Istri ke-7 - Bab 121 Serba salah (2)

"Kamu kenapa masih menonton televisi?" Josephine bertanya sambil tertawa kering, bersamaan diam-diam menarik lengan baju tidurnya, menutupi bekas gigitan di pergelangan tangannya.

"Kalau tidak aku seharusnya sedang melakukan apa?" Claudius mengamati Josephine, kemudian melihat kearah roti tawar yang dimakannya tadi, kemudian menatapi Josephine dengan tatapan dingin: "Jangan-jangan kamu menaruh obat di roti ini? Atau di segelas air tadi? Kamu datang jam segini untuk melihat apakah obat itu bereaksi tepat waktu?"

Josephine terdiam di dalam hati, mengapa dia selama ini tidak tahu Claudius punya bakat untuk menulis skenario drama?

Josephine yang sudah bereaksi langsung memasuki perannya, lengkungan bibirnya membentuk senyuman menggoda, sambil menggoyangkan pinggangnya sambil berjalan ke arah Claudius, dan berkata dengan suara menggoda: "Tuan muda Chen, anda sangat pintar bercanda, dengan pesonaku sebagai Nona kedua keluarga Bai, apakah masih harus menggunakan obat untuk menggoda lelaki? Aku rasa aku sendiri sudah adalah obat paling manjur, bagaimana menurut Tuan muda Chen?"

Josephine berputar menggoda di depan Claudius, bersamaan dengan duduk disamping Claudius, dia diam-diam menarik lengan bajunya lagi.

Setelah melahirkan, dadanya membesar sebanyak 1 ukuran, dadanya yang terlihat samar-samar sangat menggoda.

Tengah malam muncul di rumah orang lain, mungkin hanya ada tujuan ini, pikir Josephine. Tapi....masalahnya, bagaimana caranya melepaskan diri.

Di pesta alkohol tadi ada sekumpulan perempuan yang menampakkan kulitnya, Claudius yang melihat pemandangan itu pun merasa lelah, sama sekali tidak tergoda oleh godaan Josephine.

Tapi dia juga sangat memberi reaksi dan mendekati Josephine dan menekan tubuh Josephine ke punggung sofa, nafasnya menghembus ke wajah Josephine: "Sebegitu hausnya?"

Hati Josephine heboh sejenak, panik apakah Claudius serius? Tidak menolak yang datang?

Kedua tangan Josephine menahan dada Claudius, namun wajahnya tetap memasang senyuman menggoda: "Salah Tuan muda Chen terlalu mempesona, membuat orang tidak bisa tidur tengah malam, dan tanpa bisa ditahan masuk ke rumah Tuan muda Chen, sangat memalukan....."

"Sudah tahu memalukan masih tidak cepat keluar?" Ekspresi di wajah Claudius perlahan-lahan mendingin, nada suaranya dingin: "Keluar!"

"Tuan muda Chen......" Josephine memeluk pinggang Claudius, kemudian dengan muka cemberut berkata: "Aku benar-benar sangat menyukaimu....."

"Aku suruh kamu keluar!" Claudius emosi dan berteriak sambil mendorong tubuh Josephine sampai jatuh ke lantai.

Josephine pun mengaduh, setelah bangun dari lantai, dia pun berjalan ke pintu depan dengan ekspresi tidak rela.

Ketika tangannya memegang gagang pintu, Josephine diam-diam menghela nafas lega, akhirnya dia sudah bisa melepaskan diri, untung saja!

"Tunggu." tiba-tiba terdengar suara dingin Claudius dari belakang.

Hati yang baru saja tenang kembali berdetak kencang, Josephine kembali mengatur senyuman diwajahnya dan berbalik badan, berkata manja: "Aku sudah tahu Tuan muda Chen pasti bisa berubah pikiran." Sambil berkata, Josephine pun berjalan ke depan Claudius.

Hanya saja baru saja dia mulai melangkah, sudah dihentikan Claudius, nada suara Claudius tetap dingin: "Kamu kenapa bisa tahu kata sandi rumahku?"

Hati Josephine panik seketika, Claudius akhirnya menyadari hal ini, untung saja Josephine sudah punya persiapan, dia tidak panik dan berkata perlahan: "Tadi ketika mengantar Tuan muda Chen pulang, aku mengingat kata sandinya saat tuan muda menekannya."

Tadi dia menekan kata sandi? Mengapa dia sendiri tidak ingat sama sekali?

Dia ingat dia sudah mabuk sampai tidak bisa berjalan, tapi masih bisa menekan kata sandi? Tapi sekarang dia tidak bisa mengingat dengan jelas apakah dia ada menekan kata sandi atau tidak.

"Tuan muda Chen....."

"Sudah, kamu sudah boleh keluar." Claudius memotong perkataan Josephine dengan wajah datar.

Josephine pun kembali berbalik badan, menarik pintu dan berjalan keluar, kemudian pulang ke rumah sendiri dengan langkah cepat. Setelah masuk ke rumah sendiri, dia baru bersandar di belakang pintu dan menghela nafas panjang.

Untung saja, dia hampir saja ketahuan!

Josephine mengangkat tangan kanannya, cincin di jari manisnya sudah dia tutupi dengan cincin berlian imitasi, untung saja tadi ketika dia tidur dia tidak melepas sarung cincin ini.

Selama dua malam berturut-turut Claudius tinggal disini, kenapa? Jangan-jangan hubungannya dengan Shella begitu buruk? Sampai-sampai tidak pulang selama dua malam?

Josephine menggelengkan kepalanya, lupakan saja, masalah ini pada dasarnya sudah tidak ada hubungannya dengan dia, biarkan saja hubungan mereka baik atau tidak.

Lebih baik lihat keadaan besok, kalau Claudius lanjut tinggal disini, dia benar-benar perlu pindah ke tempat lain.

*****

Keesokan paginya, Josephine bangun pagi dan memasak bubur tulang iga.

Justin telungkup di meja makan menatapi Josephine menyendok bubur ke mangkuk besar, dia merasa sedikit tidak senang dan berkata: "Kakak, kemarin malam bukannya kamu bilang pagi ini akan membuatkan sandwich untukku? Kenapa lagi-lagi makan bubur?"

Josephine melihat Justin sejenak, berkata: "Kamu boleh makan sandwich, aku dan ibu makan bubur."

"Benarkah? Kamu benar-benar tidak akan memaksaku makan bubur?" Justin melihat Josephine dengan pandangan curiga, dia paling benci makan bubur.

"Tentu saja benar, kamu lihat, kakak sudah membelikan roti tawar dan ham untukmu, kakak buatkan sekarang juga, kamu begitu kembali sudah bisa makan."

"Aku mau kemana?"

"Mmm....." Josephine meletakkan mangkuk besar tadi ke depan Justin, tersenyum berseri: "Kamu antar bubur ini untuk paman sebelah, jangan bilang kakak yang suruh, juga jangan sampai ibu tahu, mmm.....Kamu bilang saja kamu diam-diam bawakan bubur ini untuknya."

"Kenapa ibu tidak boleh tahu, juga tidak boleh beritahu paman kalau kakak yang menyuruhku mengantarkan bubur untuknya?" Justin bingung.

"Karena....." Josephine berpikir: "Karena paman itu tidak suka kakak, kalau dia tahu kakak yang menyuruhmu mengantarkan bubur untuknya, dia pasti tidak akan memakannya."

"Ohh..." kata Justin, kemudian dia bertanya lagi: "Paman itu tidak bisa masak sendiri? Kenapa harus kita yang membawakan makanan untuknya?"

"Benar, dia bodoh sama seperti Justin, tidak bisa memasak sarapan."

Justin berpikir, kemudian mengangguk: "Baiklah."

Justin mengangkat mangkuk dan berjalan ke apartemen sebelah, Josephine bergegas memesan: "Oh iya, kalau dia bertanya mengenai kakak dan keluarga kita, kamu jangan memberitahu dia, tahu tidak? Setelah mengantarkan bubur langsung pulang makan sandwich, masih ada lagi, kamu sekalian tanya apakah roti semalam enak, bilang saja kamu yang meninggalkan roti itu untuknya."

Justin berdiri diam di depan pintu sejenak, akhirnya berhasil memproses setumpuk pesan kakaknya, setelah mengangguk dia pun berkata: "Kak, aku sudah tahu, kamu bantu aku buka pintu."

"Pintar sekali." Josephine mengelus kepala Justin, kemudian membuka pintu agar Justin bisa keluar.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu