Istri ke-7 - Bab 154 Kekasih yang Ditakdirkan (1)

"Wanitaku begini banyak, aku sendiri sampai lupa," ujar Claudius mengelus belakang kepala Josephine, "Tahanlah, kalau kau merasa itu mengganggu, kau bisa membereskan semua barang-barangnya."

"Katamu. Sudah kubuang semua kok," kata Josephine geram, menyebalkan, bisa-bisanya ia mengakui wanitanya banyak dengan begini tenang seolah tak terjadi apa-apa?

"Ya," kata Claudius mengangguk, "Cepatlah cuci muka, setelah itu turunlah untuk sarapan."

Setelah berkata demikian, ia pun berbalik dan pergi turun.

Setelah Claudius pergi, Josephine mondar-mandir sendirian di kamar.

Sebelumnya saat ia dikurung di sini, ia cemas sampai-sampai rambutnya bisa memutih dengan cepat, ia tak punya hati untuk memikirkan hal lain, lebih tak ingin lagi memikirkan bahwa rumah ini pernah ditinggali orang lain.

Yang ia tinggali ini adalah kamar tamu di lantai 3, kamar utama tepat di seberang kamarnya, dan ia telah tinggal di sini selama ini, namun dari awal sampai akhir tidak pernah memasukinya.

Di sebelah kamar utama terdapat ruang pakaian yang sangat besar, dulu ia pernah masuk sekali, sekarang ia masuk lagi dan mengamati ulang pakaian di dalamnya, hatinya tiba-tiba terisi suatu perasaan yang tidak biasa.

Apakah itu iri hati? Mungkin saja!

Ia melihat di dalamnya terdapat berbagai warna dan berbagai model pakaian untuk berbagai musim, lebih beraneka ragam dibandingkan toko baju, begitu memikirkan bahwa semua ini adalah baju yang dibelikan oleh suaminya untuk wanita lain, mau wanita manapun juga, ia tak akan senang.

Entah di mana wanita ini sekarang? Apakah masih berhubungan dengan Claudius?

Pasti masih kan? Kalau tidak mengapa ia harus menyimpan semua barang milik wanita itu?

Josephine dalam sekejap menyambar semua pakaian yang ada di depan matanya dan membuangnya ke atas lantai. Kemudian ia memasukkannya ke kantong yang telah ia siapkan, namun saat ia memasukkan semua pakaian itu ke kantong sampah, akhirnya ia tidak tega membakarnya. Pakaian semahal ini sayang jika dibakar begitu saja, ia benar-benar tak bisa melakukannya!

Benar, ia memang tidak berguna!

Akhirnya, ia mengembalikan pakaian itu satu per satu ke tempat asalnya seperti orang bodoh.

Pintu kedua di ruangan pakaian itu terhubung dengan kamar utama, Josephine berdiri di belakang pintu, tangannya menggenggam pegangan pintu itu, namun kemudian diturunkannya lagi, ia tiba-tiba merasa yang ia lakukan ini tidak berarti, kalau wanita ini ada di dalam hati Claudius, maka walaupun ia meledakkan ruang pakaian ini juga tak ada gunanya.

Setelah pikirannya terbuka, Josephine pun malah menjadi malas membongkarnya. Ia pun berbalik dan keluar dari ruangan.

Tinggal di dalam vila, Josephine kembali mengulangi hari-hari membosankan di mana ia tak punya kegiatan lain selain menonton televisi. Kali ini Claudius tidak memutus kabel teleponnya, bisa dibilang ia sudah tidak membatasi Josephine dari dunia luar seperti sebelumnya.

Semenjak ia memasuki vila kecil ini, Claudius hampir setiap malam kembali ke sini, kemudian melakukan itu dengannya, kalau mau dibilang kata bagusnya, ia mau mempermalukannya dan membuat Josephine cepat hamil.

Sungguh memalukan hingga Josephine tidak berani berharap, toh dari awal ia sudah tahu bahwa dalam hati nenek, ia tak lain hanyalah alat penghasil dan pendidik anak yang bahkan tak disetarakan dengan manusia, mungkin karena ia bukan kekasih yang katanya yang ditakdirkan bagi Claudius itu.

Sore harinya saat Josephine bangun, ia mendengar Maria, pembantu yang baru saja dipekerjakan memberitahunya bahwa nenek datang.

Begitu mendengar kata "nenek", ia langsung kehilangan semua hasrat tidurnya, lalu ia merapikan diri dan turun.

Ia memandang pintu masuk, di luar masih hujan. Dan nenek masih rela datang ke sini, sebenarnya apa hal yang membuatnya secemas ini?

Meski ia sangat tak menyukai nenek, tetapi demi Claudius, Josephine menahan semua perasaannya, dengan sopan ia menyapanya, "Nenek, mengapa nenek datang kemari?"

Nenek membawa cangkir teh di tangannya, ia mengangkat mata dan memandang Josephine, agak lama kemudian baru tersenyum padanya. "Aku tak paham lagi, malam itu kau jelas-jelas berkata dengan angkuhnya mau meninggalkan rumah keluarga Chen, ternyata pindah dari mansion lama ke sini ya."

"Claudius-lah yang membawaku ke sini," ujar Josephine mengatakan apa adanya.

"Kalau begitu apa yang akan kau lakukan? Kau akan hidup di sini seterusnya?"

"Nenek, aku akan menuruti semua kata Claudius, kalau ia bilang mau cerai denganku, aku tak akan menolaknya," kata Josephine sambil tersenyum, ia meletakkan semua kesalahan pada Claudius, agar nenek tidak bisa berkata-kata lagi.

Nenek terdiam sesaat, kemudian berkata marah, "Kau kira karena penampilanmu mirip dengan wanita murahan itu, kau bisa memikat Claudius selamanya? Jangan mimpi!"

Nenek berpikir sejenak, kalau bukan karena Josephine, Claudius tidak akan menolak untuk mencari kekasih yang ditakdirkan baginya, dan tak akan bilang bahwa orang itu telah mati untuk menghindarinya.

Dan kata-katanya ini, malah membuat hati Josephine bertambah dingin, ia dari awal tidak tahu, Claudius bersikap baik padanya karena ia sedikit mirip dengan Nona Zhu.

Ia pernah melihat foto Nona Zhu, tapi tidak merasa ia mirip dengannya, apakah karena ia membandingkannya dengan diri sendiri sehingga terlihat tidak mirip?

"Nenek, kedatanganmu kali ini, apakah karena malam itu kau belum cukup mempermalukanku, sehingga hari ini kau kemari menambah penderitaanku?" Ucapnya datar.

Sikapnya ini membuat nenek tidak senang, Pengurus He menenangkan dan berkata, "Nyonya besar, jangan marah, jika ada masalah bicarakan baik-baik."

Nenek meredakan amarah dalam hatinya, nada bicaranya pun sedikit lebih tenang. “Langsung ke intinya saja, aku tidak menentangmu bersama dengan Claudius, tetapi kau tak boleh menjadi istri Claudius."

Josephine menatap ke bawah dan mendengar, tak bersuara.

Nenek pun melanjutkan, "Kau tahu kapan Claudius sadar saat terakhir kali ia kambuh? Biasanya begitu hari mulai terang ia akan langsung sadar, namun terakhir kali kambuh sampai jam 10 pagi, dokterlah yang membantu membuatnya tersadar."

Josephine akhirnya mengangkat kepalanya, ia memandang nenek dengan terkejut.

Claudius tak memberitahunya akan hal ini, ia juga tidak tahu mengapa ia sadar setelat itu, ia lebih tak tahu lagi apa tujuan nenek mengatakan hal itu padanya.

"Sejak bertemu denganmu, Claudius menyerah untuk mencari kekasih dalam takdirnya, ia kira saat ia melewati usia 30 tahun ia akan baik-baik saja, namun kau juga tahu, penyakitnya perlahan semakin parah. Aku tak tahu kenapa kau tetap mau bersamanya, juga tak tahu sebesar apa perasaanmu padanya, namun aku harap kau bisa berpikir demi dia dan nyawanya, jangan membuatnya lelah."

Mendengar itu, Josephine terdiam sesaat, lalu tertawa pahit. "Nenek, aku paham maksudmu, kau ingin aku keluar dan membantunya untuk bersama dengan kekasih dalam takdirnya bukan? Tenang saja, kalau sudah menemukan wanita itu ingatlah beritahu aku, aku akan menyerahkan posisi sebagai istri Claudius ini padanya."

"Kau akan setuju semudah itu?" Kata nenek tertawa dingin, "Aku mengerti, hingga saat itu semuanya akan sesuai dengan perkataanmu, semuanya menuruti Cladius, kemudian dengan wajah polos dan memelas berdiri di belakang Claudius membuat Claudius melawanku."

Josephine tak bisa menentang, sesungguhnya, saat itu nanti ia juga tak tahu apakah Claudius setuju untuk cerai dengannya, dan hal yang tidak Claudius kehendaki, biasanya sangat sukar dipaksakan oleh orang.

Kalau Claudius tidak mau, apa yang bisa ia lakukan?

"Nenek, tunggu sampai menemukan wanita itu baru kita bicarakan lagi, mungkin saja saat itu Claudius sudah bosan denganku, lalu dengan sendirinya akan menceraikanku," ujarnya, ia tak bisa langsung menyanggupi permintaan nenek, ia hanya bisa berkata demikian.

Pengurus He di sebelahnya berkata, "Nyonya muda, nyonya besar sudah menemukan petunjuk, mungkin sebentar lagi akan menemukan wanita itu."

Punya petunjuk? Secepat ini?

Josephine tiba-tiba merasakan beban di hatinya, sangat menyiksa.

Kekasih yang ditakdirkan untuk Claudius sudah akan muncul? Jika tiba saatnya Claudius pasti akan menikahinya kan, seperti 7 orang sebelumnya.

"Dan lagi kali ini pasti tidak akan salah," tambah Pengurus He, "Jadi nyonya besar berharap jika tiba saatnya anda akan menyesuaikan dengan keinginan semua orang, membuat tuan muda menikahi wanita itu dengan lancar."

"Baik," jawab Josephine mengangguk dengan kaku, kalau berhubungan dengan nyawa Claudius, mana mungkin ia punya hak untuk memilih?

"Karena kau berani menyanggupinya semua ini menjadi mudah," kata nenek mengangkat cangkir teh dan meminumnya, lalu berkata, "Shella, sejak masuk ke keluarga Chen kau sudah banyak menderita, jadi tenang saja, aku tak akan memperlakukanmu dengan buruk, bukalah harga sesukamu, setelah mendapatkan uang ini, kalau kau ke luar negeri pasti kau akan lebih bahagia daripada saat ini."

"Kau mau aku ke luar negeri?" Ujar Josephine memotong perkataannya begitu mendengar kata luar negeri.

"Kalau tidak? Memangnya kau ada cara lain?"

"Aku tidak mau ke luar negeri," kata Josephine bahkan tanpa berpikir.

Ke luar negeri? Siapa yang tahu apakah ia akan lenyap begitu saja seperti 6 orang sebelumnya? Ia masih ada keluarga yang harus diurus, masih ada putirnya yang harus ia cari, mana bisa ia ke luar negeri, bagaimana bisa?

"Kalau begitu maksudmu kau menolak?"

"Nenek, kau tidak boleh memaksa orang karena kamu kaya, yang bisa aku lakukan hanyalah tidak menolak cerai, mengenai pemikiran Claudius itu terserah dia. Asalkan ia mengangguk, saat itu aku bisa keluar dari keluarga Chen tanpa meminta uang sepersen pun," kata Josephine berdiri dari sofa, "Maaf, aku tak bisa menemani kalian lebih lama."

"Diam di sana!" Seru nenek sambil ikut berdiri dari sofa.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu