Istri ke-7 - Bab 222 Ternyata Hanya Pura-Pura (2)

Josephine tentu tidak percaya kalau Marco masih baik-baik saja dalam keadaan ia tidak pulang, namun ia tak mendesaknya dengan pertanyaan lebih jauh, ia malah bertanya, "Tolong tanya, apakah wartawan di luar sudah pergi?"

"Ya, pihak hotel muncul dan mengusir mereka."

"Kalau begitu aku pergi dulu," katanya menatap arah kamar mandi, "Asisten Yan tolong bantu aku menyampaikannya pada Tuan Chen, bilang saja aku pulang duluan."

"Baik," kata Asisten Yan tiba-tiba, "Nyonya Bai, Marco adalah orang baik, saya harap ke depannya saat Anda membuat keputusan jangan terlalu menyakitinya."

Josephine tertegun, ia tak menduga Asisten Yan akan mengatakan hal semacam ini, dan kalau ia begitu mengenal Marco.

Asisten Yan tersenyum padanya.

Josephine membalas senyumannya dan berkata, "Terima kasih akan peringatanmu, aku akan sebisa mungkin tidak menyakitinya."

Setelah mengatakannya, ia keluar selagi Claudius masih di dalam kamar mandi, ia melangkah dengan cepat ke arah pintu, lalu dengan cepat membuka pintu dan meninggalkan kamar itu.

Baru saja Josephine keluar, Claudius juga keluar dari kamar mandi, ia mengamati ke segala arah dan tidak melihat sosok Josephine, maka ia bertanya, "Di mana dia?"

"Nyonya Bai sudah pulang duluan."

"Cepat juga larinya," kata Claudius dengan muram.

Melihat wajahnya yang tak senang itu, Asisten Yan tak tahan untuk berkata, "Tuan Chen, Anda jelas-jelas tahu kemarin adalah ulang tahun Marco, Anda malah masih memaksa Josephine tinggal semalam di sini, apakah tindakan seperti itu bagus?"

Claudius dengan bingung memandanginya dan berkata, "Belinda, bisa-bisanya kau mulai membelanya?"

"Uh... Sebenarnya kemarin malam saat aku mengantarkan kue aku melihatnya sendirian di rumah, aku rasa ia sedikit kasihan."

"Tapi apakah kamu tahu, karena kemarin adalah ulang tahun Marco makanya aku memaksa Josephine tinggal di sini," kata Claudius tertawa dingin, "Apakah ia kasihan? Apakah aku beberapa tahun ini tidak kasihan? Apa aku sekarang tidak kasihan? Melihat wanita yang kucintai seranjang dengan pria lain di depan mataku sendiri."

"Marco tubuh atasnya lumpuh..."

"Bagian atasnya lumpuh juga tidak boleh," ujar Claudius memutusnya, "Begitu mengingat Josephine setiap hari setiap saat bersama dengannya, hidup dengannya aku merasa muram, sangat menyedihkan."

Melihat wajahnya tiba-tiba seperti itu, Asisten Yan hanya bisa diam.

-----

Josephine akhirnya bebas dengan susah payah, ia pun tergesa-gesa pulang, saat akan membuka pintu rumahnya ia terdiam.

Ia tetap belum memikirkan bagaimana ia harus menghadapi Marco, ia tentu tak bisa membohonginya, tetapi kalau Marco tahu kemarin ia melalui malam bersama Claudius, ia pasti akan sedih.

Setelah mondar-mandir di depan pintu untuk beberapa lama, ia akhirnya membuka pintu dan masuk.

Ruang tamu yang didekorasi kemarin malam sudah kembali seperti sedia kala, bunga mawar yang menghiasi setiap sudut ruangan sudah dikumpulkan kembali dalam 1 vas bunga, rumah sudah dibersihkan. Josephine mengamati ke segala arah, ia tak melihat batang hidung Marco. Saat ia masuk ke kamar, ia juga tak melihatnya.

Terdengar suara air dari kamar mandi, Josephine pun berjalan ke dalam kamar mandi.

Pintu kamar mandi tidak dikunci, ia melangkah masuk dan tercengang melihat pemandangan di kamar mandi, Marco duduk di depan bak penuh air, di dalam air terendam seprei besar, Marco mencuci seprei?

"Marco, kau sedang apa?" Tanyanya sambil buru-buru masuk, lalu menarik tangannya yang sedang mencuci seprei dan berkata, "Kenapa kau tiba-tiba mencuci seprei? Seprei ini baru kuganti beberapa hari lalu."

Marco menoleh menatapnya, kemudian tersenyum kecil dan berkata, "Kau sudah pulang."

Josephine bertatapan dengannya, kemudian dengan perasaan bersalah mengalihkan pandangan dan berkata pelan, "Aku saja yang cuci."

"Tidak perlu, sudah akan selesai," kata Marco.

"Bajumu bahkan basah semua, aku saja," kata Josephine menarik paksa seprei itu dan memasukkannya ke dalam air, kemudian mendorongnya ke luar kamar mandi.

Ia diam-diam mengamati ekspresi di wajah Marco, ia ternyata tidak begitu terlihat marah, Josephine pun semakin tidak tenang.

Meninggalkannya sendirian di hari ulang tahunnya, bahkan semalaman tidak pulang, bisa-bisanya ia tidak marah? Bagaimana mungkin tidak marah?

Josephine takut kalau ia menahannya terlalu lama akan berpengaruh buruk pada tubuhnya, setelah mendorongnya sampai ke ruang tamu, ia berputar ke depan Marco, kemudian mengambil tisu dan mengelap butiran air di tangan Marco sambil berkata, "Marco, soal kemarin malam seharusnya kau sudah tahu bukan?"

Manager Zhong adalah teman Marco, hanya dengan sebuah telepon ia bisa tahu kemarin malam Josephine berada di hotel bersama Claudius.

"Sudah tahu," kata Marco mengangguk, dalam hati ia sedikit kesal dan kacau.

"Maaf ya, kemarin malam saat aku mengambil kue sebenarnya aku mau kembali, tetapi melihat Claudius dikelilingi oleh wartawan, aku sebisa mungkin menolongnya, kemudian..." Ujarnya lalu terhenti, dengan perasaan bersalah ia berkata, "Sebenarnya mau menjelaskan sebanyak apapun tak ada gunanya, aku tahu dalam hati kau pasti sangat kecewa, aku tak berani meneleponmu, juga karena tidak tahu bagaimana aku harus menjelaskan hal ini padamu."

Josephine menatapnya, melihatnya diam saja, ia pun melanjutkan, "Marco, maki saja aku, pukul aku... Aku lebih memilih kau melepaskan amarahmu, jangan diam saja seperti sekarang, kalau kau menahannya seperti ini akan buruk untuk tubuhmu."

Marco menatap wajahnya yang dipenuhi perasaan bersalah, dengan wajah masam ia berkata, "Aku hanya ingin menanyakan 1 pertanyaan, dalam hati kau terus mencintai Claudius, benar tidak?"

"Aku..." Josephine membuka mulut, namun tidak tega mengatakan yang sebenarnya.

"Walau kau tidak mengatakannya aku juga tahu, yang kau cintai selama ini adalah dia, namun kau tidak tega meninggalkanku bukan?"

"Maaf, hal seperti perasaan ini bukan aku yang bisa mengatur, aku juga sudah berusaha menjaga jarak dengannya," kata Josephine mengangkat telapak tangannya, "Aku berjanji padamu lain kali tidak akan begini lagi, oke?"

"Janjimu ini, apakah masih bisa kupercaya?"

Josephine buru-buru mengangguk dan berkata, "Bisa, aku tetap akan menaati janjiku, tunggu sampai aku menyelesaikan urusanku di sini mari kita ke luar negeri bersama Jesslyn, seterusnya tak usah kembali lagi."

Marco mengusap kepala Josephine, lalu berkata pelan,

"Kalau aku bilang kemarin malam aku juga selingkuh, apa kau akan keberatan?"

Mendengar perkataannya itu, Josephine terkejut, "Apa kau bilang?"

Marco tersenyum pasrah, lalu menggeleng dan berkata, "Bukan apa-apa."

Ia tak mencintainya, mana mungkin ia keberatan kalau Marco selingkuh? Marco sebenarnya berharap Josephine bisa sepertinya, begitu tahu Josephine sedang bersama dengan Claudius, hatinya sakit bagaikan ditusuk oleh pisau!

"Marco, kau tidak memarahiku?" Tanya Josephine dengan hati-hati.

"Bukankah kau barusan bilang, perasaan bukanlah hal yang bisa kau atur."

Atas alasan apa ia mengkritiknya? Ia dan Claudius dari awal sampai akhir saling mencintai satu sama lain, sekarang ia hanya menggunakan cara yang tidak pantas untuk menahan Josephine di sisinya.

"Josephine, satu-satunya yang kuminta adalah kau harus jaga diri, di sisi Claudius terlalu berbahaya," ujar Marco pasrah.

"Aku tahu," kata Josephine, hidungnya terasa pedih, ia mengangguk, "Tenang saja, meskipun demi Jesslyn, aku juga akan jaga diri baik-baik."

"Bagus kalau begitu," kata Marco lalu mengangguk, tidak mengatakan apa-apa lagi.

-----

Begitu sampai di perusahaan, Joshua langsung menuju ke kantor Aldo, melihatnya berjalan masuk dengan wajah murka, Aldo merasa tidak terkejut, sebaliknya malah memasang wajah bingung dan bertanya padanya, "Nak, apa kau datang untuk mengajakku berkelahi?"

Joshua menuju ke depan meja kantor Aldo, lalu memandangnya dan berkata, "Bukankah kau berjanji padaku untuk mengenyahkan keluarga Zhang? Kenapa kau berbohong?"

"Joshua, percaya tidak kalau aku bilang hal ini tidak ada urusannya denganku?" Tanya Aldo, ia berencana berpura-pura sampai akhir.

"Bagaimana bisa tidak ada hubungannya denganmu? Apa kau kira kakak sepupu tidak tahu ini perbuatanmu? Sebenarnya apa yang kamu pikirkan?" Tanya Joshua sambil mengamatinya, lalu dengan nada yang lebih tegas ia berkata, "Kamu bukannya mau menduduki Perusahaan Besar Chen sendirian kan? Ayah, ambisimu terlalu besar sampai tidak masuk akal, tahu? Kau menghalalkan segala cara begini tidak akan mendapatkan hasil yang baik, tahu tidak?"

"Anak kurang ajar! Kau bicara dengan siapa, hah?" Bentak Aldo meninggikan suaranya, "Apa kau tidak berpikir demi siapa aku melakukan semua ini, memangnya bukan demi kamu, hah?"

"Kamu berhentilah mencari alasan untuk rencana jahatmu di sini, aku tidak butuh kamu untuk melakukan ini."

"Apa maksudmu mencari alasan untuk rencana jahat?"

"Memangnya bukan begitu? Demi melukai kakak sepupu, kau membunuh orang bermarga Zhang itu, kenapa kau setega ini? Kenapa kau sampai melukai nyawa orang? Memangnya ini bukan kejahatan?"

"Orang bermarga Zhang itu dari awal memang sudah terkena kanker paru-paru stadium empat, dokter bilang ia paling lama hanya bisa hidup selama 3 bulan, sekarang dengan nyawa busuknya itu mendapatkan 1.5miliar, seluruh keluarganya sangat gembira," kata Aldo murka sambil memelototinya, "Aku ini melakukan kebaikan, tahu? Anak brengsek."

"Akhirnya kau mengakui bahwa hal ini adalah kelakuanmu?"

"Baiklah, aku yang melakukannya," ujar Aldo mengangkat bahu dengan tampang tidak setuju, "Tenang saja, Claudius tidak akan benar-benar memecatmu, bahkan kalau ia memecatmu, nenek juga tidak akan setuju."

Joshua sangat marah dibuatnya, ia berkata geram, "Ayah, Perusahaan Besar Chen tidak akan bisa kamu rebut seperti yang kamu pikirkan, dan lagi, kita jadi orang harus melakukan segala hal atas dasar kebaikan, kakak ipar sama sekali tidak pernah merugikan keluarga kita, kita tidak boleh membalas kebaikannya dengan kejahatan..."

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu