Istri ke-7 - Bab 149 Tidak Mudah Dilayani (2)

Seketika Josephine tidak tahu harus bagaimana, dia pun panik dan berkata: "Itu mainan seks yang aku beli di toko, aku..."

Dia berpikir dengan berkata begini, Claudius akan memberinya sedikit privasi dan tidak menanyakannya lagi. Tidak disangka Claudius malah semakin mengerutkan alisnya dan bertanya lagi: "Nyonya Chen, maksudmu biasanya aku tidak bisa memuaskanmu, makanya kamu bersembunyi disini dan memakai alat itu untuk memuaskanmu?"

"..." Josephine pasrah.

Claudius tiba-tiba tersenyum sini: "Sini aku lihat alat apa itu, biar aku belajar."

"Jangan." Josephine melihatnya berjalan mendekatinya, dia pun berjalan mundur dan terduduk di atas toilet.

Claudius tidak bermaksud melepaskannya, dia menarik tangan kanannya ke depan.

Suara "Tak" terdengar, testpack itupun jatuh ke atas lantai.

Pandangan Claudius mengarah ke bawah, dia pun langsung melihat testpack itu, lalu melihat Josephine dan bertanya: "Apa ini?"

Josephine menutup wajahnya, tidak berani membungkuk untuk mengambil testpack itu dan tidak berani menatapnya.

Walaupun Claudius tidak terlalu mengerti tentang kehamilan, tapi dia juga tidak sepolos hingga tidak tahu kalau itu testpack.

Tidak mendapat jawaban, Claudius pun membungkuk dan mengambil testpack itu, saat dia melihat dua garis merah, alisnya pun mengerut, lalu mengangkat wajahnya dan menatap Josephine yang masih saja menggunakan tangannya menutup wajahnya.

Claudius tidak menunjukan perasaan anehnya itu, nada bicaranya pun terdengar santai: "Apa maksudmu?"

"Maaf, aku juga tidak mau." Josephine berkata.

Aku juga tahu kamu tidak mau." Claudius menarik tangannya.

Josephine pun menunduk: "Bukan salahku."

"Salahku," Claudius memegang dagunya.

Josephine menatapnya kaget, dia tidak menyangka dia akan langsung mengakuinya, tapi memang ini salahnya. Tapi kalau sudah mengaku kalau ini salahnya, lalu kenapa harus menatapnya seperti ini?

"Kalau begitu minta maaf." Josephine tidak tahu harus bagaimana lagi.

Claudius pun terpancing, dia marah dan semakin erat memegang dagunya: "Kamu malah mau aku minta maaf?"

Saat itu dia pun langsung menariknya dan berjalan ke depan wastafel, mengangkat testpack itu: "Kenapa harus bersembunyi? Kenapa tidak membiarkanku tahu? Apakah kamu ingin seperti saat dulu merahasiakannya hingga akhirnya terbongkar? Lalu apakah kamu masih punya rencana lain bersama teman-temanmu itu?"

"Tidak!" Josephine menjawab.

Kenapa dia masih berpikir seperti itu, Vincent Lee saja sudah keluar negeri, keluarga Bai juga sudah hancur, dia masih ada kemampuan apa lagi untuk mencelakainya?

"Tidak? Lalu kenapa harus menyembunyikannya dariku?" Claudius marah dan menghempas testpack itu ke dalam tong sampah.

Josephine ditahannya di wastafel, dia pun tidak bisa kemana-mana, hanya bisa memohon: "Maafkan aku, aku hanya takut kamu akan marah, karena kamu tidak ingin punya anak."

"Itu masalahku! Aku berhak tahu kalau itu anakku bukan?"

"Maaf."

"Apa lagi yang bisa kamu bilang selain ini?" Claudius semakin marah: "Kenapa setiap kali tidak memberitahuku, apakah kamu ingin mengaborsinya lagi? Lalu berpura-pura seperti tidak terjadi apapun? Josephine kamu tidak hanya jahat tapi kamu juga egois kamu tahu tidak?!"

"Sakit." Josephine ditekannya diwastafel, wastafel yang dingin dan bentuknya yang tidak rata itu membuat tubuhnya sakit, dia hanya bisa memohon: "Tuan muda, kamu sudah menekan perutku."

Perkataannya ini akhirnya membuat Claudius sadar, lalu dia pun bergerak mundur sedikit.

Josephine merasa lega, sepertinya dia masih mempedulikan anak ini.

Lalu dia menarik nafas, melihat wajahnya yang marah dan menjelaskan: "Tuan muda jangan marah, aku juga tadi setelah kamu mengingatkan hal ini aku baru tersadar dan menyuruh Vina membelikan testpack ini, melihat hasil ini pun aku terkejut, dan tidak tahu harus bagaimana, makanya aku..."

Claudius melototinya, bertanya: "Lalu aku tanya, kalau bukan kebetulan aku mendobrak pintu ini dan masuk, kamu mau bagaimana?"

"Aku pasti akan memberitahu kamu." Josephine langsung menjawabnya.

Jujur saja, dia tidak memikirkan hal ini, memang iya, kalau bukan Claudius yang mendobrak masuk dia bisa bagaimana, apakah merahasiakannya seperti saat itu? Lalu bersumpah dan melahirkan anak ini?

Tidak, dia tidak boleh begitu, melukainya sekali saja sudah cukup!

"Benar, aku akan memberitahumu, lalu kita menghadapinya bersama dan memutuskan apa yang harus dilakukan." Dia berkata serius.

Ternyata perkataannya itu berguna, ekspresi Claudius pun semakin membaik, dia pun mengangkatnya untuk duduk di atas wastafel, menatapnya: "Untung saja hari ini aku langsung tahu, kalau kali ini setelah empat bulan aku baru tahu, aku tidak bisa menjamin untuk tidak mencekikmu hingga mati!"

Mendengar ini, Josephine malah merasa lega.

Kalau begitu untung dia tahu hari ini?

"Lalu sekarang apa rencanamu?" Josephine menatapnya: "Kamu bisa menerimanya? Kamu setuju jika aku melahirkannya?"

Hal ini adalah yang terpenting, yang paling dia khawatirkan.

Claudius diam sejenak, lalu menggeleng: "Aku belum memikirkannya."

Masalah ini datang terlalu mendadak, dia masih belum sempat memikirkannya.

Setelah emosinya mereda, hati Claudius pun semakin kacau, anak ini adalah diluar rencananya, sama dengan saat dulu, harus bagaimana dia masih tidak tahu.

Josephine melihat dia sudah tidak marah lagi, lalu dia pun semakin berani dan mengatakan: "Kalau begitu tidak usah dipikirkan lagi, aku melahirkannya saja oke?"

Claudius menatapnya.

Josephine pun menambahkan lagi: "Bukankah nenek sudah memberiku obat herbal selama seminggu, anak ini pasti tidak ada masalah, benar tidak?"

Claudius terdiam, Josephine yang menatapnya, seperti sangat takut kalau dia akan seperti saat itu langsung menyuruhnya untuk mengaborsinya.

Setelah beberapa saat, Claudius akhirnya berkata: "Kalau aku tidak setuju, kamu harus bagaimana?"

Dia malah bilang tidak setuju! Josephine hanya merasa sedih.

"Kenapa?" Dia bertanya.

"Aku yang bertanya kepadamu?"

"Bolehkah aku tidak menjawab?"

"Kenapa?"

"Kalau aku bilang aku akan tetap melahirkannya, kamu pasti marah, aku tidak ingin kamu marah, tapi..." Dia tidak berani melanjutkannya lagi.

Claudius terdiam sejenak, lalu mengangguk: "Aku mengerti."

Setelah itu, dia berjalan keluar dari toilet, meninggalkan Josephine duduk dan bengong sendiri di atas wastafel.

Apa maksudnya dia sudah mengerti? Lalu dia sebenarnya menyetujui kalau dia melahirkan anak ini atau tidak? Kenapa dia tidak mengerti?

Setelah duduk beberapa saat, pembantu pun memanggilnya untuk turun dan makan, lalu dia pun pergi dari toilet.

Saat di bawah, dia terus berpikir dan ragu apakah harus memberitahu nenek tentang kehamilannya?

Kalau memberitahunya, dia pasti akan senang, dan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi dan merawatnya dan anaknya, boleh dibilang dialah dewa pelindungnya, tapi sepertinya ini tidak bisa diputuskannya sendiri, karena Claudius sudah mengetahuinya.

Saat dia tiba di lantai satu, kebetulan bertemu dengan Sally Lin yang baru saja keluar dari kamar, lalu dia pun berjalan kesana dan mendorongnya.

Sally Lin tersenyum kepadanya: "Makasih kakak ipar, tapi tidak usah, aku suka mandiri."

"Kamu sungguh wanita yang kuat." Josephine memujinya.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu