Istri ke-7 - Bab 126 Rencana Liburan (3)

Begitu bangun dari tidur siangnya, Shella melihat Claudius telah berganti pakaian dan bersiap untuk keluar, dengan panik ia bertanya, "Claudius, apa kau mau keluar?"

Claudius menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan mengangguk padanya. "Betul."

"Ke mana?" Tanya Shella sambil berjalan ke depannya dan menarik pergelangan tangannya, "Kalau begitu apakah nanti malam kau akan pulang?"

"Lihat nanti, akhir-akhir ini banyak urusan yang harus diselesaikan."

"Bukannya ini akhir pekan?" Kata Shella lalu tersenyum, "Atau maukah kita pergi nonton? Kemarin ada film bagus yang sedang tayang, kau pasti akan suka."

"Shella..." Kata Claudius lalu menepuk punggung tangan Shella, "Lain kali saja ya, hari ini benar-benar tidak bisa."

Ia bukannya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, tetapi ia benar-benar tak ingin berada di rumah ini, tidak ingin menghadapi Shella.

"Kalau begitu liburannya... Apa kau akan pergi?"

Shella berharap ia bilang tidak ikut, juga mengira ia akan bilang tidak ikut, tak disangka ia malah mengangguk tanpa berpikir. "Jarang-jarang nenek mau pergi berlibur, tentu aku akan ikut."

"Tetapi nenek sudah tua, dan lagi lokasi desa wisata di Bogor sangat terpelosok, aku khawatir ia tidak kuat," kata Shella berusaha membuatnya menghilangkan pemikiran untuk pergi bertamasya, namun Claudius tidak nampak seperti akan menghilangkan pikiran untuk berlibur, malah sebaliknya menepuk bahu Shella dan menenangkannya, "Jalannya tidak sampai 200 km, nenek pasti kuat, jangan khawatir."

"Oh, baguslah," kata Shella kecewa sambil mengangguk.

"Dadah," kata Claudius tersenyum kecil padanya, lalu pergi dan turun.

******

Josephine sama seperti Vincent, begitu mendengar bahwa mereka akan pergi berlibur dengan keluarga Chen, ia seketika menjadi cemas.

Ia terdiam cukup lama, baru bertanya, "Apakah harus pergi?"

"Kalau kita mau menikah dengan lancar, maka kita harus pergi,“ kata Vincent lalu menghela napas pasrah, ia mengusap rambut Josephine dan berkata, "Aku juga tidak ingin pergi, namun ibuku bilang kalau aku tidak menurutinya kali ini, ia tak akan menyetujui pernikahan kita, jadi... Maaf."

Ia tahu bersandiwara itu melelahkan, memintanya berpura-pura menjadi Shella itu melelahkan, tetapi sikap ibunya sudah sampai seperti itu, ia tak bisa lagi menolak.

Josephine tahu ia juga kesusahan, maka ia tak memaksanya menggagalkan rencana, dengan khawatir Josephine berkata, "Aku hanya khawatir orang keluarga Chen akan mengenaliku."

Saat itu Claudius sudah tidak seperti biasa, ia tak bisa lagi menabrakkan diri ke mulut pistolnya, beberapa hari ini ia terus meghindari bertemu dengannya.

Untungnya seminggu ini hidup mereka sangat tenang, tidak bertemu dengannya, juga tak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.

"Aku tahu, jadi kali ini pergi ke Bogor kita harus hati-hati."

"Tentu aku akan hati-hati, aku akan berusaha mati-matian," ujar Josephine.

"Baiklah, tidak akan ada masalah, saat kita pulang dari Bogor nanti kita akan menikah," kata Vincent lalu menyentuh dagu Josephine, menundukkan kepala dan menciumnya. Perlukan aku mengantarkanmu?"

"Tidak usah, aku pergi sendiri saja," kata Josephine dengan canggung mengelap bekas ciuman di bibirnya, setelah keluar dari pelukan Vincent, ia baru menyadari di depannya entah sejak kapan berhenti sebuah mobil, dan Claudius kebetulan keluar dari dalam mobil.

Wajahnya berubah malu, ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

Vincent menyadari kehadiran Claudius, dengan sengaja ia menjulurkan tangannya dan menarik Josephine kembali, lalu menciumnya lagi. "Besok pagi aku akan menjemputmu dan Justin lalu mari kita pergi makan."

”Oke," kata Josephine mengangguk dan menyesuaikan perilakunya dengan Vincent, "Hati-hati di jalan."

"Tentu," kata Vincent, merasa Claudius sudah naik lift, baru ia masuk ke mobil.

Josephine juga mengira Claudius sudah naik, namun saat ia menekan tombol lift dan masuk, ia malah melihat Claudius masih menunggu di dalam.

Ia tertegun, ia pun bertanya, "Bukannya kau sudah naik?"

"Aku menunggumu."

"Kenapa kau harus menungguku? Tak mungkin Tuan Chen punya tujuan aneh-aneh kan?" Katanya berusaha tertawa, tidak lagi dendam karena malam itu.

Tanpa menunggunya menjawab, ia melanjutkan dengan nada genit, "Aku lihat Tuan Chen beberapa hari ini tinggal di sini, tak mungkin sedang bertengkar dengan kakakku yang membosankan itu kan? Bertengkar sampai tak ingin pulang? Sendirian dan kesepian di sini? Tapi aku peringatkan ya..."

Ia maju 2 langkah, lalu mengangkat tangan kecilnya menyentuh kantong di dada Claudius. "Meskipun aku sangat ingin mencoba berduaan 1 malam dengan Tuan Chen, tapi sayangnya aku akan segera menikah, tak bisa menemani tuan, jadi... Kau cari saja kakakku yang keras kepala itu."

Ting! Suara lift berbunyi lalu pintunya terbuka, Josephine pun berbalik dan akan pergi, namun pergelangan tangannya malah digenggam oleh Claudius, kemudian ia ditarik kembali secara paksa.

Josephine dipaksa bertatapan mata dengannya, hatinya sedikit panik, namun dari luar ia hanya menunjukkan senyuman genit, "Kenapa? Tidak senang?"

Hatinya sedang perlahan-lahan melemah.

"Hari ini aku tidak minum-minum, dan tidak ada nafsu," ucap Claudius sambil menatapnya, lalu tertawa kecil, "Aku hanya mau berkata, terima kasih sarapannya."

"Sarapan apa?" Tanya Josephine bingung.

Hatinya khawatir, apakah Claudius sadar bahwa ialah yang menyuruh Justin mengirim sarapan itu? Kalau begitu apakah ia akan kepikiran?

"Justin adalah anak yang baik, kau mendidiknya dengan baik," kata Claudius melonggarkan genggamannya, lalu tertawa kecil padanya, "Selamat malam."

Kemudian Claudius keluar, tanpa menoleh berjalan ke kediamannya.

Di dalam lift hanya tersisa Josephine yang bengong sendiri, beberapa saat kemudian ia baru kembali sadar dan ikut keluar, lalu berdiri di belakangnya dan berkata, "Baik, kuakui aku sebenarnya masih sangat menyukaimu, aku ingin kau tahu, aku lebih mencintaimu daripada Shella, aku lebih bisa menjagamu. Tuan Chen, aku tahu kau di sini sangat kesepian, kalau kau bersedia, aku bisa..."

"Pindah ke sini dan tinggal denganku?" Kata Claudius memotong ucapannya.

Josephine terdiam sesaat, ia agak kehabisan kata-kata, bisakah ia tidak seterus terang itu?

Ia tersenyum dan menjawab, "Kalau Tuan Chen bersedia, tentu aku dengan senang hati mau."

"Kalau begitu pindahlah ke sini," kata Claudius menekan tombol password pintu.

Josephine pun terdiam lagi, apa katanya?!

"Aku beberapa hari ini tidak bisa, Vincentku mengawasiku dengan ketat, beberapa hari lagi saja," kata Josephine lalu tersenyum misterius, "Beberapa hari lagi Vincent akan pergi tugas dinas selama seminggu, kalau saat itu Tuan Chen masih tinggal di sini..."

"Malam ini saja, bagaimana?"

Malam ini... Josephine pun panik, bagaimana ini? Bagaimana?

Untungnya saat ini ponsel Josephine berbunyi, itu adalah telepon dari Vincent, ia mengambil ponselnya, setelah melihat layar ponselnya ia mengangkat bahu pada Claudius, lalu menekan tombol terima. "Vincent, ada apa... Aku sudah sampai rumah, mau bicara dengan Justin? Baik... Aku sedang mandi, tunggu sebentar..."

Ia pun menutupi teleponnya dengan tangan lalu berkata pelan pada Claudius, "Vincent datang memeriksa kamar, aku harus memberikan ponselku pada Justin."

Katanya, lalu mengendap-endap berjalan ke pintu rumahnya, menekan tombol password dan melambai pada Claudius, lalu masuk.

Melihat Josephine akan menutup pintu, ia tersenyum menyindirnya, lalu masuk ke rumah.

*****

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu