Istri ke-7 - Bab 223 Mencari Cara Keluar dari Mala Petaka (1)

"Benar, sudah terbiasa, sangat nyaman dipakai," kata Sally menunjuk sofa di hadapannya, "Silakan duduk."

Josephine tidak mengatakan apa-apa lagi, ia duduk di sofa di hadapan Sally, lalu berkata, "Kenapa mengajakku ke sini? Apa kau tidak takut aku membawa Claudius kemari juga?"

"Aku tahu kau dan Claudius akhir-akhir ini berhubungan baik. Tapi aku mencarimu bukan untuk menyerangnya, tetapi untuk membantunya, tak ada salahnya kalau kau mengajaknya ke sini," kata Sally sambil menyodorkan segelas jus padanya dan tersenyum, "Ini teh jeruk untukmu, kesukaanmu."

Josephine tak melihat jus itu sedikitpun, ia tetap terus bertanya, "Membantu Claudius? Apa maksudnya?"

"Setelah kau yang merupakan kekasih yang ditakdirkan untuknya itu mabuk di luar, Juju yang tidak bersalah itu malah mendapat penderitaan besar di keluarga Chen, untungnya kakak begitu mencintai dan mempercayaimu, ternyata kau juga orang yang takut mati, bahkan tidak mempedulikan nyawa kakak."

"Aku bukannya takut mati, aku cuma tidak mempercayai kekasih yang ditakdirkan."

"Aku yang lulus dari sekolah kedoteran ini saja percaya, kau bisa-bisanya tidak percaya?"

Josephine menatapnya dengan kaget, bisa-bisanya ia juga percaya?

"Penyakit aneh Claudius memang benar-benar ada, istri yang diam itu benar adanya, hal yang dipercayai keluarga Chen selama 30 tahun ini, atas dasar apa kau tidak percaya?"

"Nona Lin hari ini menemuiku, hanya untuk memintaku kembali ke keluarga Chen untuk melayat?" Kata Josephine asal bicara dengan sedikit kesal.

Mengenai hal ini, ia selalu setengah tak percaya, karena Sally berkata demikian hatinya sedikit terpengaruh. Demi mempertahankan pandangannya yang mempercayai hal ilmiah, ia terpaksa mencegah Sally melanjutkan perkataannya.

"Tidak, aku bukannya membujukmu untuk kembali, aku hanya mau memberitahumu," ujar Sally menatapnya dengan wajah serius, "Nona Zhu sudah hampir gila karena ketakutan, demi hidup, ia setiap hari memikirkan cara untuk membunuh Claudius, karena hanya dengan kematian Claudius ia baru bisa mendapat kebebasan, apa kau mengerti?"

Perkataannya membuat hati Josephine perlahan khawatir.

Meskipun Sally sengaja menakutinya, namun perkataannya masuk akal, Juju dari awal bukan tipe orang yang baik, ia tak akan mati begitu saja demi Claudius. Akhir-akhir ini Claudius melukainya begitu dalam, bukannya tidak mungkin Juju punya hasrat untuk membunuhnya.

"Apa gunanya kau memberitahuku hal ini?"

"Aku juga tidak tahu," jawab Sally tersenyum pahit, "Meskipun aku tertarik pada harta keluarga Chen, tetapi aku tidak ingin kakak dibunuh oleh Juju. Bagaimanapun kakak juga sangat malang."

Josephine terdiam beberapa saat, kemudian baru berkata, "Aku tetap tidak mengerti, apa tujuanmu memberitahuku, apa kau menyuruhku memasuki keluarga Chen dan menggantikan Juju untuk mati? Kenapa tidak langsung bunuh Juju dulu saja?"

"Tetapi Nyonya Lin, aku tidak mengerti, kalau kau memang tulus ingin Claudius hidup, dari awal mengapa kau membantu Juju menikahinya? Kau bilang kau percaya takhayul itu, kalau begitu kau jelas-jelas tahu akulah kekasih takdirnya, kalau aku mati Claudius juga tak akan bisa hidup, kenapa kau masih mengatur kecelakaan mobil untukku?" Tanya Josephine, ia tak pernah memahami masalah ini, juga tak pernah bisa menebak tujuan Sally yang sesunguhnya.

Sally terdiam karena pertanyaannya, setelah diam menatapnya beberapa saat baru ia berkata, "Aku katakan sekali lagi, kecelakaan itu tak ada hubungannya denganku."

"Tak ada hubungannya denganmu?" Tanya Josephine tertawa dingin, "Kau kira aku akan percaya?"

"Terserah padamu mau percaya atau tidak," ujar Sally mengangkat kopinya dan minum seteguk, "Hari ini aku mencarimu untuk memberitahumu bahwa Claudius sekarang sedang dalam bahaya, percaya atau tidak terserah padamu, pergilah."

Josephine mengamatinya beberapa saat, kemudian berdiri dan berkata, "Nyonya Lin, entah apa tujuanmu hari ini, aku usulkan jagalah dirimu sendiri, jangan melibatkan dirimu sendiri karena terlalu asik ikut campur."

"Tenang saja, aku akan memperhatikannya."

Josephine tak berkata apa-apa lagi, ia pun pergi meninggalkan ruangan.

-----

Sekembalinya Joshua ke rumah, dilihatnya semua orag berada di ruang makan, hanya Sally yang tidak di sana, ia pun bertanya dengan panik, "Di mana Sally?"

Pengurus He segera menjawab, "Nyonya Lin bilang ia tidak enak badan, belum ingin makan."

Nenek dengan remeh berkata, "Kurasa Sally-mu itu benar-benar tak masuk akal, karena masalah kecil saja tidak mau makan dan minum."

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Joshua, walaupun ia bertanya demikian, namun ia tak menunggu jawaban malah langsung berbalik dan naik.

Sesampainya di kamar, dilihatnya Sally sedang duduk di teras dan melamun, ia pun mempercepat langkah dan menghampirinya lalu bertanya, "Sally, apakah nenek mengatakan sesuatu padamu?"

Ia mempunyai firasat buruk, Sally di hadapannya itu bermata bengkak merah, ia jelas usai menangis untuk beberapa lama.

Sally mengangkat matanya yang berair menatapnya, lalu berkata, "Bukan salah nenek, sebenarnya semua ini karena ayah dan ibu ipar, dulu mereka selalu diam-diam menyindirku yang cacat ini tidak cocok denganmu, namun mereka sekarang sudah meningkatkan sindiran itu menjadi peringatan untuk menyuruhku menjauhimu."

"Joshua, bagaimana ini? Aku benar-benar tidak mau berpisah denganmu, tetapi ibu ipar bilang, kalau aku tidak meninggalkanmu ia akan menunjukkan padaku, katanya bahkan bila ia mati pun ia tak akan membiarkanku masuk ke keluarga Shen," kata Sally lalu menangis.

Joshua menariknya ke pelukannya, dengan suara lembut menenangkannya, "Bukankah kita dulu sudah berjanji? Apapun yang mereka katakan kau tak boleh meninggalkanku."

"Tetapi kalau ibu ipar benar-benar mengancamku untuk mati, aku terpaksa meninggalkanmu, kalau tidak seumur hidupku aku tidak akan bisa tenang," kata Sally mengusap air mata sambil bersandar di pelukannya.

"Tenang saja, aku akan bicara dengan ibu," kata Joshua sambil menepuk bahu Sally untuk menenangkannya. Wajahnya geram, tak disangka ayahnya bisa-bisanya mengancam Sally untuk menekannya, dan lagi ia bergerak secepat ini.

Sally menyedot ingusnya, kemudian keluar dari pelukan Joshua dan menatapnya, "Ibu ipar selalu mengatakan yang sesungguhnya, kau jangan sampai memancing amarahnya oke? Kalau tidak kita berdua akan tamat."

"Tenang saja, aku akan bilang baik-baik padanya," ujar Joshua mengusap air mata Sally, "Yuk, kita turun makan."

"Aku tidak mau makan."

Joshua mengangguk dan berkata, "Kalau begitu akan kubawakan makanan untukmu, kau di sini istirahatlah baik-baik."

Setelah itu ia mengusap rambut Sally dan keluar dari kamar.

Begitu keluar dari kamar, ia mengeluarkan ponsel dan menelepon kediaman keluarga Shen, Nyonya Shen menerima teleponnya, tanpa menunggu Joshua buka mulut ia berkata, "Joshua, kalau kau mau membicarakan masalah Sally, tak usah dibicarakan, ini adalah keputusanku dan ayahmu, kecuali kaki Sally membaik, kalau tidak jangan sampai ia masuk ke keluarga kita."

"Bu..."

Nyonya Shen tak memberinya kesempatan bicara, ia berkata lagi "Ayahmu dan aku hanya berharap kau menikahi seorang wanita normal, bagaimanapun kami yang sudah tua ini ke depannya akan bergantung padanya, permintaan kami ini tidak tinggi bukan? Kalau tidak kau menurutlah pada kata-kata ayah, bantu ia membereskan urusan itu."

Joshua marah dan berkata geram, "Kenapa kalian begini tidak tahu malu!"

"Apakah Sally tahu malu? Kakinya cacat begitu masih bermimpi menjadi orang kaya, wanita seperti itu kalaupun kakinya sembuh aku juga belum tentu mau!" Seru Nyonya Shen, "Pokoknya begitu, pikirkanlah sendiri."

"Bu..." Panggil Joshua, namun hanya terdengar bunyi telepon diputus, ia hanya bisa meletakkan ponselnya dengan marah.

Ia pun kembali ke meja makan, nenek memandangnya dan bertanya, "Ada apa? Sally tidak mau makan?"

"Ia bilang tidak nafsu makan," kata Joshua dengan muram megambil alat makan.

Nenek tak tahan lagi untuk berkata, "Joshua, kau juga jangan terlalu memanjakannya, lihatlah ia menjadi seperti apa karenamu, apakah kau memahaminya? Apa kau tahu apa yang ia pikirkan? Apakah dengan wataknya yang seperti itu apa bisa ia tidak makan karena perkataan orang lain?"

"Nenek, jangan menceramahinya, makanlah," kata Claudius yang biasanya tak suka bicara di meja makan.

Ia takut nenek kelepasan bicara, sehingga sengaja memutusnya.

Ia masih tak ingin membongkar tentang Sally, tentu ia tak mau Joshua tahu segalanya seawal ini.

Nenek mengerti maksudnya, terpaksa ia berkata, "Joshua, jangan terlalu khawatir, kau bicaralah baik-baik dengan orangtuamu pasti akan beres, cepat atau lambat mereka akan setuju."

"Aku mengerti," kata Joshua memandang nenek dan Claudius, hatinya dipenuhi perasaan bersalah terhadap mereka, kalau mereka tahu pemikiran orangtuanya, pasti mereka akan sangat marah.

-----

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu