Istri ke-7 - Bab 205 Rebutan Istri (6)

Claudius seharian tidak kembali ke rumah keluarga Chen, hingga malam pun tidak kembali, Juju semakin gelisah, dia tidak tahu dia dan wanita itu pergi kemana.

Dia mencoba meneleponnya, tapi teleponnya tidak aktif.

Dia pun menelepon asisten Yan, telepon itu pun diangkat dengan cepat: "Halo, siapa ya?"

"Aku istri Claudius." Juju berkata dengan nada datar.

Tidak peduli bagaimana Claudius memanjakannya, posisinya tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun.

"Nyonya, ada apa malam begini telepon?" Asisten Yan bertanya dengan sopan.

"Tuan muda Chen mana? Dia tidak bersamamu?" Dia langsung bertanya.

Asisten Yan tetap berkata dengan sopan: "Sekarang sudah bukan jam kerja, aku tidak tahu tuan muda ada dimana."

"Kamu tidak tahu? Tuan muda Chen sudah tidak pulang beberapa hari ini, kalau tidak denganmu, dengan siapa lagi?" Juju marah mendengar gaya bicaranya, menurutnya, asisten Yan pasti sedang memikat Claudius yang ada disampingnya, lalu berpura-pura tidak tahu.

"Tuan muda Chen sudah tidak pulang beberapa hari?" Asisten Yan berkata, sebagai asistennya, dia sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Juju belum sempat merespon dia pun melanjutkan: "Nyonya, begini, akhir-akhir ini perusahaan juga agak sibuk, mungkin tuan muda nginap di kantor atau apartemen."

"Dengan siapa?"

"Ini..." Asisten Yan sengaja bersikap seperti ingin mengatakannya tapi takut.

Juju pun langsung berteriak: "Aku sudah tahu pasti dia bersamamu, sekarang hubungan kalian sangat baik, setiap hari kerja bersama makanya kalian selalu bersama bukan?"

"Nyonya, kamu jangan salah paham..."

"Aku salah paham apa? Kamu lanjutkan? Kenapa tidak lanjut?" Juju pun emosi: "Asisten Yan, jangan pikir parasmu cantik lalu bisa menaiki ranjang bosmu ya? Dasar wanita sialan! Kamu...!"

Juju melihat teleponnya, ternyata sudah ditutup asisten Yan.

Dia pun membanting hpnya ke atas sofa, semakin dipikirkannya dia semakin marah, seorang asisten pun berani menutup teleponnya? Pelakor kok sombong?

"Kakak ipar, kenapa marah-marah?" Terdengar suara tertawa dari belakang.

Juju membalikkan badannya, melihat Sally Lin dia pun menenangkan emosinya lalu menggeleng: "Tidak apa-apa, hanya saja ada satu sialan yang membuatku marah."

"Asisten Yan lagi?" Sally Lin menggerakkan kursi rodanya dan masuk ke dalam.

Juju mengangguk: "Siapa lagi, berani-beraninya menutup teleponku."

Sally Lin tertawa: "Kamu jangan salahkan dia, dia cantik dan kemampuan bekerjanya yang luar biasa, sudah delapan tahun dia ikut dengan kakak, setiap hari bertemu, hubungan ini mungkin lebih dalam dari kamu maupun Josephine."

"Banyak sekali wanita yang kemampuan kerjanya hebat, kenapa hanya dia yang bisa mendapatkan hati tuan muda?" Juju tidak senang: "Dan aku lihat sepertinya dia juga sudah umur tiga puluh, di bagian sekretaris wanita siapa yang tidak lebih muda darinya?"

"Mungkin inilah daya tariknya."

"Daya tarik apa, sudah tua tapi masih belum menikah, pasti sedang merencanakan sesuatu."

"Sepertinya kamu sangat membencinya."

"Tentu saja, aku ingin menghancurkan wajahnya dan mengusirnya keluar dari perusahaan."

Sally Lin tertawa, dan berkata: "Kalau menghancurkan wajahnya, sudahlah, kalau kakak tahu dia pasti akan sangat membencimu, tapi mengusirnya dari perusahaan tidaklah sulit."

"Menurutmu tidak sulit?"

"Minta bantuan nenek, sedikitpun tidak sulit."

Meminta bantuan nenek? Juju pun tertawa pasrah di dalam hatinya, kalau nenek yang bantu pasti tidak ada masalah, tapi masalahnya nenek tidak pernah mengurus kehidupan pribadi Claudius, dia juga sudah tahu hubungannya dengan asisten Yan, tapi dia tentu tidak akan membantunya.

***********

Pagi hari, Claudius datang ke kamar Josephine, saat ini dia sedang berbaring di atas ranjang, pandangan matanya kosong.

Claudius menggendongnya naik, sambil mengelus rambutnya sambil berkata lembut: "Cuaca hari ini sangat bagus, ayo berjemur di halaman depan."

Josephine pun mengangkat tangannya dan melepaskan tangan Claudius dari tubuhnya, lalu berkata: "Jangan sentuh aku."

"Baik, aku tidak menyentuhmu, kamu minum obat ini, lalu sarapan." Claudius mengambil sebotol obat, mengeluarkan sebutir obat dan menuang segelas air hangat untuknya.

Josephine melihat obat di tangannya lalu bertanya: "Ini obat apa?"

"Obat ini bagus untuk otak, bisa membantumu memulihkan ingatanmu."

"Aku tidak butuh."

"Josephine..."

"Claudius." Josephine memotongnya: "Ingatan masa lalu aku sudah tidak butuh lagi, tidak ingin mencarinya lagi, tolong jangan habisi waktu dan tenagamu."

"Kenapa kamu tidak mau? Keluarga dan temanmu semua kamu tidak mau lagi?"

"Kalau memang semua orang mengira aku sudah mati, anggaplah aku sudah mati." Josephine berkata: "Aku tetap percaya aku bukan mantan istrimu, Justin juga aku tidak kenal, aku hanya ada Marco dan Jesslyn."

"Tidak, kamu tidak boleh sekejam ini." Claudius marah: "Mungkin kamu tidak mau adikmu lagi, tapi kamu tidak boleh tidak menginginkanku, dan anak kita." Kemudian, dia pun menekan dagunya dan memaksanya membuka mulutnya lalu memasukkan obat itu ke dalam mulutnya.

Josephine pun berteriak: "Tidak! Aku tidak mau makan obat ini... Lepaskan aku!"

"Kalau tidak makan obat kamu tidak akan mengingat masa lalu, mengingatku, aku tidak akan membiarkanmu sekejam ini!"

"Uhm..."

Josephine menutup rapat giginya, tidak membiarkan obat itu tertelan olehnya.

Tapi dia tetap tidak bisa mengalahkan Claudius, obat itu tetap dipaksa masuk ke mulutnya, dia pun bingung tapi secara refleks obat itu dimuntahkannya lagi.

Claudius tahu apa maunya, lalu dia pun pasrah dan memeluknya erat, lalu menundukkan kepalanya dan menciumnya..."

Josephine bisa merasakan apa yang dilakukannya, dia pun panik, mencoba menghindar dan terlepas dari pelukannya, tapi pelukan itu malah semakin erat.

Obat itu terus berputar di dalam mulutnya, setelah berusaha beberapa saat, Josephine tetap tidak bisa memuntahkan obat itu, malah didorong Claudius hingga ke tenggorokannya. Obat itu pun masuk ke dalam lambungnya, dia bengong, lalu melototi wajah tampan yang ada di hadapannya ini.

Obat itu sudah dimakannya, tapi Claudius masih belum berhenti dan terus...

Hati Josephine semakin kacau, walaupun nafas dan rasa ini seperti dikenalinya, dia pun tidak membencinya. Tapi kesadarannya tetap mengalahkan kenyataan ini, dia pun panik dan menampar mukanya.

Dulu saat Claudius menciumnya, dia juga pernah menamparnya, kali ini Claudius sudah berpengalaman, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu mendorongnya jatuh ke atas ranjang, lalu menahan tangannya di atas kepalanya.

“Tidak... Claudius apa yang kamu lakukan...!" Josephine berteriak kencang.

Karena panik, dia pun ingin menggigitnya, Claudius sepertinya sudah tahu dia akan begini, lalu dia pun berhasil menghindar.

Bibir itu berpindah ke telinganya, dia berbisik: "Aku tidak percaya... Kamu sudah melupakan ini, Josephine, kamu rasakan baik-baik pria yang ada di depanmu ini, apakah kamu sudah lupa? Kita pernah berciuman mesra seperti ini, rasa ini, apakah kamu sudah lupa juga?"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu