Istri ke-7 - Bab 270 Ending 13

Claudius mengikuti Marco dari belakang ke dalam ruang istirahat, belum sempat Marco berbicara, dia pun menatapnya dan berkata: "Aku hanya ingin tahu, di antara kamu dan Belinda sebenarnya karena tanggung jawab atau karena cinta. Aku yakin jawabannya bukan yang terakhir bukan?"

Marco tidak menjawab pertanyaannya, tapi duduk di atas sofa dan mulai menjelaskan: "Aku dan Belinda Yan melakukannya saat ulang tahunku, malam itu kalian berdua tertahan oleh wartawan di depan hotel, Belinda Yan disuruh oleh tuan muda Chen untuk datang melihatku dan membawa Cake. Lalu dia menemaniku minum. Lalu tidak sengaja kami pun minum hingga ke atas ranjang. Aku dan Belinda Yan hanya melakukannya sekali saja, kami sudah berjanji akan melupakan malam itu, lalu berpisah secara damai dan tetap berteman seperti biasanya."

"Tapi... Bukannya kamu menderita paraplegia tinggi?" Josephine akhirnya menanyakan rasa penasarannya.

Saat menanyakan ini, dia tiba-tiba merasa bersalah, ini adalah luka yang tidak pernah dia ungkit selama ini!

Tapi Marco bersikap santai dan berkata: "Menderita Paraplegia tinggi hanya alasanku untuk melindungimu, karena aku tidak ingin saat kamu masih hilang ingatan lalu menyentuh dirimu, aku terus menunggu. Menunggu hingga kita bisa menjadi suami istri yang saling menyukai satu sama lain, tapi hingga akhirnya kamu tetap masih mencintai Claudius."

"Maaf..." Josephine merasa sedikit terharu, dan berterima kasih, tapi juga sedikit merasa bersalah...

"Saat ini meminta maaf sudah berlebihan bagiku, karena aku sedikitpun sudah tidak merasa sayang dan menyesal." Marco Qiao tersenyum.

Walaupun ekspresinya serius, tapi dia tetap tersenyum, Josephine pun merasa lega.

Benar juga, sekarang dia sudah memiliki wanita yang mencintainya, lalu seorang putri yang lebih lucu sedikit dari Jesslyn, mana mungkin dia merasa sayang dan menyesal?

Mendengar perkataannya dan melihat senyumannya, perasaan bersalah Josephine yang selama ini dipendamnya pun akhirnya hilang.

Sejak dia kembali bersama Claudius, saat bermimpi pun dia sangat berharap suatu hari Marco bisa menemukan kebahagiaannya, memiliki hidup yang bahagia. Siapa yang sangka doanya begitu cepat terkabulkan, dalam waktu setengah tahun saja dia sudah menjadi ayah.

"Makasih..." Dia pun mengganti minta maafnya menjadi terima kasih.

Marco pun tersenyum: "Kamu bilang terima kasih padaku, kamu tidak takut tuan muda Chen marah?"

Josephine pun menoleh ke Claudius, lalu tertawa: "Sebenarnya sejak tuan muda pertama Qiao dihukum, Claudius sudah melepaskan masa lalu, dan tidak ingin memikirkannya lagi, benarkan Claudius?" Dia pun bertanya ke Claudius.

Claudius menatap Marco, dia tidak mempedulikan perkataan Josephine, tapi malah bertanya: "Sekali itu saja Belinda Yan langsung hamil? Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Menikahinya?"

"Sepertinya kamu sangat mengkhawatirkannya?" Marco mengerutkan alisnya dan bertanya balik.

"Dia adalah teman terbaikku. Aku tentu saja mengkhawatirkannya."

"Tentu saja aku akan menikahinya, kamu tidak perlu mengajariku ini." Marco pun menatapnya dan berkata: "Lalu, sebenarnya berapa kali aku dan Belinda melakukannya aku juga tidak perlu berbohong kepadamu, lagi pula ini urusan pribadi kami, aku mengatakannya karena aku tidak ingin Josephine merasa aku membohonginya, dan menyelingkuhinya, aku juga tidak ingin kalian salah paham dan mengira kalau Belinda tidak mencintai dirinya sendiri."

Setelah itu dia melanjutkan: "Belinda Yan memang berencana ke Amerika saat itu, aku mengantarnya ke bandara, saat melewati pemeriksaan dia pun pingsan, aku mengantarnya ke rumah sakit dan mengetahui kalau dia sudah hamil tiga bulan. Dia sendiri juga tidak tahu kalau dia sudah hamil. Aku memohonnya untuk melahirkan anak itu, dan mengaku kalau aku akan melakukan operasi kaki dan akan segera membaik. Lalu, begitulah, dia pun menghamili anakku, dan tidak berani memberitahu siapapun."

"Hamil tiga bulan pun tidak tahu?"

Marco tersenyum: "Bukannya ada yang bilang, orang yang IQnya tinggi EQnya pasti rendah, orang yang kemampuan bekerjanya tinggi pasti kemampuannya dalam hidup lebih rendah."

"Memang... sangat parah!" Josephine tertawa lalu menoleh ke Claudius: "Sama sepertimu, perutku sudah besar begitu kamu masih tidak merasakannya."

Claudius menatapnya: "Aku pikir ini tidak ada hubungannya."

"Lalu hubungannya dengan apa?"

"Ini berhubungan dengan tingkat kepercayaanku kepada seorang penipu." Kata Claudius.

Josephine memurungkan mulutnya dan terdiam.

Marco melihat mereka berdua, kalau dulu mungkin dia akan sedih, tapi hari ini... Dia sama sekali tidak merasa sedih lagi, bahkan dia merasa senang untuk Josephine. Tapi sekarang dia sudah tidak punya waktu untuk memikirkan masalah mereka berdua, di dalam hatinya hanya ada istri dan anaknya.

Dia pun berdiri dari sofa dan berkata: "Aku sudah menjelaskan semuanya kepada kalian, terima kasih malam ini sudah membantu, aku kembali ke kamar dulu ya."

"Tunggu." Claudius juga ikut berdiri dari sofa, dan menatapnya: "Belinda tidak ada siapapun lagi disini, aku adalah atasannya dan teman terbaiknya, dulu aku pernah berjanji kalau dia ingin menikah, aku akan menjadi saksi pernikahannya. Jadi... Kalau dia sudah melahirkan anakmu, aku harap pernikahan bisa dilaksanakan secepatnya, dan beri dia identitas yang resmi."

Marco sempat ragu sejenak, tapi lalu mengangguk: "Aku mengerti."

Sebelumnya dia pernah berpikir untuk menunggu Henry keluar dari penjara baru melaksanakan pernikahan, bagaimanapun Henry adalah orang terdekatnya di dunia ini, tapi beberapa hari yang lalu saat mengunjunginya, Henry juga berharap dia bisa segera menikahinya, dan memberikan keluarga yang utuh untuknya dan anaknya.

Melihat Marco kembali ke kamar pasien, Josephine dan Claudius pun berjalan keluar dari ruang istirahat dan meninggalkan rumah sakit.

Saat naik ke mobil, itu sudah jam sebelas, sudah waktunya tidur, tapi Josephine malah sama sekali tidak merasa ngantuk.

Claudius menoleh dan melihatnya pun tersenyum: "Sesenang itu ya, seperti yang baru melahirkan tadi itu kamu."

"Aku hanya merasa ini luar biasa sekali." Josephine tersenyum manis: "Aku tidak menyangka mereka bisa bersama."

"Iya, sepertinya saat itu aku sengaja membuat wartawan menghadangku adalah tindakan benar." Claudius mengangguk.

"Hah? Kamu bilang apa? Wartawan-wartawan itu kamu yang suruh?" Josephine kaget, ternyata ini benar?

"Bukan aku yang suruh, tapi aku yang membuat mereka terhenti disana." Claudius menatapnya: "Kalau tidak kamu pikir satpam di restoran itu makan gaji buta? Membiarkan wartawan-wartawan itu begitu saja?"

Josephine berpikir-pikir: "Benar juga, kenapa waktu itu aku tidak kepikiran ini ya?"

"Karena kamu tidak ingin meninggalkanku." Kata Claudius.

"Aku tidak." Josephine pun membantah, saat itu jelas-jelas dia sangat terburu-buru ingin merayakan ulang tahun Marco, bagaimana mungkin bisa bersamanya dan dihadang wartawan.

Tapi kalau dipikir-pikir, memang takdir yang mempermainkan mereka, Marco malah mendapatkan kebahagiaannya sekarang disaat dia tidak sadar!

Claudius hanya tersenyum dan tidak berbicara.

Josephine berkata: "Bagus sekali, Marco akhirnya menemukan pasangannya, mendapatkan wanita yang pintar dan cantik seperti asisten Yan, aku juga tidak perlu merasa bersalah lagi karena berhutang budi kepadanya. Marco sangat bisa memanjakan wanita, mereka pasti akan bahagia."

Claudius pun menoleh kepadanya dan tidak senang: "Bisa tidak jangan mengatakan ini, ini membuatku berpikir sembarangan?"

"Apaan?"

"Misalnya Marco sangat bisa memanjakan wanita, kamu ingin mengingatkan aku saat kalian bersama?" Saat mobil berhenti pada lampu merah, Claudius pun mendekatkan dirinya dan mencubit dagunya.

Josephine pasrah: "Kamu yang berpikir terlalu banyak."

Claudius pun menaikkan bahunya, iya, dia mengaku kalau dia sudah berpikir banyak.

Dia hanya merasa tidak nyaman setelah melihat kaki Marco yang sudah sembuh, apalagi dulu Marco sangat mencintai Josephine.

-----

Karena kecapekan, Belinda pun tertidur terus hingga pagi berikutnya. Dia terbangun juga karena mendengar suara tangisan bayi.

Saat bangun dia masih merasa bingung, setelah memegang perutnya dia baru tersadar kalau dia sudah melahirkan, dia menoleh wajahnya lalu melihat Marco sedang belajar menggendong anak di bawah arahan pengasuh.

Pengasuh itu bilang: "Sebenarnya digendong ayah lebih nyaman daripada digendong ibu, karena lengan ayah lebih besar, jadi bayi merasa nyaman."

"Oyah? Pantas dia langsung berhenti menangis." Kata Marco sambil tersenyum.

Belinda Yan melihat dia tersenyum pun ikut tersenyum dan memanggilnya: "Marco..."

Marco mendengar suaranya pun langsung membalikkan badannya dan tersenyum kepadanya: "Kamu sudah bangun?"

"Iya, gendong anak kita kesini aku ingin lihat." Belinda melambaikan tangannya.

Marco pun menggendong bayi itu kesana dan meletakkannya di sampingnya: "Lihat, anak kita sudah bisa membuka matanya."

Belinda menatap bayi itu, lalu menatap Marco: "Kenapa anak kita tidak mirip aku."

"Bayi itu mirip ayahnya, sekali lihat saja sudah tahu." Pengasuh itu tertawa.

Marco pun tersenyum dan menenangkannya: "Anak kita masih kecil, nanti semakin besar pasti akan berubah, akan cantik sepertimu."

"Sebenarnya mirip ayah juga bagus, ayahnya juga tampan." Pengasuh itu berkata lagi.

Marco pun menoleh dan memberi isyarat diam kepadanya, pengasuh itu pun langsung diam.

Belinda tertawa dan berkata: "Apa yang kakak itu katakan benar, mirip ayah juga bagus, lagi pula..." Dia tertawa lagi, dan mengelus wajah bayi itu dengan dagunya: "Lihatlah wajah kecil ini, tes DNA pun tidak perlu dilakukan lagi."

"Kamu ngomong apa, aku memang tidak ingin melakukannya." Marco pun menyentuh dahinya: "Kamu pernah lihat aku mencurigaimu?"

"Aku kan hanya bercanda saja." Belinda pun memeluk bayi itu dan mengelus wajahnya, lalu tersenyum senang: "Putih dan mulus, sungguh enak waktu disentuh."

"Kepala anak kita masih terlalu lentur, tidak boleh disentuh terus." Marco pun menggenggam tangannya dan berkata: "Oke, kamu juga sudah lama tidak makan, makan dulu biar tenaganya pulih oke?"

Belinda mengangguk, sejak tadi dia sudah kelaparan.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu