Istri ke-7 - Bab 109 Berpisah untuk beberapa saat (5)

Josephine malam itu juga pindah dari rumah keluarga Bai, pergi ke panti asuhan tinggal bersama anak-anak.

Ketika anak-anak mendengar Josephine mau pindah dan tinggal bersama mereka, mereka langsung melompat-lompat kegirangan. Mereka semua berebutan mau sekamar dengan Josephine.

Setelah Alex Zhao menyuruh pengasuh membawa mereka keluar, dia mengamati perut Josephine yang membesar dan tertawa: "Sembunyikan dengan baik, bahkan aku pun tidak tahu kamu hamil."

"Hamil bukan sesuatu yang spesial, tidak usah disebar-sebar."

"Kamu seperti ini berarti tidak menganggapku sebagai teman."

"Sudah, kamu jangan mempermainkanku terus."

Alex Zhao kembali mengamati Josephine, bertanya dengan nada khawatir: "Kulihat warna wajahmu tidak bagus, kenapa, kehidupan di rumah keluarga Chen tidak baik? Bertengkar dengan Claudius?"

"Tidak."

"Kalau begitu kenapa tiba-tiba datang kesini dan tinggal bersama anak-anak?"

"Tidak ada alasan, aku hanya berharap bisa melewati masa-masa hamil dengan bahagia, dan aku merasa kebahagiaan adalah ketika aku bersama dengan anak-anak." Demi menghindari Alex Zhao terus bertanya, Josephine bangun dari kursi: "Sudah, aku mau pergi bermain bersama anak-anak."

"Josephine....." Alex tiba-tiba memanggilnya, tersenyum dan berkata: "Kalau ada kesusahan ingat beritahu kita, kita selesaikan bersama."

"Aku pasti bisa memberitahu kalian." Josephine menaikkan jempolnya, tersenyum cerah.

Namun ketika dia berbalik badan, senyuman di wajahnya pun menghilang, Josephine tahu Alex mengkhawatirkan dia, tapi masalah seperti ini, Alex sama sekali tidak bisa membantu apa-apa, juga tidak ada yang bisa membantunya.

Duduk di samping halaman, melihat anak-anak yang bermain diatas padang rumput dan mendengar suara tawa mereka, hati Josephine akhirnya melunak, tangannya tanpa sadar mengelus perutnya. Suatu hari, anaknya juga akan seperti mereka, bahagia seperti seorang malaikat kecil, hari seperti itu pasti akan datang.

Josephine memilih tempat ini, selain menginginkan ketenangan, juga karena dia menyukai anak kecil, ingin melewati hari-harinya bersama mereka. Melihat wajah mereka yang penuh tawa, dia baru bisa merasa senang, baru bisa mempunyai harapan, baru bisa merasa semua pengorbanan dan usaha yang dia lakukan sebelumnya terbalas.

*****

Waktu pulang kerja sudah lewat sangat lama, namun Claudius tetap tidak bermaksud pulang kerja, Asisten Yan berjalan berkeliling di depan pintu kantor direktur sekian lama, akhirnya melangkah masuk.

Dia tahu Claudius tidak suka ada yang mengganggu ketika dia sedang bekerja, terutama kalau tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, tapi Belinda sudah tidak tahan.

"Tuan muda Chen, sudah jam 9 lebih, anda masih tidak berencana pulang?" kata Belinda.

Claudius sedang membalas sebuah email, berkata tanpa mengangkat kepalanya: "Aku sebentar lagi pulang, kamu pulang duluan saja."

Sebentar dari Claudius berarti setidaknya 1 jam lagi, hal ini Belinda sangat mengerti.

Situasi seperti ini membaik sedikit semenjak Nyonya muda datang, tapi beberapa hari ini Nyonya muda tidak di rumah, Claudius pun mulai lembur sampai malam lagi.

"Tuan muda, Nyonya muda beberapa hari ini tinggal di panti asuhan, bagaimana kalau anda menjemput....."

"Tidak usah." Claudius memotong perkataannya.

"Kenapa?" Belinda tidak mengerti, Tuan muda Chen jelas-jelas lumayan peduli dengan Nyonya muda, kenapa mau membiarkan Nyonya muda tinggal diluar sendiri? Bertengkar juga harus ada limit, kan?

"Dia suka melewati waktu bersama anak-anak, biarkan saja dia."

"Kalau begitu anda juga tidak berencana kesana melihat Nyonya muda?"

Claudius tiba-tiba menghentikan pekerjaannya, mendongak melihat Asisten Yan, kemudian berkata perlahan: "Kalau bisa melupakannya sekaligus di jangka waktu ini, mungkin adalah hal yang bagus."

"Hah?" Asisten Yan terdiam.

"Kenapa? Kamu tidak percaya?" Claudius tertawa sinis: "Melupakan dia, satu bulan cukup."

"Tidak mungkin, tuan muda, kali ini kalian berdua serius?"

"Jadi? Demi perempuan yang tidak begitu kucintai, dan juga tidak mencintaiku melawan nenek?"

Setelah berpikir mendalam selama beberapa hari ini, Claudius perlahan-lahan mengerti, Josephine ingin pergi maka biarkan dia pergi, sekaligus membiarkan dirinya kembali normal dalam jangka waktu beberapa bulan ini.

Benar, setelah mengenal Josephine, dia merasa dirinya berubah menjadi tidak normal, dia yang tidak merasakan apa-apa terhadap perempuan manapun, malah mempunyai perasaan yang lebih terhadap Josephine. Ini bukanlah tanda-tanda yang bagus, karena Josephine bukan orang yang dia dan keluarga Chen cari.

Waktu 4 bulan cukup untuk kembali ke dirinya yang dulu, Claudius percaya.

****

Meskipun dia sudah memutuskan, namun setiap pulang ke rumah, melihat kamar yang kosong, Claudius tetap tidak bisa mengontrol kesedihannya, sama seperti sekarang.

Dia sampai ke rumah jam 10.30, biasanya di jam seperti ini Josephine belum mematikan lampu, kadang Claudius bisa mendorong pintu karena penasaran apa yang sedang Josephine lakukan. Dan kebanyakan, Josephine sedang bersandar ke bantal membaca buku, awal-awalnya buku yang dia lihat berkaitan dengan seni, belakangan yang dia lihat berhubungan dengan kehamilan.

Setiap melihat Claudius masuk, Josephine tanpa sadar menegang, karena takut dia akan memaksanya berhubungan intim, dan setiap melihat Josephine ketakutan, dia selalu sengaja mendekatinya dan mempermainkannya.

Kehidupan seperti ini tidak hangat dan tidak manis, tapi lebih nyaman dan santai dibandingkan dulu.

Namun beberapa hari ini, setiap pulang dan turun dari mobil, yang dia lihat adalah jendela kamar Josephine yang gelap.

Dia menekan tombol lampu kamarnya, kamarnya seketika terang, menerangi seluruh sudut kamar. Di dalam kamar terasa dingin dan kosong, tidak ada bedanya dengan pagi itu ketika mereka pergi.

Hari itu ketika dia membawa Josephine ke bandara, awalnya dia berbaik hati membawa Josephine ke Surabaya untuk berlibur, karena dia tahu Josephine suka Surabaya.

Tidak disangka terjadi begitu banyak hal di Surabaya, dan hal yang lebih tidak disangka adalah, mereka pergi berdua, namun yang pulang hanya dia seorang.

Tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di samping pintu, hanya sampai dia merasa kakinya kebas baru dia sadar dari lamunannya, setelah mematikan lampu, dia pun berbalik badan berjalan ke arah kamarnya sendiri.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu