Istri ke-7 - Bab 122 Rencana Shella (3)

Claudius pertama kalinya makan di rumah keluarga Bai, Fransiska tidak hanya mengawasi orang dapur memasak secara pribadi, dia bahkan meminta William mengeluarkan alkohol terbaiknya.

William meskipun juga ingin menyambut Claudius dengan semangat tinggi, tapi dia tetap merasa sedikit tidak rela mengeluarkan alkohol yang sudah disimpan olehnya selama 10 tahun lebih.

Fransiska melihat William ragu-ragu, dia pun berkata dengan kesal: "Kehidupan putrimu lebih penting atau alkohol impormu lebih penting? Cepat keluarkan."

William mengamati Fransiska yang berekspresi penuh perhitungan: "Alkohol seharga ratusan juta aku bisa korbankan, tapi aku ingin tahu apa yang kamu rencanakan."

"Tentu saja membuat Shella hamil anak Claudius secepatnya." Fransiska langsung merebut botol alkohol yang dipegang William.

"Kamu tidak berencana menaruh obat di makanannya, kan?"

"Apakah kamu pikir aku bodoh, berbuat seperti itu jelas akan membahayakan Shella."

"Jadi apa yang ingin kamu lakukan?"

"Membuat dia mabuk." Fransiska tersenyum licik, kemudian berkata: "Jadi nanti kamu harus membuatnya minum terus."

"Oh." William menjawab, kemudian berkata: "Tenang saja, aku akan berusaha sekuat tenaga, lagipula alkohol ini sangat kuat, kali ini Shella pasti berhasil."

"Semoga bisa berhasil." Fransiska menghela nafas panjang.

Shella dan Claudius tiba di rumah keluarga Bai, mereka duduk di ruang tamu sambil meminum teh, William terus mencari topik pembicaraan untuk menyenangkan Claudius, tapi Claudius tetap datar dan dingin seperti biasanya, menjawab hanya ketika perlu saja.

Fransiska melihat suasananya tidak bagus, dia pun bergegas menyuruh orang dapur menyiapkan makan malam.

William mengeluarkan alkohol impor tadi, sambil tertawa berseri berkata kepada Claudius: "Tuan muda Chen, ini adalah alkohol bagus yang sudah saya simpan selama 12 tahun, dulu ketika berdiskusi tentang bisnis seharga triliunan dengan direktur Hua saja saya tidak rela mengeluarkannya, hari ini dibuka demi Tuan muda Chen, Tuan muda nanti harus minum yang banyak."

Claudius tersenyum tipis: "Ayah sudah menyimpannya selama begitu lama, lebih baik jangan dibuka, nanti saya masih mau mengemudi."

William malah membuka botol alkohol, sambil menuang untuk mereka semua sambil tersenyum: "Tuan muda Chen adalah tamu penting keluarga Bai, tidak dibuka untuk Tuan muda mau dibuka untuk siapa? Tidak ada orang yang pantas minum alkohol bagus yang sudah disimpan bertahun-tahun ini."

"Lihat kamu, belum mulai minum saja sudah mulai sembarangan bicara." Fransiska melirik William dengan pandangan menyalahkan, kemudian mengangkat gelasnya dan berkata kepada Claudius: "Jarang-jarang Tuan muda Chen datang makan ke rumah kita, saya minum segelas dengan Tuan muda."

"Baik, baik, sudah seharusnya." WIlliam juga ikut mengangkat gelasnya.

Shella melihat mereka semua, kemudian ikut mengangkat gelas.

Claudius merasa segan menolak, dia pun hanya bisa menerima kehormatan ini, mendongak dan meneguk alkohol itu.

Alkohol ini memang benar alkohol bagus, tapi Claudius kemarin malam baru saja mabuk, hari ini benar-benar tidak bagus mabuk lagi, jadi dia hanya meminum sedikit.

William melihat alkohol di gelas Claudius masih sisa setengah, dia pun langsung bertanya: "Kenapa? Apakah Tuan muda tidak terbiasa dengan alkohol simpananku ini?"

"Bukan...."

"Kalau begitu cepat habiskan."

Claudius tak berdaya, dia pun terpaksa meminum sisa alkoholnya.

Baru saja dia habiskan alkoholnya, Fransiska langsung menuangkan alkohol lagi di gelas Claudius sampai penuh, kemudian mengangkat gelasnya sendiri dan tersenyum: "Tuan muda Chen, saya dengan Shella berkata bahwa anda sangat baik terhadapnya, aku hanya punya satu putri kandung, untuk berterimakasih atas perhatian anda padanya, aku minum segelas."

Claudius berpaling melihat Shella, Shella dengan segan menunduk, kemudian berkata: "Ibu, kamu kenapa memberitahu Tuan muda Chen hal yang kukatakan diam-diam padamu."

"Kenapa? Lagipula bukan kata-kata yang tidak baik, benar tidak, Tuan muda Chen?" Fransiska lagi-lagi berpaling ke Claudius.

Claudius tersenyum dan mengangguk, mengangkat gelasnya menyentuh gelas ransiska, kemudian dengan terpaksa meminum gelas kedua.

Setelah habis, Shella pun berpura-pura menghentikan orang tuanya yang terus menyuruh Claudius minum, William malah tertawa keras: "Lihat, sudah punya suami melupakan orang tua, sudah bisa melindungi suami, putriku, ayah jarang-jarang sesenang ini, kamu biarkanlah kami minum sesuka hati."

"Benar, lain kali kalau mau mengundang Tuan muda Chen datang untuk makan, belum tentu bisa." Fransiska menambahkan.

Shella dengan tak berdaya melihat Claudius dan mengangkat bahunya: "Sudah lihat belum, kamu bisa datang kesini makan malam, ayah dan ibu lebih senang dibandingkan saat imlek."

Claudius tersenyum, tidak berbicara.

Setelah makan malam, Claudius seperti diduga mulai merasa mabuk.

Ketika sudah mau pulang, Fransiska menarik Shella ke sudut ruangan, setelah melihat ke arah mobil di depan pintu, dia berkata: "Claudius sudah kubereskan, selanjutnya mau lihat kamu sendiri."

"Tapi bu..... Aku takut.... Bagaimana kalau penyakitnya kambuh?"

"Dengar-dengar dia sebulan hanya kambuh sekali dua kali, beberapa hari yang lalu baru saja kambuh, malam ini pasti tidak akan kambuh, tenang saja." Setelah Fransiska menenangkan Shella, dia tidak tenang dan mengingatkan Shella lagi: "Kesempatan susah didapat, kamu harus mempergunakannya dengan baik."

"Tenang saja, bu." setelah ditenangkan oleh ibunya, Shella pun tidak lagi khawatir, langsung merasa termotivasi.

Karena Claudius sudah mabuk, Shella yang mengemudi sampai rumah, ketika mobil masuk ke rumah keluarga Chen, tepat bertemu dengan Joshua dan Sally yang baru saja pulang.

Begitu turun mobil Sally langsung melihat mereka berdua, di wajahnya langsung muncul senyum besar: "Kakak sepupu, kakak ipar, kalian juga baru pulang?"

"Benar, kita makan malam di rumah ibuku." Shella menopang dengan stabil Claudius yang sudah setengah sadar, kemudian bertanya: "Kalian kenapa juga semalam ini?"

"Aku dan Joshua habis pergi nonton." Sally berkata sambil tersenyum.

Joshua mengamati Claudius yang tidak bisa berdiri tegak, kemudian bertanya: "Kakak sepupu kenapa? Mabuk?"

"Iya, minum terlalu banyak saat mengobrol dengan ayahku."

"Kalau begitu biar aku yang membawa kakak sepupu keatas." Joshua menerima Claudius dari tangan Shella dan berjalan kedalam.

Setelah meletakkan Claudius ke atas kasur, Joshua langsung meninggalkan kamar Claudius, suasana di dalam kamar hening seketika.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu