Istri ke-7 - Bab 173 Biarkan Dia Bercerai (1)

Menatap hp yang ada di tangannya, dia menarik nafas dengan pelan, menenangkan perasaan yang telah dikacaukan oleh Vincent Lee, dan berjalan menuju kamar.

Dia melangkah memasuki kamar, melihat Claudius sedang memegang gelas dan berdiri di depan jendela melihat pemandangan luar, mendengar langkah kakinya dia pun membalikkan badan dan bertanya: "Siapa yang menelepon?"

Josephine memandangnya, lalu menjawab: "Seorang teman lama, tidak penting."

Dia merasa sedikit bersalah, karena pandangan Claudius yang melihatnya terkesan sedikit curiga, dia tidak tahu apakah Claudius akan mempercayainya, tapi tidak peduli apakah dia percaya atau tidak dia tetap tidak bisa memberitahu kenyataannya.

Kalau dia tahu yang meneleponnya adalah Vincent Lee, dia pasti akan berpikir panjang, apalagi selama ini Claudius paling jengkel dengan masa lalunya dengan Vincent Lee.

"Benar hanya teman biasa?" Claudius melangkah maju dan memegang dagunya: "Tidak pacaran dengan pria lain tanpa sepengetahuanku?"

Josephine mengangkat tangannya dan menepuk tangan Claudius ke bawah dan menjulingkan matanya: "Menghadapi satu pria sepertimu saja sudah membuatku kecapekan, mana ada lagi tenagaku selingkuh?"

"Lebih baik sih begitu, kalau tidak aku akan menelanmu." Claudius mengangkat tangannya kembali dan memegang dagunya: "Cepat mandi, setelah mandi cepat istirahat."

Josephine melihatnya tidak mencari tahu lagi dengan telepon itu pun menghela nafas dan mengangguk, lalu berjalan ke kamar mandi.

Sebenarnya saat melihat ekspresi Josephine mengangkat telepon itu, Claudius sudah bisa menebak itu telepon dari Vincent Lee, tapi dia tetap rela percaya kalau cinta Vincent Lee hanya bertepuk sebelah tangan, Josephine tidak punya perasaan terhadapnya.

Suara air pun terdengar dari dalam kamar mandi, Claudius melihat pintu yang telah terkunci lalu mengambil hp Josephine dari meja, telepon yang masuk beberapa hari ini memang benar berasal dari Inggris. Dia pun menekan-nekan hp itu, dan memblokir nomor hp itu dan meletakkan hp itu kembali ke meja.

*******

Keesokan harinya Josephine membawa Justin dan ibunya pergi ke dua sekolah dasar terdekat, dan membiarkan Justin memilih salah satunya.

Dua sekolah ini memiliki sejarah masing-masing, Rose tetap belum bisa memilih. Josephine pun menenangkannya: "Tidak usah panik, pilihlah pelan-pelan, beritahu aku nanti kalau sudah tahu."

Dia mengendarai mobil Claudius dan mengantar mereka berdua kembali ke apartemen.

"Kalau begitu aku pertimbangkan lagi." Rose membawa Justin naik ke atas mobil, menanyakan Josephine: "Kamu tidak naik?"

"Tidak, aku masih mau kembali kerja." Josephine melihat jam, dia keluar pas jam istirahat.

"Kalau begitu hati-hati ya."

"Oke, aku pasti hati-hati." Mobil ini sangat mahal, dan khusus untuk Claudius, mana mungkin dia berani untuk tidak berhati-hati.

Setelah Josephine pergi, Justin pun langsung berlari ke arah lift sambil meloncat-loncat, Rose baru saja ingin mengejarnya, tapi saat dia berbalik badan dia kaget, lalu dengan refleks berjalan mundur.

"Kakak, kakak ipar... Kenapa kalian ada disini?" Rose melihat kakak kandung dan kakak ipar yang ada di depannya.

Marco Zhu sudah berumur tapi gayanya masih terlihat seperti seorang berandalan, rokok di tangannya, kemeja bercorak bunga, kelihatan seperti baru keluar dari geng berandalan.

Saat Rose memperhatikannya, dia pun sedang memperhatikan Rose, lalu dia pun tersenyum: "Adikku, lumayan juga gayamu sekarang ya, cantik."

Sejak kecil Rose sudah takut dengan kakaknya ini, bertemu dengannya kali ini seperti seekor kelinci yang bertemu dengan seekor serigala, dia benar-benar sangat ketakutan.

Nyonya Zhu pun menggunakan tangannya mencolek pinggang suaminya: "Dulunya dia istri direktur Bai, sekarang ibu mertua Claudius, tentu saja nasibnya lebih bagus darimu berkali lipat."

Marco pun tersenyum dan menatap Rose: "Oyah, Rose, saat William Bai meninggal apakah dia menyisakan warisan untukmu? Harusnya tidak sedikit bukan? Pinjami kakakmu ini dong."

"Tidak." Rose menggeleng: "Kak, William tidak menyisakan apapun untukku dan Josephine."

"Tidak mungkin, aku tidak percaya."

"Sungguh, aku tidak bohong." Rose takut kakaknya tidak percaya.

"Sudahlah, Rose saja sudah bilang tidak ada, kamu jangan paksa dia lagi." Setelah itu nyonya berkata: "Rose, aku dan kakakmu ada yang harus dibicarakan denganmu, cepat bawa kami ke atas."

"Ada apa?" Rose bertanya.

"Naiklah dulu."

Rose sempat ragu, tapi akhirnya tetap membawa mereka naik.

Nyonya Zhu melihat seisi rumah ini yang mewah dan luas, lalu dia pun berkata: "Sepertinya Claudius memang sangat kaya, lihatlah semua dekorasi ini, seperti istana."

Rose diam saja. Membawa Justin ke kamar untuk bermain, lalu berjalan ke dapur dan menuang air untuk mereka: "Kakak, kakak ipar, kalian mencariku sebenarnya ada apa?"

"Bukannya masih karena hal itu?" Nyonya Zhu berkata: "Masih ingat hal yang pernah kuungkit waktu dulu? Jangan pernah ungkit kalau kamu ada hubungan dengan keluarga Zhu, sekalipun keluarga Chen."

"Aku tahu." Rose mengangguk.

Nyonya Zhu pun melanjutkan: "Juju sudah akan menikah, aku tidak berharap keluarga Lee merasa keluarga Zhu tidak baik, sehingga memiliki kamu yang bukan hanya punya anak tanpa menikah tapi ditinggalkan oleh banyak sekali lelaki, kami juga tidak ingin orang tahu keluarga Zhu mempunyai Josephine dan Justin yang tidak diinginkan ayahnya. Kalau saja ini ketahuan, akan merusak pernikahan Juju."

Rose memandang nyonya Zhu, kelopak matanya memerah: "Kakak ipar, aku bisa tidak mengatakan kepada siapapun tentang hubungan Josephine dan Justin dengan keluarga Zhu, tapi aku mohon, jangan katakan mereka berdua seperti itu? Kamu menyindirku seperti apapun aku terima, tapi jangan lukai anakku."

"Sekarang kamu baru sadar untuk menyayangi mereka?" Nyonya Zhu emosi dan melototinya: "Dulu kami menyuruhmu untuk jangan mendekati William Bai, tapi kamu tetap bersikeras mendekatinya? Sekarang kamu menyesal? Apa gunanya lagi?"

"Sudahlah, jangan dibahas lagi." Marco Zhu melambai-lambaikan tangannya.

Nyonya Zhu melototinya lalu kembali berkata kepada Rose: "Lalu anakmu Josephine, aku sudah dengar ya, nenek tua keluarga Chen tidak menerimanya sebagai istri Claudius, kalau kamu tidak mau dia bernasib sama sepertimu, lebih baik kamu nasehati dia. Suruh dia jauhi Claudius."

"Benar ini tidak salah." Marco Zhu melanjutkan: "Keluarga Zhu sudah cukup malu dan sial memilikimu, kamu jangan membiarkan Josephine sama denganmu, suruh dia sadar, jangan bermimpi untuk bisa jadi orang kaya, kita masih belum pantas."

Melihat Rose yang tidak merespon mereka, Marco Zhu pun mengerutkan dahi dan meninggikan suaranya: "Kamu dengar tidak. Cepat berpisah dengan Claudius, jangan sampai nanti diusir dari keluarga Chen, tahu malu tidak?"

"Aku akan menasehatinya." Kata Rose.

Dia selalu tidak mendukung Josephine dan Claudius, juga sering menasehatinya, tapi Josephine sama sekali tidak mendengar nasehatnya.

"Oyah, kamu dan Justin juga jangan menetap di Jakarta lagi, kembalilah ke Surabaya denganku." Marco Zhu berkata.

"Kembali ke Surabaya?" Rose kaget dan menatapnya: "Tapi... kakak, bukankah kamu bilang aku memalukan? Kenapa harus membawaku kembali ke Surabaya?"

"Walaupun memalukan tapi aku tidak bisa tidak mempedulikanmu, siapa suruh kamu adikku satu-satunya?" Nyonya Zhu pun berkata: "Kamu ikut kakakmu pulang, jangan berkeliaran kemana-mana, jangan datang ke Jakarta lagi."

"Lalu Josephine?"

"Setelah dia bercerai dengan Claudius, dia juga akan kembali ke Surabaya." Nyonya Zhu berkata: "Kakakmu sudah mencarikan rumah dan sekolah yang bagus untukmu dan Justin, kalau kalian tinggal disana, jangan katakan kepada orang lain kalau kalian berhubungan dengan keluarga Zhu, dan jangan ungkit kalau dulu pernah tinggal di rumah keluarga Zhu."

"Jadi kalau Josephine tidak mau bercerai?" Rose tidak bisa menerima permintaan kakaknya, dia juga tidak ingin meninggalkan Jakarta.

Nyonya Zhu melihatnya yang tidak rela pun langsung marah: "Bukannya tadi sudah kubilang, nenek itu terus mencari orang yang bisa menolong nyawa Claudius, setelah menemukannya, walaupun Josephine tidak mau, tetap harus bercerai.

Nyonya Zhu menatapnya: "Kenapa? Kamu masih ingin menetap di Jakarta dan terus-terusan tidak pasti seperti ini?"

"Tidak, bukan, aku hanya..."

"Hanya apa? Masa kamu berharap keluarga Chen yang memeliharamu dan Justin selamanya? Sekarang mereka baik dengan kalian karena masih tertarik dengan Josephine, setelah bercerai dengan Josephine, kalian bukanlah siapa-siapa lagi."

"Benar, keluarga adalah sandaranmu selamanya." Marco Zhu menyalakan sebatang rokok, lalu menatap adiknya itu: "Walaupun kakak tidak kaya, tapi memeliharamu dan Justin itu bukan masalah, begini saja, ikut aku pulang ke Surabaya."

Rose tidak berani melawan mereka, hanya bisa mengangguk: "Oke, aku ikut pulang ke Surabaya."

*******

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu