebih dingin lagi ia berkata, "Kalau kau tidak membantuku kali ini, aku pasti akan mengusir Sally dar keluarga Shen, aku akan menyuruhnya kembali ke tempat di mana ia berasal."

"Ayah, aku dan Sally benar-benar saling mencintai dengan tulus, tak peduli ia berubah bagaimanapun aku tetap mencintainya, sekarang kakinya sudah lumpuh, kau jangan menambahkan garam di lukanya."

"Itu tergantung perilakumu," ucap Aldo tertawa dingin, "Asalkan aku bisa bicara sepatah kata dengan nenek, nenek pasti akan mengusir Sally atas kemauannya, percaya tidak?"

Joshua menatap ayahnya, dengan nada dingin ia berkata, "Kalau kau mau mengusirnya, usirlah aku juga, pokoknya aku tidak akan menolongmu dalam hal ini."

Selesainya bicara, Joshua berbalik dan pergi, Aldo di belakangnya itu mengancamnya, "Kau adalah putraku, aku hanya bisa mengurungmu di rumah, mana mungkin aku mengusirmu?"

Joshua menggenggam gagang pintu dan terdiam sejenak, akhirnya ia tetap membuka pintu dan pergi.

-----

Setelah pergi dari kantor Aldo, Joshua pun langsung menuju ke kantor Claudius.

Ia berterus terang, segera meminta Claudius memecatnya. Claudius mengamatinya sebentar, kemudian tertawa masam dan berkata, "Itu hanya untuk menakut-nakutimu, mana mungkin aku akan benar-benar memecatmu."

Joshua menatapnya, dengan wajah ragu berkata, "Kak, kau jelas-jelas tahu hal ini adalah pekerjaan ayahku, kenapa tidak... Menghukumnya?"

Karena masalah ini, nama perusahaan dirugikan, kepemimpinan Claudius juga terkena dampaknya, pengaruhnya ke perusahaan tidaklah sedikit.

Claudius tertawa dan berkata, "Kalau paman suka main biarkan ia bermain, aku tak peduli."

Sebenarnya mana mungkin ia tidak tahu tujuan Aldo, merusak citranya di hadapan banyak pemegang saham, membuat semua orang kecewa terhadap perusahaannya, membuat harga saham perusahaannya turun. Kemudian Aldo membeli saham dari perusahaan lain, tujuannya adalah untuk merebut posisi CEO perusahaan.

Saat semua sudah kecewa terhadap perusahaannya, tentu mereka akan menyerahkan saham padanya, hanya saja jalan yang dilaluinya ini sedikit panjang, saking panjang dan jauhnya bahkan membuatnya berkeringat dingin.

Ia pun berkata, "Joshua, meskipun ambisi paman begitu besar, kecurangannya juga tidak sedikit, tetapi aku sangat percaya kepadamu. Sebelum Direktur Liu pulih, kau duduklah dengan tenang di posisi ini, aku tidak akan memarahimu karena paman."

Mendengarnya berkata seperti itu, Joshua menundukkan kepala dengan tidak nyaman, kemudian mengangguk dan berkata, "Kakak tenang saja, aku akan bekerja dengan baik."

"Ya, bekerjalah."

Joshua pun berbalik dan meninggalkan kantor Claudius, hatinya tiba-tiba tidak tenang.

Kepercayaan Claudius dan paksaan ayah, ia benar-benar tak bisa memilih.

Melihat Joshua pergi, Asisten Lee masuk dan bertanya bingung, "Tuan Chen, jelas-jelas Anda tahu wakil CEO Shen beriktikad buruk, kenapa masih mempertahankan Direktur Shen di posisinya?"

"Tidak mengapa, ada gunanya mempertahankannya," ujar Claudius menghentikan tangannya yang sedang memutar pulpen, kemudian berkata pada Asisten Lee, "Tolong awasi para pemegang saham kecil, kalau menemukan orang yang mau menyerahkan saham, belilah kembali saham itu tak peduli berapapun harganya."

Asisten Lee mengangguk dan berkata, "Saya mengerti, saya sedang mengawasinya dengan ketat."

-----

Josephine mengantarkan Marco bekerja, setelah mengantarkannya ke depan ruang makan, ia berkata mau pergi jalan-jalan di sekitar sana.

"Apakah siang nanti kau akan datang makan di sini?" Tanya Marco padanya.

"Baiklah, setelah jalan-jalan aku akan kemari," jawab Josephine.

"Aku akan menyuruh bagian dapurnya untuk memasakkanmu makanan enak."

"Baik, terima kasih," ujar Josephine sambil melambai padanya, "Aku pergi dulu."

Setelah malam itu, mereka berdua menganggap tidak terjadi apa-apa, mereka hidup bersama dengan mesra seperti sediakala.

Marco sepenuhnya menganggap kejadian dengan Belinda itu sebuah kecelakaan, tidak akan terjadi untuk kedua kalinya. Dan Josephine pun menganggap kejadiannya dengan Claudius malam itu adalah perilaku buruk akibat mabuk, dan dalam hati ia berjanji hal seperti itu tak akan terjadi lagi.

Meskipun dalam hati ia tetap masih merindukan Claudius, namun demi tidak membuat Marco sedih, ia terus berusaha sekuat tenaga memendam perasaannya.

Setelah meningggalkan ruang makan, ia tidak benar-benar berjalan-jalan di sekitar sana, namun ia mampir ke kafe di dekat sana, kemudian memasuki ruangan yang sudah dipesannya dengan orang lain.

Ia membuka pintu ruangan, langsung dilihatnya kursi roda di samping sofa, dan di atas sofa Sally sedang duduk dan meminum kopi di tangannya.

Setelah masuk, Josephine tersenyum menggodanya, "Masih pakai kursi roda?"

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu