Istri ke-7 - Bab 253 Sekeluarga bertiga(1)

Josephine Bai pergi meninggalkan kediaman Marco Qiao, sesampainya di hotel, Claudius Chen dan Jesslyn sudah berada di hotel.

Dia mengangkat tangannya sembari mengetuk panel pintu, dan tak lama kemudian seseorang membuka pintu kamar dari dalam.

Melihat Josephine Bai yang berdiri di luar pintu kamar, Claudius Chen terbengong sesaat. Lalu dia melirik dari ujung rambut ke ujung kaki, matanya jatuh ke atas koper yang berada di sampingnya, dan wajahnya berubah menjadi semakin takjub.

Dia meminta Josephine Bai untuk berbicara dengan Marco Qiao. Tapi tak disangkanya adalah Josephine Bai akan menyelesaikan masalah itu pada malam ini juga, dia bahkan sudah siap tinggal di sini selama beberapa hari, menunggunya untuk perlahan berkomunikasi dengan Marco Qiao, dan kemudian membawanya kembali dengan Jesslyn.

"Kamu ... Kamu sudah menyelesaikannya masalahnya?" Claudius Chen memandang mata kemerahan Josephine Bai dan kelihatannya seperti baru selesai menangis, kemudian berkata: "Atau...... kamu baru saja selesai bertengkar dengannya, dan pergi dari rumah? Tidak mungkin ....... Kamu Josephine Bai tidak memiliki keberanian dan kekejaman seperti itu, kamu ....... "

Claudius Chen belum selesai berbicara, tiba-tiba Josephine Bai memeluknya, hingga langkah kakinya mundur beberapa langkah ke belakang, kemudian dia menstabilkan tubuhnya.

Josephine Bai memeluknya dengan erat, wajahnya terkubur di lehernya, dan saat dia mengedipkan matanya yang masih tersisa air mata, dia menahan kegembiraan itu dan berkata dengan tersedak: "Aku sudah bebas ...."

"Benarkah? Apakah semulus itu?" Claudius Chen masih ragu.

Josephine Bai mengangguk dan tersenyum dengan menahan air mata, "Sulit untuk dipercaya bukan? Aku juga sulit mempercayainya, takjub sekali."

"Marco Qiao begitu mudah melepaskannya?"

"Yah. Dia berkata bahwa dia sejak awal sudah memutuskan untuk melepaskannya, kali ini dia membawaku ke luar negri hanya ingin menikmati perasaan lama kita saja, dan ingin pergi sekali lagi ke tempat yang dulu kita pernah pergi." Josephine Bai mulai memukul bahunya dan berkata: "Sudah lama aku mengkhawatirkannya, kupikir aku tidak akan pernah bisa bersamamu lagi ...."

"Aku juga .... Aku juga sudah lama mengkhawatirkan masalah ini," Claudius Chen mencium rambutnya dan tersenyum, "Jika tahu demikian, aku seharusnya tidak mengejarmu sampai ke sini, Aku akan berurusan dengan orang-orang jahat di perusahaan, dan menunggumu pulang ke Jakarta. "

"Maaf, semua ini salahku .... membuatmu berlari sejauh ini."

"Mengapa harus minta maaf?" Claudius Chen tersenyum dan mendorong dahinya: "Jangan selalu mengatakan “maaf” kepadaku, lagipula aku pikir itu bagus juga. Anggap saja itu adalah bagian kegagalan dari kehidupan. Um ....... Anggap saja aku berutang padamu dulu, dan memanfaatkan kesempatan ini untuk membalasnya.... "

"Ya, aku pikir Marco Qiao pasti juga bermaksud seperti ini, memberiku kesempatan untuk membullymu."

"Hei, kamu malahan bangga," Claudius Chen tersenyum dan mencium bibirnya. Setelah mereka berciuman dan tertawa sebentar, Josephine Bai bertanya, "Oh ya, dimana Jesslyn?"

"Sudah lelah bermain, baru saja tertidur," Claudius Chen menunjuk ke bagian dalam kamar.

"Bagaimana dengannya? Apakah dia nurut?"

"Ya, persis sepertimu," kata Claudius Chen dan mencium bibirnya lagi.

Josephine Bai mengangkat tangannya dan memukul dadanya: "Tuan Chen, apakah kamu yakin ingin melakukan reality show di pintu?"

"Yah, mari kita masuk kedalam." Claudius Chen menendang koper di lantai ke dalam kamar dengan kakinya, dan menutup pintunya dengan kakinya juga, seluruh proses tidak melepaskan pelukannya. Masih memeluk lengannya, dan bibirnya juga belum melepaskan bibir merahnya.

Keduanya berciuman dari ambang pintu sampai ke tempat tidur. Claudius Chen membalikkannya di ranjang besar, dan ranjang besar itu sedikit bergoyang, Josephine Bai tiba-tiba memikirkan Jesslyn, dan sedikit bergumul: "Claudius, dengan begini kita akan membangunkan Jesslyn ... "

“Tidak mungkin, kurasa dia tidur sangat nyenyak,” Claudius Chen terkekeh.

"Tidak, bagaimana jika dia bangun?"

"Jadi bagaimana? Pergi ke toilet?" Claudius Chen menatapnya sekeras yang dia bisa.

"Jangan ... kita lakukan di hari lain saja."

"Kamu bisa menahannya? Aku tidak percaya," Claudius Chen menyeringai dan memandangi wajahnya yang merah muda yang sungguh menggoda, dan kemudian dengan penuh rasa ingin tahu bertanya, "Aku tidak tahu bagaimana pasangan kecil lainnya memuaskan hasrat mereka? Tidak mungkin setelah punya anak mereka tidak berhubungan lagi bukan? "

“Aku tidak tahu.” Josephine Bai menggelengkan kepalanya dan memandangnya, “Oh iyaa, tubuhmu belum sepenuhnya pulih, bisakah kamu berhubungan sekarang?”

"Aku belum pernah mencobanya, aku menunggu kamu untuk bereksperimen," Claudius Chen tersenyum dan mencium lehernya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mematikan lampu meja di samping tempat tidur, dan cahaya di satu ruangan segera diganti oleh kegelapan.

Dengan begitu bahkan Jesslyn bangun pun dia sudah tidak takut, pikirnya puas dalam hatinya.

-----

Setelah selesai, Josephine Bai sudah tidur, dan Claudius Chen mendengarkan napasnya secara bertahap dan merata sampai yakin dia benar-benar tertidur, lalu dengan hati-hati bangkit dan duduk di atas tempat tidur dan mengulurkan tangan untuk membuka lampu di meja samping tempat tidur.

Dia mengenakan kembali jubah mandi yang telah dilemparnya ke lantai, kemudian menyari passport Josephine Bai dan Jesslyn di koper Josephine Bai, lalu pergi pergi ke meja komputer, menghidupkan komputernya dan membuka situs pemesanan tiket memesan tiga tiket pesawat untuk kembali ke Jakarta besok sore.

Setelah selesai memesan tiket, dia bangkit dan pergi ke bar dan menuangkan segelas air untuk minum kemudian kembali ke samping tempat tidur.

Dalam cahaya redup dari lampu di samping tempat tidur, dia memandang istri dan putrinya yang tertidur pulas di tempat tidur, dan hatinya berubah menjadi lembut dan sangat tersentuh.

Ini adalah istri dan putrinya, dia pernah kehilangan mereka, dan sekarang sangat tidak mudah untuk menemukannya kembali!

Meskipun hari ini cukup lelah baginya, namun tidak ada rasa ngantuk yang melanda pada dirinya, dia malah memutuskan untuk duduk diatas kursi memandangi wajah istri dan putrinya yang sedang tidur, seolah-olah sedang menikmati karya seni indah yang berharga.

Tidak, baginya, seni yang lebih mahal pun tidak sebanding dengan istri dan putrinya itu!

Sampai setelah Josephine Bai terbangun, dia tidak menyentuh tubuh Claudius Chen yang seharusnya berada disampingnya, dia membuka matanya melihat Claudius Chen duduk dengan tenang di kursi di depan tempat tidur, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Dia mengusap-usap matanya dan melirik pada jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam satu pagi, tapi dia masih belum tidur?

"Claudius, apa yang sedang kamu lihat? Kenapa tidak tidur?" Tanyanya dengan prihatin.

"Lihat kamu." kata Claudius Chen.

“Lihat aku?” Josephine Bai mengerutkan kening.

"Yah, kurasa aku tidak akan bisa cukup melihatnya."

Wajah Josephine Bai memerah, dia menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang dan mulai mencari pakaiannya sendiri.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu