Istri ke-7 - Bab 189 Jesslyn (3)

"Ya, gaun barumu sangat bagus," puji Guru Fang.

"Terima kasih, bu!"

"ayuk, masuk."

Jesslyn dengan gembira memasuki ruang kelas. Guru Fang menoleh ke arah Josephine Bai dan tersenyum, "Nyonya Qiao, Anda tidak perlu khawatir tentang Jesslyn, aku rasa dia sudah terbiasa dengan sekolah yang baru."

"Benarkah? Kalau begitu aku juga lebih tenang." Josephine Bai melirik Jesslyn di ruang kelas: "Kalau begitu aku duluan ya, aku titipkan Jesslyn kepada Guru Fang ya."

"Baiklah, tenang saja."

Josephine Bai mengangguk, dan ketika hendak pergi, guru Fang tiba-tiba memanggilnya: "Oh iya, Nyonya Qiao ..."

Josephine Bai kembali dan berkata: "Ya, ada apa Guru Fang?"

Guru Fang tersenyum dan berkata, "Begini ceritanya, minggu lalu, Jesslyn memberikan aku sebuah gambar, dia bercerita bahwasannya gambar tersebut digambar oleh anda, kepala sekolah melihat dan sangat menyukainya dan ingin bertanya kepada Anda apakah boleh diserahkan kepada taman kanak-kanak."

"Gambar yang berisi muka Jesslyn?"

"Ya, semua orang merasa sangat bagus dan sangat menyukainya."

Josephine Bai berpikir sejenak dan mengangguk, "Ya, terima kasih atas pujian dari direktur."

Guru Fang berkata dengan gembira, "Ya, akan ku sampaikan."

Josephine Bai tersenyum dan berbalik menuju ke gerbang TK.

*********

Di rumah keluarga Chen, tempat yang semula milik Josephine Bai di meja makan telah digantikan oleh Juju Zhu sekarang.

Dia dengan perhatian menuangkan segelas susu ke Claudius Chen, dengan lembut berkata: "Claudius, minum lebih banyak susu baik untuk kesehatanmu."

Claudius Chen tidak mengatakan apa-apa, dalam dua tahun terakhir, dia yang awalnya tidak banyak berbicara berubah menjadi lebih diam lagi, saat makan bersama dengan keluarga, dia biasanya tidak banyak berkomunikasi, ekspresi dingin tidak menunjukkan dirinya senang ataupun sedih.

Juju Zhu menambahkan penuh cangkir susu Nenek Tua Chen dan tersenyum: "Nenek juga makan lebih banyak ya."

Nenek Tua Chen melihat jari manis yang kosong di tangan kanannya, dan wajahnya langsung tenggelam, dia menatapnya dan bertanya dengan dingin, "Cincinnya mana? Kenapa tidak di pakai lagi?"

Juju Zhu kaku seketika, dia dengan cepat menarik kembali tangan kanannya dan berkata dengan nada minta maaf, "Maaf, Nenek, aku baru saja meninggalkannya di wastafel dan lupa untuk memakainya lagi."

Sebenarnya, dia tidak melupakannya, tetapi setiap kali dia memakai cincin itu, dia merasa bersalah, dia bahkan sering mengalami mimpi buruk di malam harinya, dia bermimpi bahwa Josephine Bai dengan wajah yang menyeramkan datang untuk membalaskan dendamnya dan meminta cincin padanya. Mimpi semacam ini tidak hanya sekali terjadi, dan setiap kali dia takut sampai berkeringat dingin.

Dia takut dengan cincin itu, setiap malam dia selalu menyembunyikannya di tempat yang sangat jauh, jika bukan karena terpaksa dia enggan memakai di jari tangannya!

"Sudah ku katakan beberapa kali kepadamu bahwa cincin pernikahan tidak boleh sembarangan dilepas, jika lain kali aku melihatmu tidak memakainya lagi, aku akan mengusirmu!" Nenek Tua Chen memperingatkannya.

Juju Zhu dengan cepat mengangguk: "Nenek, aku tahu, aku tidak akan melupakannya lagi."

Claudius Chen hanya memakan beberapa suap dan kemudian bangkit meninggalkan ruangan makan, Juju Zhu melihatnya pergi dan bangkit mengikutinya naik ke atas.

Dia sampai di kamar tidur Claudius Chen, saat ingin mengikutinya masuk ke dalam tetapi dia menatap jari manisnya yang kosong, lalu dia kembali ke kamarnya, untuk mengambil cincin itu dari laci dan memakainya di tangannya. Lalu dia berkaca sebentar dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan itu, kemudian berbalik badan kembali ke kamar Claudius.

Dia membuka pintu dan melihat Claudius Chen keluar dari kamar dengan senyuman datar di wajahnya, dia memegang lengan Claudius Chen dan bertanya, "Claudius, hari ini akhir pekan, kamu ..."

Claudius Chen menatap jam tangan dan memotongnya: "Ada klien penting yang harus dijumpai hari ini."

"Bagaimana dengan sore hari?"

"Bermain golf dengan klien di sore hari." Claudius Chen memandangnya: "Apakah ada sesuatu?"

“Tidak ada, hanya ingin keluar denganmu.” Juju Zhu mengedipkan matanya dan menunjukkan ekspresi sedikit kecewa.

Bermain Golf bersama klien hanyalah alasan, hal seperti ini sebenarnya tidak harus dilakukan orang seorang boss besar?

Setelah kecelakaan Josephine Bai, meskipun ia menikahinya sesuai permintaan Nenek Tua Chen, sikapnya terhadapnya selalu datar, tidak dingin dan tidak kasar, tetapi rasa asingnya membuatnya tidak nyaman. Dia tahu bahwa Claudius Chen masih menyalahkan kematian Josephine Bai dibadannya, jadi tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, bagaimana dia berjanji pun tidak bisa mengubah sikapnya.

Benar saja, kali ini dia masih tidak menyetujui permintaannya, tetapi berkata kepadanya: "Kamu bukannya akrab dengan Maria, ajak dia untuk menemani kamu untuk pergi berbelanja."

Dia melirik tangan kecilnya di lengannya dan tatapannya jatuh pada cincin giok bertatahkan emas.

Telapak tangannya meremas tangan kecilnya dan dengan lembut memainkan cincin di atas, jari-jari Juju Zhu lebih berisi dari jari Josephine Bai, cincin itu dikenakan di jari-jarinya lumayan cocok, tetapi dia selalu sesuka hati ingin pakai dan ingin melepaskannya, namun Josephine Bai tidak penah melepaskannya.

Juju Zhu melihatnya menatap cincinnya, tahu bahwa dia pasti sedang memikirkan Josephine Bai lagi, dan tidak bisa menahan rasa cemburu, kemudian dia menarik kembali telapak tangannya dan tersenyum: "Jika kamu sedang terburu-buru, maka cepatlah berangkat, jangan biarkan klienmu menunggu. "

Claudius Chen sadar kembali dan mengangkat tangannya, kemudian menepuk pelan bahunya : "Bukankah kartu ada di tanganmu? Jika ingin membeli sesuatu, beli lah, aku akan pergi ke perusahaan terlebih dahulu."

Setelah itu, dia berbalik dan berjalan ke bawah.

Melihat punggungnya menghilang di koridor, Juju Zhu melepaskan kembali cincin dari jari manis dan kembali ke kamar.

*********

Claudius Chen menetap di perusahaan seharian, dan hingga waktu pulang kerja pun dia tidak bermaskud untuk meninggalkan perusahaan.

Dalam dua tahun terakhir, Asisten Yan telah terbiasa dengan dirinya yang tidak ada akhir pekan dan tidak ada siang maupun malam. Dia tahu bahwa Claudius Chen sengaja melarikan diri, melarikan diri dari rumah tua itu, namun dia hanya seorang asisten, dia tidak memiliki cara lain selain simpati kepadanya.

Dia menghela nafas pelan dan mengangkat tangannya dan mengetuk panel pintu: "Tuan Muda Chen, sudah pulang kerja, saatnya kembali."

Claudius Chen mengangguk, bangkit, menutup komputer, dan berjalan dengan Asisten Yan menuju lift.

Asisten Yan mengendarai mobil dengan sangat lambat, dan memandangnya di kaca spion dan bertanya: "Tuan Muda Chen, apakah Anda ingin kembali ke rumah tua untuk makan atau makan di luar?"

"Di luar."

"Apa yang ingin Anda makan? Apakah kita ke restoran Prancis?"

Claudius Chen mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan jatuh ke restoran hotpot di sebelah istana anak-anak, lalu dia mengidekan, "Bagaimana jika pergi makan hotpot?"

Asisten Yan tertegun dan menatapnya dengan takjub, Claudius Chen tidak pernah makan hot pot, dan cuaca sekarang sebenarnya tidak cocok untuk makan hot pot!

"Makan saja hotpot yang ada di sana."

Asisten Yan melirik ke luar jendela, di sebelah istana anak-anak ada restoran hot pot yang kelihatannya biasa-biasa saja, dia ragu-ragu dan berkata: "Tuan Muda Chen, ada yang lebih baik dari yang ini di depan, bagaimana jika aku membawa Anda makan di sana? "

"Josephine bilang restoran ini hotpotnya enak." Claudius Chen berbicara dengan samar.

Asisten Yan mendengarnya perkataan, tidak merespon apapun lagi, dan langsung memutar mobilnya ke restoran hot pot yang ditunjuknya.

Bahkan di awal memasuki musim panas, masih banyak orang yang makan hot pot di dalam. Kedua orang tersebut telah menarik banyak perhatian ketika mereka memasuki restoran tersebut. Asisten Yan melirik sekilas ke arah Claudius Chen, berpikir bahwa dia akan mundur dengan perhatian orang-orang disekitaran, namun dia sepertinya tidak peduli, seolah-olah dia tidak bisa melihat pandagan aneh dari orang-orang, dan berjalan menuju meja kosong di dalam.

Kebetulan, kali ini mereka duduk di posisi yang sama dengan Josephine Bai di waktu itu, lalu dia menutup mata, adegan di mana dia makan hot pot dengan Josephine Bai muncul kembali, itu adalah pertama kalinya dia makan hot pot. Itu juga pertama kalinya dia merasakan hot pot itu lezat.

Hanya saja, hotpot yang semula enak baginya, tidak dirasakan lagi di malam hari ini, dia bahkan merasa tidak ingin menelannya.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu