Istri ke-7 - Bab 149 Tidak Mudah Dilayani (1)

Claudius turun dari mobil, Josephine lalu berkatan: "Aku mengkhawatirkan Susi, kamu tidak membiarkan aku keluar rumah, makanya aku menyuruhnya datang."

Claudius menatapnya dan menyindirnya: "Suami sendiri saja kamu tidak bisa bujuk dengan baik, kamu masih bisa mengurusi masalah orang lain? Sepertinya kamu memang kurang kerjaan."

"Aku memang kurang kerjaan." Josephine tidak menahannya lagi.

"Kamu mau bilang apa?"

"Aku ingin bebas, aku ingin kerja."

Claudius menatapnya, terdiam sejenak lalu berkata: "Mau bebas, mau kerja tunggu saja sampai suatu hari kamu sudah membuatku senang."

Setelah itu. Dia melempar tas kerja dan jasnya ke Josephine, melangkah masuk ke dalam rumah.

Josephine memegang tas dan jasnya dan ikut masuk. Diam-diam melihatnya, sepertinya perasaannya sudah tidak seburuk tadi pagi, untunglah!

Dia masih takut dia akan bersikap begitu lama kepadanya, seperti sebelumnya.

Saat Claudius marah akan sangat susah dilayani, lagipula dia memang seorang tuan muda yang sudah dimanja sejak kecil, pria yang sesukanya saja!

Setelah naik ke atas, Josephine membuat teh untuknya.

Melihat gelas teh yang ada di tangannya, Claudius mengangkat kepalanya dan melihatnya, lalu mengambil gelas itu dan meniupnya, tanpa ekspresi dia berkata: "Kalau ingin tanya tentang Justin, aku sarankan kamu diam saja, kalau kamu ingin bebas dan ingin kerja, karena kesabaranku ada batasnya."

Tiba-tiba bersikap baik, pasti ada maksudnya!

Josephine pasrah: "Aku hanya membuat teh untukmu, kenapa kamu harus berpikir seperti itu?"

"Ini menandakan apa?"

"Menandakan aku belum cukup baik kepadamu."

"Baguslah kalau kamu mengerti." Claudius meletakkan gelas itu di atas meja, lalu mulai bekerja.

Setelah itu, dia merasa Josephine masih berdiri di depannya, lalu dia pun mengangkat kepalanya dan bertanya: "Ngapain lagi berdiri disini terus?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengatakan kalau sudah jam makan."

"Aku sudah tahu."

Josephine menarik nafas, berbalik badan dan berjalan keluar.

Dia malah tidak memarahinya telah membawa Susi ke rumah, padahal dia sudah mempersiapkan batinnya untuk di marahi, dasar pria aneh.

Tapi untunglah dia tidak marah, Josephine bisa merasa lega kembali.

Akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi, Josephine bahkan tidak menyadari kalau menstruasinya sudah telat hampir sepuluh hari.

Hingga akhirnya Claudius yang mengingatinya.

Claudius berjalan keluar dari ruang baca dan kembali ke kamar tidur, kebetulan dia melihatnya berjalan keluar dari kamar mandi. Terpikat oleh bentuk tubuhnya yang indah itu, tiba-tiba dia pun memiliki hasrat.

Lalu dia pun berteriak: "Sini."

Sejak festival pertengahan musim gugur lewat, walaupun sikapnya tidak baik, tapi nafsunya tidak pernah berkurang, Josephine pun sudah terbiasa. Jadi saat dia memerintah, dia pun langsung berjalan kesana.

Claudius dengan satu tangan memeluk pinggangnya, dan tangan yang lain mengangkat dagunya, lalu menciumnya mesra.

Josephine bergerak-gerak dipelukannya dan ingin menolaknya: "Aku masih belum mengeringkan rambut."

Claudius tentu tidak peduli lagi dengannya, bukan saja tidak melepasnya, ciuman itu malah semakin dalam, dan memainkan lidahnya di dalam mulutnya

Josephine pun bingung diciumnya, dia sudah melupakan tentang rambutnya, dia pun memeluknya dan merespon ciumannya.

Setelah sesaat, Claudius mendorongnya ke atas ranjang, melepaskan baju tidurnya dan masuk ke dalamnya.

Josephine pun gemetaran karena dirabanya, saat dia menaikkan badannya ingin meresponnya, Claudius malah tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya, lalu melepaskan lidahnya dari mulutnya.

Dia kaget dan menatap dirinya, tatapan mereka terlihat kebingungan.

Dia tidak tahu kenapa Claudius tiba-tiba berhenti, lalu menatapnya seperti ini.

Claudius menggerakkan jarinya, lalu bertanya: "Kamu sudah lama tidak menstruasi ya?"

"Hah?" Josephine bengong.

Setelah itu dia baru tersadar, sepertinya memang sudah lama dia tidak menstruasi.

Bulan lalu tangal dua puluh, sekarang sudah tanggal satu!

Mengingat ini, otaknya seperti telah terbentur sesuatu, bengong.

Claudius melihat ekspresi di wajahnya, lalu mengerutkan dahitnya: "Jangan-jangan kamu sendiri pun tidak tahu kamu sudah mentruasi apa belum?"

Melihat ekspresinya dia pun tahu kalau dia tidak tahu, wanita bodoh ini bisa tidak lebih bingung lagi? Bahkan hal yang bisa dia rasakan pun tidak bisa dirasakannya.

Claudius ingat sejak mengurung dia di villa ini, dia pun sering sekali menginginkannya, tidak pernah lewat dari empat hari sekali. Dan sejak dikurung disini, sudah hampir sebulan.

Walaupun setiap kali dia orgasme di luar, tapi tidak menjamin aman seratus persen.

Mulut Josephine ternganga, dia tidak berani mengaku dia melupakan hal ini, dan tidak berani bilang bahwa mungkin dia sudah hamil, tapi akhirnya dia berkata terbata-bata: "Sejak melahirkan jadwal menstruasiku menjadi tidak tepat, belum stabil."

"Benar begitu?"

"Iya." Josephine tersenyum: "Masa aku bohong?"

Claudius menatapnya sedikit tidak percaya, tapi lalu melanjutkan ciumannya.

Diingatkan Claudius tentang ini, keesokan harinya Josephine pun panik.

Dia menunggu hingga Claudius berangkat kerja, tapi dia malah tidak bisa keluar rumah, tidak bisa membeli testpack untuk mengecek apakah dia hamil atau tidak.

Karena pasrah, dia hanya bisa meminta bantuan Vina, menyuruhnya untuk membelikannya.

Vina penasaran dan bertanya: "Nyonya, kenapa kamu tidak menyuruh Nona Lin membawakan satu untukmu? Di rumah sakitnya kan ada apotek."

Josephine tersenyum malu: "Hal begini mana mungkin aku mencarinya."

Setelah itu, dia berkata lagi: "Tolong ya, sekarang aku sangat butuh."

"Oke deh, nanti setelah pulang kerja aku bantu beliin ya." Vina mengangguk.

Setelah menunggu seharian, akhirnya Vina pulang dan membawa testpack itu, Josephine tidak sabar langsung masuk ke toilet dan mengikuti petunjuk dan mengeceknya.

Melihat dua garis merah di atasnya, dia hampir terkejut pingsan.

Ternyata benar dia hamil!

Kenapa bisa begini?

Dia ingat setiap kali bersama Claudius dia pasti sangat berhati-hati, tidak membiarkan dia berkesempatan hamil.

Lagi-lagi seorang anak yang hadir tidak pada saatnya!

Keadaannya sekarang, tentu saja tidak cocok untuk menghamilkan seorang anak lagi!

Dia duduk di atas toilet hingga beberapa saat dan menatap testpack itu, seperti jika menatapnya lama testpack itu akan berubah menjadi satu garis.

Sampai tiba-tiba pintu toilet terbuka, Claudius berdiri di depannya, dia kaget dan berdiri, lalu menyembunyikan testpack itu di belakang, wajahnya panik dan melototi Claudius yang tiba-tiba masuk.

Tadi Claudius sudah menunggunya sekitar dua puluh menit, karena dia masih belum keluar juga, dan tidak mendengar suara apapun, dia mengira ada apa-apa dengannya, oleh karena itu dia pun mendobrak pintu itu dan masuk.

Sebenarnya dia tidak memperhatikan apa yang dilakukan Josephine, tapi karena sikap Josephine yang aneh membuatnya penasaran.

Dia pun mengerutkan alisnya dan menatap tangan kanan yang ditaruhnya di belakang: "Ada apa di belakang? Keluarkan."

"Tidak ada apa-apa." Josephine menggeleng.

"Keluarkan sekarang juga." Nadanya sedikit memerintah.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu