Istri ke-7 - Bab 173 Biarkan Dia Bercerai (3)

Claudius menarik jarinya yang menunjuk tepat di dirinya lalu menaruh di bibirnya dan menciumnya: "Istriku kamu dengar dulu, mobil itu kubelikan saat pindah dari apartemen, aku hanya ingin hidupnya lebih baik, dengan begitu aku akan lebih tenang kembali padamu, tidak ada maksud apapun."

"Memangnya mobil apa?"

"Ferrari."

"Kamu...!" Josephine marah dan menarik jarinya kembali, lalu menaruh genggaman tangannya di lengannya: "Maksudmu apa? Mobil Susi cuma lima ratus jutaan, kamu membeliku mobil ratusan juta tapi malah membelikan mobil milyaran kepada nona Zhu!"

Claudius melihatnya marah, langsung memeluknya dan menepuk pundaknya dan menenangkannya: "Sayangku, aku takut membelinya mobil murah, akan kelihatan terlalu sembarangan. Tapi kamu beda, kamu istriku, milikku adalah milikmu, aku bisa memberikan hal yang lain kepadamu, misalnya sistem keuangan seluruh perusahaan..."

"Siapa yang ingin sistem keuanganmu? Aku ingin Ferrari!" Rose yang mengancamnya sejak tadi, dia masih sangat stres, sekarang malah muncul masalah ini, tentu saja perasaannya tidak begitu baik.

"Oke, Ferrari, besok langsung beli Ferrari!" Claudius terus menenangkannya.

Josephine marah lalu mendorongnya: "Aku tidak ingin Ferrari! Tidak butuh!"

Claudius tertawa dibuatnya, dia pun mengelus rambutnya dan pasrah: "Sayangku, kenapa kamu tidak mengerti, mobil apa aku tidak bisa beli untukmu? Aku khawatir kamu memakai mobil yang terlalu bagus malah diincar orang jahat. Kalau kamu disandera orang jahat bagaimana aku bisa menolongmu?"

Kenapa kalimat ini begitu enak terdengar?

Josephine mengangkat kepalanya, melototinya marah: "Kamu mau membohongiku dengan rayuanmu?"

"Ini benar." Claudius mengangkat jarinya: "Sumpah."

Josephine terdiam.

Claudius tersenyum: " Dulu saat Henry membelikan mobil untuk Susi, aku juga pernah mengejeknya kenapa dia pelit dengan istrinya, lalu tadi dia mengatakan hal itu kepadaku. Saat itu aku pun langsung tersentuh karenanya, aku pikir nanti aku juga akan membeli mobil yang sama untuk istriku."

"Sungguh?"

"Sungguh."

Josephine mengingat mobil Susi, sampai sekarang dia dan Angie Yao masih sering mengejeknya, dan mengatakan kalau simpanan Henry Qiao memakai mobil yang jauh lebih bagus darinya. Susi pun emosi, lalu memberikan nama "Mobil Pembengkalai Istri" untuk mobilnya itu.

Ternyata mobil yang diberikan nama "Mobil Pembengkalai Istri" itu mempunyai cerita yang sangat berkesan!

"Sepertinya Henry Qiao juga bukan tidak berperasaan terhadap Susi." Dia mengangguk.

"Wanita seperti kalianlah yang tidak bisa melihat isi hati pria."

"Isi hati pria?" Josephine tersenyum dingin: "Hatinya terhadap orang ketiga itu? Atau... kamu mendukung kelakuannya? Kamu ingin belajar darinya? Ingin..."

"Sekarang aku tidak berani memikirkan apapun, oke?" Claudius tersenyum dan memotong perkataannya: "Ekspresimu yang mengancamku seperti ini, mana berani aku berpikir tentang wanita lain?"

Josephine tahu yang dia maksud adalah ancamannya yang akan bertemu dengan tuan muda Qiao yang kedua, dia pun tertawa, dia mana berani bertemu dengan tuan muda Qiao yang kedua, dia juga tidak dekat dengannya!

"Baguslah kalau kamu sudah tertawa." Claudius menepuk-nepuk kepalanya, lalu melihatnya dan bertanya: "Baiklah, sekarang boleh tidak kamu beritahu aku kenapa kamu tidak senang?"

Raut wajah Josephine pun memburuh dia pasrah dan berkata: "Ibuku bersikeras ingin membawa Justin kembali sekolah di Surabaya."

"Kenapa?"

"Dia bilang sudah terbiasa hidup di Surabaya, makanya ingin kembali kesana, dan ini juga maksud dari pamanku."

"Paman?"

"Iya, ibuku selalu takut dengannya, dia bilang apa ya apa."

"Sepertinya kamu tidak pernah bilang, kamu ada paman, bukannya kamu bilang kamu tidak ada saudara apapun? Lalu, kamu juga tidak pernah bilang ibumu adalah orang Surabaya." Claudius menatapnya: "Hari ini aku sadar, kalau sepertinya aku tidak pernah mencoba untuk mengerti tentang dirimu."

Selama ini, dia hanya menganggapnya sebagai Shella Bai, setelah posisi mereka bertukar kembali, dia hanya marah dan tidak pernah mencari tahu tentang dirinya, dia hanya tahu kalau dia adalah anak tiri William Bai.

"Logat bicara ibuku itu logat Surabaya, kamu tidak bisa mendengarnya? Dia orang Surabaya, saat muda tidak sengaja berkenalan dengan Direktur Bai dan melahirkanku. Tapi setelah direktur Bai meninggalkannya, dia terpaksa membawaku pulang dan tinggal di rumah pamanku. Lalu membawaku ke kota Jakarta dan berkenalan dengan keluarga Bai, tapi karena ditolak direktur Bai, dia tidak tahu harus kemana lagi lalu menikah dengan pria lain."

"Ayah Justin?"

"Iya, sepertinya aku pernah bilang kepadamu. Ayah Justin suka berjudi dan mabuk, kalau mabuk dia pasti akan memukul ibuku, ibuku tidak tahan terpaksa membawaku dan Justin pergi dari rumah itu." Josephine menatapnya: "Oleh karena itu aku memohomu agar tidak menyalahkannya yang membenci kepadamu, lagian seumur hidup ini hanya direktur Bai yang pernah bersikap baik kepadanya, dia pun hanya menganggap pria ini saja."

"Aku ngerti." Claudius berkata lembut: "Tenang saja, aku tidak akan menyalahkannya."

Claudius berpikir lagi, lalu mengatakan: "Kalau dia ingin kembali ke Surabaya, kalau begitu biarkan saja dia, aku suruh orang mengurusnya."

"Tidak perlu."

"Kenapa?"

"Karena..." Josephine berkata: "Kamu jangan marah, dia ingin aku bercerai denganmu, dan jangan mengambil sepersen pun dari keluarga Chen."

Josephine melihat raut wajah Claudius berubah, tangan yang memegang setir mobil pun semakin erat: "Dia tidak tahu dari mana mendengar kabar kalau nenek akan mencarikan kekasih yang ditakdirkan untukmu, dia berpikir kalau kita cepat lambat pasti akan bercerai. Dia takut kalau aku akan mengikuti jejaknya, makanya dia memohonku untuk meninggalkanmu dan kembali ke Surabaya bersamanya."

"Lalu kamu bilang apa." Claudius menoleh kepadanya, pandangannya sedikit tidak senang.

Josephine melihat ekspresinya dan khawatir dia akan marah, dia pun berkata: "Aku tentu tidak setuju."

"Benar?"

"Iya." Josephine mengangguk: "Bukankah sudah kubilang, kecuali kamu mencintai wanita lain, kalau tidak aku akan tidak bercerai."

Claudius tetap menatapnya dan berkata: "Sekarang aku memberimu sebuah kalimat, walaupun kamu mencintai pria lain, aku juga tidak akan bercerai denganmu, jadi alasan yang lain tidak perlu diungkit lagi."

"Aku tahu."

"Perasaan hatiku sudah terpengaruh." Claudius menghela nafas, menyalakan mobil: "Tidak bisa, aku harus makan enak untuk memulihkan tenagaku."

Josephine tertawa: "Kapan kamu tidak pernah makan enak?"

"Seenak apapun tidak cukup kalau kamu membuatku marah." Claudius menatapnya.

Josephine tertawa dan tidak mempedulikannya.

Setelah mobil melaju beberapa saat, Josephine menoleh kepadanya dan berkata: "Oyah, sebelum Justin kembali ke Surabaya, aku akan bawa dia melakukan pemeriksaan setelah operasi, kalau tidak aku tidak bisa tenang."

"Baik, besok aku temani kamu kesana."

"Makasih."

"Surabaya, benar tidak perlu kuurus? Mereka ada tempat tinggal?"

"Tidak perlu, kalau kamu mengurusnya, ibuku pasti akan marah." Josephine berkata: "Dia bilang paman sudah mengurus tempat tinggal mereka, juga sekolah Justin."

"Kalau begitu, aku tidak ikut campur lagi." Claudius tersenyum.

*******

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu