Istri ke-7 - Bab 148 Wanita Sebanyak Pakaian (2)

Setelah Josephine mengikuti Claudius hingga kembali ke mobil, Josephine langsung bertanya, “Apakah benar yang dikatakan oleh Shella? Kamu yang memaksanya hingga menjadi begini?”

Sambil membenarkan sabuk pengamannya, Claudius berkata, “Jika iya, terus kenapa?”

Josephine tidak mengira bahwa dia akan menjawabnya begitu langsung, setelah terdiam sejenak, dia lalu berkata, “Bagaimana kamu boleh melakukan hal seperti itu?”

“Apakah kamu bertanya kepadaku?” Claudius menatapinya dengan tatapan yang seram.

Josephine terkejut dengan tatapannya, namun dia tetap berkata dengan nada marah, “Aku tahu dia banyak melakukan hal yang salah terhadapmu, dan dia memang pantas, namun kamu terlalu keterlaluan untuk memaksanya hingga menjadi begini. Jika kamu membencinya, kamu bisa seperti memaksa Direktur Bai, mengapa kamu membuatnya seperti begini? Tidakkah kamu tahu betapa pentingnya kesucian bagi seorang wanita?”

Claudius menatapinya dan mencibir, “Jika kamu adalah dia, apa yang akan kamu lakukan?”

“Aku lebih memilih bunuh diri!”

“Lalu mengapa dia tidak melakukannya?”

“......”

“Karena dia menerima dirinya dimiliki oleh berbagai lelaki, dia rela menjalani hidup seperti itu.” Claudius tidak mempedulikannya, “Kesucian? Sebagai putri keluarga Bai, kesucian apalagi yang kalian miliki? Apakah masih punya rasa malu? Demi kedudukan, kalian bisa melakukan apa saja, demi uang bisa menjual tubuhnya sendiri.”

“Aku tidak mengizinkanmu menfitnahku seperti ini!”

“Mengapa tidak boleh? Kakakmu yang baik saja juga mengatakan dirimu sudah dipakai oleh Vincent berkali-kali!” Claudius tiba-tiba meneriakinya.

Josephine marah besar, dia sampai sembarangan bicara, “Iya, aku sudah dipakai oleh Vincent, mengapa kamu masih mengikatku disamping dirimu? Kamu buang aku saja ke KTV untuk jual diri saja, aku sekarang adalah istrimu, kamu menghina istrimu seperti ini bukankah sama artinyanya dengan menghina dirimu sendiri? Tuan Muda Chen yang gagah malah menikahi seorang wanita yang tidak bersih, apakah kamu tidak malu?”

“Diam kamu!” Claudius melototnya dengan marah.

“Mengapa? Kamu sendiri saja mengakuinya, mengapa kamu menyuruhku diam?”

Seusai berkata, Josephine membuka pintu mobil dan bersiap akan turun dari mobil.

Claudius bertindak cepat, dia segera menarik tangan Josephine dan menariknya kembali, dan mendekat kearahnya lalu berkata, “Kamu begitu perhatian terhadapnya? Bukankah kamu bilang ini semua dia yang merencanakannya? Bukankah kamu mengatakan dirimu tidak bersalah? Mengapa......?”

Josephine terdiam karena perkataannya, sejenak kemudian, barulah dia berkata, “Aku hanya merasa memaksanya hingga menjual tubuhnya sendiri sangatlah kejam.”

“Ini adalah pilhannya, dia boleh memilih untuk bunuh diri, bisa memilih untuk mengemis, namun dia memilih untuk mendapatkan pendapatan tinggi dengan pekerjaan seperti ini. Dan satu demi satu wanita yang menjual badannya di KTV untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi, apakah kamu melihatnya malu karena tindakan mereka?” Claudius lalu mencibir, “Inilah wanita keluarga Bai, hina sehina-hinanya.”

“Aku tidak ingin mendengarmu mengungkit keluarga Bai! Dan juga tidak mau dibandingkan dengan dia.” Josephine berkata tidak sabaran, “Jika kamu memang begitu membenciku, maka bukalah pintu mobil, aku akan menghilang dari hadapanmu!”

“Menghilang dari hadapanku? Keluar negeri? Mencari Vincentmu?” Claudius kembali mendorongnya untuk duduk diatas kursi, “Jangan bermimpi!”

“Jadi apa yang sebenarnya kamu inginkan?” bahu Josephine tertabrak dengan pintu mobil, dia meremas bahunya karena sakit.

“Seperti sekarang ini, tidak bisa kabur dari gengamanku, kalaupun berhasil kabur, kamu juga hanya menjadi milikku saja.” Seusai berkata, Claudius menyalakan mobil dan keluar dari parkiran.

Kembali kerumah, Claudius menghentikan mobil di depan rumah, Josephine turun dulu dan melangkah kedalam rumah.

Ketika memasuki ruang tamu, dia melihat Joshua tengah mengoles obat yang tembus pandang di pipi Sally, dan pipi Sally terlihat jejak merah, seperti dipukul oleh orang lain.

Josephine bertanya karena sopan, “Ada apa denganmu, Sally?”

Sally mengelengkan kepalanya, matanya merah, “Tidak apa-apa, dipukul oleh tunangan kakak Vincent.”

“Dia memukulmu? Mengapa?”

“Tidak tahu, dia mungkin tidak suka denganku, bagaimanapun juga waktu itu......” Sally melihat Claudius masuk, dia menghentikan perkataannya dan berbalik berkata, “Tidak apa-apa, hanya ditampar saja, sama sekali tidak menggangu.”

Sally melirik muka Josephine yang merah, lalu bertanya dengan nada terkejut, “Eh, kakak ipar, mengapa mukamu juga memerah? Kamu juga dipukul olehnya?”

Josephine meremas pipinya, dia juga merasa kesakitan, tadi dirinya hanya terus bertengkar dengan Claudius, dia sampai lupa dirinya juga ditampar oleh Shella.

Saat ini mukanya memang sedikit memerah, terlihat sebuah jejak tangan diatasnya.

“Aku tidak apa-apa.” Josephine tersenyum.

“Kakak ipar, obat ini efekny bagus, minta kakak membantumu mengoleskannya untukmu.” Joshua memberikan obat kepada Josephine.

“Tidak perlu, kulitku kuat, bentar lagi juga sembuh.

“Kulit tebal?” Sally tertawa, “Tetap harus menyuruh kakak mengoles obat untukmu juga, bagaimana jika besok membengkak?”

Sally lalu tersenyum dan berkata kepada Claudius yang berada dibelakang Josephine, “Kakak, cepat oleskan obat untuk kakak ipar, setelah itu nanti temani nenek untuk melihat bulan ditaman bunga.”

“Nenek masih belum tidur?”

“Masih belum, dia masih menunggu jam 12 untuk mengamati bulan.”

Claudius tidak berkata lagi, dia berjalan kemari dan mengambil obat itu dari tangan Josephine, namun Josephine melewatinya dan berjalan kelantai atas.

Josephine kembali ke kamarnya, dia bercermin, melihat jejak merah di pipinya dan kepikiran dengan Shella yang berpelukan dan berciuman dengan lelaki tua itu serta kata-kata yang dia lontarkan kepada Claudius, hatinya terasa sedih.

Dari awal hingga akhir Claudius tidak percaya dirinya tidak ada hubungan dengan Vincent, sekarang dia pasti lebih tidak percaya lagi!

Josephine mandi dan baring diatas kasur untuk menonton televisi, diluar sana sudah ada suara orang-orang yang sedang menemani Nenek Chen mengamati bulan, Josephine tidak turun, dia malas untuk membaik-baikkan Nenek Chen, dia marah.

Mungkin Nenek Chen akan tidak senang, namun dia sudah tidak mempedulikan itu, Claudius sudah mengatakan dirinya sampai separah itu, mengapa dirinya masih harus berpura-pura dan membaik-baikkan Nenek Chen?

Terdengar suara ketukan pintu, Josephine tidak menjawabnya, Vina mendorong pintu masuk dan memberitahunya, Nenek Chen menyuruhnya untuk turun makan kue bulan dan melihat bulan bersama.

Josephine membelakanginya, “Tolong beritahu Nyonya besar, badanku kurang nyaman, aku tidak bisa menemani beliau.”

Vina melihat sosok belakangnya lalu menganggukkan kepalanya dan meninggalkan kamarnya.

Sally melihat Vina datang sendiri, lalu bertanya sambil tersenyum, “Nyonya Muda tidak datang?”

“Nyonya Muda mengatakan bahwa dirinya kurang nyaman, dia tidak turun.” Jawab Vina.

“Ada apa dengannya? Bukankah tadi masih baik-baik saja ketika makan malam?” Nenek Chen melirik kearah Claudius.

Claudius mendapati tatapan penuh pertanyaan dari Nenek Chen lalu menjawabnya, “Aku tidak tahu, aku akan melihatnya nanti.”

Nenek Chen menganggukkan kepalanya, dia tidak bertanya lebih.

Claudius sama sekali tidak tertarik untuk melihat bulan, dia ke taman bunga hanyalah untuk menemani Nenek Chen, setelah sejenak kemudian, dia mengangkat kepalanya dan melirik bulan dilangit dan berkata, “Bulan tahun ini juga tidak begitu bulat, semuanya istirahat pagian saja.”

“Sepertinya tahun lalu kakak juga berkata seperti itu.” Kata Chelsea sambil tersenyum.

Claudius bangkit dari kursinya dan berkata, “Nanti pagian untuk temani Nenek tidur, aku naik dulu.”

Chelsea menganggukkan kepalanya dan menyanggupinya.

Claudius kembali ke kamarnya dan melihat Josephine yang terbaring di tempat tidur sepertinya sudah tertidur lelap, dia melangkah mendekatinya, dan menatapinya dari dekat. Baju yang dipakainya adalah baju tidur yang dibeli hari itu, warna pink yang lucu.

Jejak merah dimukanya masih ada dan terlihat menyakitkan.

Claudius mendorong tangan Josephine, Josephine lalu memutarkan badannya dan menatapinya.

Ternyata dia tidak tertidur, Claudius bertanya, “Mana yang tidak nyaman?”

Josephine tidak berkata apa-apa.

Claudius bersabar dan duduk disampingnya, dan memegang pundaknya, lalu bertanya, “Kamu marah denganku?”

Josephine terpaksa untuk bertatapan dengannya, matanya terlihat sedikit menangis, “Apakah kamu mau mengingatkanku bahwa aku tidak berhak melakukannya?”

“Kamu marah denganku karena Shella?”

Josephine tidak berkata apa-apa, sebenarnya lebih karena Claudius menghinanya, namun Josephine tidak mengatakannya, karena dia tidak ingin bertengkar dengannya dan memang tidak kuat untuk menang bertengkar dengannya.

“Sampai saat ini Shella masih saja tidak mengetahui kesalahannya, dia malah melukai Sally, kamu marah denganku demi orang seperti itu?” Claudius memegang dagunya dan berkata, “Apakah kamu mengira aku memberikanmu sebuah pengecualian artinya aku menyukaimu? Mencintaimu? Dan menahan sifatmu setiap saat?”

Josephine menatapinya, dan berkata, “Tuan Muda Chen, dulu aku bersalah terhadapmu, kamu boleh membunuhku, namun kamu tidak boleh menghinaku. Dan kamu sekarang tidak hanya menghinaku, dan tidak membolehkanku marah sedikitpun, apakah kamu menginginkanku sambil tersenyum mendengarkanmu menghinaku? Apakah dengan begitu kamu baru bisa puas? Permintaanmu ini terlalu sulit untuk dijalankan!”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu