Istri ke-7 - Bab 121 Serba salah (3)

Justin membawa bubur tulang iga berdiri di depan pintu apartemen Claudius, berusaha mengeluarkan satu tangan untuk mengetuk pintu, setelah dia mengetuk pintu, sangat cepat sudah ada orang yang datang membuka pintu, orang yang membuka pintu adalah Claudius yang baru selesai mandi.

Dia menatapi Justin yang berdiri di depan pintu, kemudian melihat bubur yang dibawanya, dengan kaget bertanya: "Dik, apakah kamu salah ketuk?"

Claudius tidak terlalu mengenal Justin, hanya lihat beberapa kali di lift 2 hari yang lalu, kemarin malam karena terlalu mabuk sama sekali tidak melihat dia.

Justin tersenyum berseri dan berkata: "Paman, aku datang diam-diam membawakan sarapan untukmu, sarapan yang dibuat oleh kakakku, sangat enak." Kemudian, Justin pun melewati Claudius dan masuk ke apartemen Claudius, berjalan menuju ruang tamu.

Claudius mengikutinya berjalan masuk ke apartemen, bertanya dengan datar: "Siapa kakakmu?"

"Orang yang kemarin malam membawamu pulang itu."

"Oh." kata Claudius, kemudian bertanya lagi: "Dia yang menyuruhmu mengantarkan sarapan?"

"Bukan, karena kakak bilang semua lelaki bodoh, tidak bisa masak sarapan sendiri, aku tidak ingin paman kelaparan, jadi aku diam-diam mengantarkan sarapan kesini." Justin meletakkan mangkuknya di atas meja.

Claudius berjalan ke sisi Justin dan duduk, melihat bubur yang ada di mangkuk, Justin mendesaknya: "Paman cepat makan, tidak enak kalau sudah dingin."

Kepikiran Nona Bai yang kemarin malam membuat Claudius jijik, benar-benar tidak ingin memakan bubur yang dibuat olehnya, tapi melihat wajah kecil Justin yang penuh dengan harapan, Claudius tidak tega menolak maksud baiknya, dia pun mengambil sendok dan makan sesendok.

Justin melihat Claudius sudah makan, di wajahnya langsung muncul senyum kesenangan dan bertanya: "Paman, apakah bubur yang dimasak oleh kakakku enak?"

Claudius merasakan dengan teliti, bisa-bisanya ada rasa familiar, bukan, rasa yam.

Dia ingat sebelumnya ketika dia di Surabaya, bubur yang dimasak Josephine untuknya juga ada yam, Josephine bilang yam bagus untuk lambung, cocok untuk Claudius yang baru saja mabuk dan muntah.

Apakah karena mereka berdua adalah putri keluarga Bai, jadi bubur yang dimasak juga rasanya sama?

"Kakakmu bisa masak?" Claudius tiba-tiba bertanya, tidak cocok dengan karakter Josephine.

"Tentu saja." Justin mengangguk: "Kakakku masih bisa buat sandwich, paman ingin makan sandwich tidak? Aku pulang bawakan untukmu."

"Tidak usah." Claudius menggeleng, terus memakan buburnya.

Justin bagaimanapun masih kecil, sampai di lingkungan baru mulai tidak tenang, melihat kesana kemari, memegang ini itu, sudah melupakan perkataan Josephine yang menyuruhnya langsung pulang setelah mengantarkan bubur.

"Siapa namamu?" Claudius tiba-tiba bertanya.

"Namaku Justin, yang berarti bermakna, Paman boleh memanggilku Justin saja."

Justin, nama yang sangat familiar, seperti pernah dengar.

"Josephine adalah kakak kandungmu?"

"Iya." Justin berpaling ke arah Claudius dan berkata: "Paman, kamu boleh tidak jangan bertanya tentang keluargaku? Kakak bilang tidak boleh sembarangan mengobrol tentang keluarga sendiri dengan orang lain."

"Mengapa?"

"Karena takut jadi sasaran orang jahat." Justin duduk di seberang Claudius, menatapinya dengan tatapan yang dewasa: "Paman, kamu tidak boleh minum begitu banyak alkohol lagi, alkohol sangat tidak baik untuk tubuh, terlebih lagi sangat menakutkan."

"Menakutkan?"

"Benar, dulu ayahku setiap mabuk selalu suka memukuli ibuku, aku sangat membencinya." Justin bertanya dengan serius: "Paman, apakah kamu bisa memukuli orang ketika mabuk?"

Claudius menggelengkan kepalanya, dia mabuk tidak memukuli orang, tapi ketika penyakitnya kambuh ada kemungkinan bisa membunuh.

Justin tiba-tiba jongkok, dari bawah meja menemukan sebuah teleskop, sambil melihat sekeliling dengan teleskop sambil bertanya: "Paman, teleskopmu ini lebih bagus daripada yang dibelikan kakak."

"Kalau kamu suka untukmu saja."

"Yang benar?" Justin sangat senang, tapi seketika ekspresinya berubah sedih: "Tapi kakak bilang tidak boleh sembarangan mengambil barang milik orang lain."

Claudius melihat Justin, berkata dengan dingin: "Kakakmu saja suka merebut barang milik orang lain, masih ada muka mengajarimu ini."

"Benarkah? Kakakku merebut barang siapa?" Justin bertanya dengan muka serius.

"Tidak apa-apa, aku sembarangan mengatakannya." Claudius berkata, dia tidak sebosan itu, mengobrol masalah orang dewasa seperti ini, terlebih lagi dia masih sedang memakan bubur yang dimasak oleh orang.

"Kamu ambil saja, lagipula taruh disini juga tidak berguna." kata Claudius setelah melihat Justin sangat menyukai teleskop itu.

"Kalau begitu.....aku benar-benar bawa pulang lho."

"Iya." Claudius memakan sesendok terakhir, kamudian melihat jam tangan di pergelangan tangannya, dan melihat Justin, berkata: "Adik kecil, aku sudah mau keluar rumah."

"Oh, kalau begitu aku pulang." Justin menjepit teleskopnya di bawah ketiaknya, kemudian mengangkat mangkuk kosong dan berjalan menuju pintu.

Claudius melihat Justin mengambil mangkuk dan langsung pergi, tiba-tiba merasa segan, berjalan ke sana membantu Justin membuka pintu dan berterima kasih: "Terima kasih sudah membawakan sarapan, adik kecil."

"Tidak usah berterima kasih, aku suka paman." Justin tiba-tiba mengingat pesan Josephine, dia pun bertanya: "Oh iya, paman, roti tawar kemarin malam enak tidak? Aku yang meninggalkannya untukmu lho."

Claudius merasa sedikit kaget, ternyata Justin yang meninggalkan roti itu.

"Enak, terima kasih." Claudius tersenyum.

"Paman, apakah kamu boleh tolong bukakan pintu?" Justin bertanya ketika dia sudah berjalan sampai ke depan pintu rumah sendiri.

"Boleh, kata sandinya?" Claudius berjalan mendekati Justin.

"Kakak bilang kata sandinya adalah hari ulang tahunku......"

Semenjak Justin membawa bubur keluar, Josephine terus menunggunya pulang dengan perasaan cemas. Josephine meletakkan sandwich yang dibuat sampai setengah, tepat ketika dia bermaksud ke depan pintu untuk melihat situasi, tiba-tiba mendengar suara pintu sedang dibuka.

Josephine pun langsung bersembunyi ke belakang pintu, menahan nafasnya.

Pintu sudah dibuka, terdengar suara Justin: "Terima kasih paman, lain kali aku akan mengantarkan sarapan lagi."

"Terima kasih, pergilah."

"Sampai jumpa paman." Justin menutup pintu, ketika dia berbalik badan, dia dikagetkan oleh Josephine yang ada di belakang pintu: "Kak.....!"

"Shhh!" Josephine langsung menutupi mulut Justin, kemudian menariknya masuk ke rumah dan bertanya dengan kesal: "Bukannya menyuruhmu langsung pulang setelah mengantar bubur? Kenapa baru pulang sekarang?"

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu