Istri ke-7 - Bab 145 Obat Tradisional (3)

Makan malam mereka sangat biasa, tidak ada yang spesial.

Masih tetap dengan orang-orang yang dulu, masih tetap Sally yang membimbing perbincangan mereka.

Josephine masih sama seperti dulu, langsung kembali ke kamar setelah makan. Ia kembali ke kamarnya yang dulu, hanya saja kamar ini pernah ditinggali Shella, jadi barang-barang yang tertata di sana adalah milik Shella.

Hubungannya dengan Shella selamanya seperti musuh. Seperti hari ini, ketika ia mengamati suasana kamar yang penuh dengan barang milik Shella, hatinya merasa tak nyaman.

Di saat itulah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, ternyata yang masuk adalah Pengurus He dan Nenek Tua Chen. Pengurus He membawa semangkuk obat tradisional berwarna hitam pekat di tangannya.

Josephine mengamati sekilas obat yang dibawa Pengurus He itu. Ia menyapa Nenek dengan sopan, lalu menuntunnya ke sofa.

Setelah Nenek duduk, ia menunjuk obat yang terletak di atas meja dengan jarinya, "Ini adalah obat tradisional yang diracik spesial oleh Guru Wang. Ini bisa mencegah kecacatan pada tubuh anak nanti."

Josephine terkejut. Sekali lagi ia mengamati obat di dalam mangkuk itu.

Apakah ini obat untuk membuatnya hamil? Nenek masih berani menyuruhnya untuk hamil?

Nenek memahami kekagetan Josephine, ia berkata, "Sudah lama sejak anak itu meninggal, jadi bukankah sudah waktunya bagimu untuk mengandung lagi?"

"Nenek..." Josephine ternganga, ia memandang obat itu, "Apa Claudius tahu yang Nenek lakukan?"

Saat itu Claudius melarangnya untuk hamil, bahkan setelah ia hamil pun, Claudius terus mendesaknya untuk menggugurkan kandungan. Apalagi, rasa sakit yang diakibatkan oleh sang anak terakhir kali sangatlah besar. Mana mungkin Claudius setuju kalau Josephine mengandung lagi?

"Kenapa memangnya ia harus tahu?"

"Tapi...aku takut ia tidak senang, seperti saat itu."

"Saat itu karena belum ada obat ini. Sekarang tidak masalah, setelah minum obat ini, kau pasti akan melahirkan bayi yang sehat. Jadi, tidak ada alasan bagi Claudius untuk tidak setuju."

Josephine tidak membantah lagi. Nenek mengamatinya, "Aku lihat akhir-akhir ini Claudius lebih banyak menghabiskan waktu di luar ketimbang di dalam rumah. Kalian malam pasti ada... melakukannya, kan?"

Nenek bertanya dengan sangat tersirat, tapi wajah Josephine tetap memerah.

Ia mengangguk malu-malu.

Nenek tertawa, "Baik kalau begitu, cepat minum obatnya."

Josephine melihat obat hitam pekat di atas meja itu. Ia tak enak kalau harus menolak, jadi ia pun meminumnya dengan taat. Obat ini luar biasa pahit, hampir sepahit obat milik Claudius. Ia benar-benar tak sanggup meminumnya. Ia pun membohongi Nenek, "Obatnya masih panas, nanti saja kuminum lagi."

"Baik, ingat untuk meminumnya, ya."

"Pasti, Nek."

Nenek bangkit dari sofa dan meninggalkan kamar bersama Pengurus He.

Setelah Nenek pergi agak lama dan Josephine yakin ia tak akan kembali lagi, ia membawa obat itu ke kamar mandi dan membuangnya ke saluran pembuangan.

Saat keluar dari kamar mandi, ia dikagetkan oleh Claudius yang tiba-tiba muncul di samping pintu kamar mandi. Josephine menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan kesal, "Apa kau tidak bersuara sama sekali saat berjalan? Mengagetkan saja."

"Kalau kau tidak melakukan sesuatu yang salah, mana bisa kaget semudah ini?" Tatapan Claudius mengarah ke mangkuk obat yang dipegangnya.

Josephine buru-buru menyembunyikan mangkuk di belakang tubuhnya.

"Apa itu sebenarnya?" Masih lumayan kalau ia tidak menyembunyikannya. Perbuatannya ini malah membuat Claudius curiga.

Josephine tahu dirinya tak bisa menutupinya lagi, ia pun mengeluarkan mangkuk itu dari belakang punggungnya, "Obat yang diberikan Nenek untukku. Katanya untuk mencegah kecacatan pada anak kalau aku hamil lagi."

Raut wajah Claudius seketika menggelap, matanya muram.

Josephine buru-buru menjelaskna, "Tapi tenanglah, aku sudah membuang obat itu."

Jelas, Josephine tidak mengerti alasan perubahan pada raut wajah Claudius.

"Kenapa kau membuangnya?" tanya Claudius dengan suara berat.

"Bukankah kau tidak mau anak? Kalau tidak mau, aku tidak perlu minum obat ini, kan," jawab Josephine dengan serius.

Claudius tiba-tiba mendekatinya, tubuhnya mengunci tubuh Josephine di atas wastafel, lalu menatapnya dengan jarak super dekat, "Sebenarnya ka yang tidak mau atau aku yang tidak mau?"

Ditatap seperti itu, Josephine jadi gemetaran. Tubuhnya bersandar mundur, berpegangan pada wastafel, "Bukankah kau yang selalu tidak mau? Aku sedang mempertimbangkanmu."

Ia mengakui kalau dirinya juga tidak mau melahirkan anak, tapi ia takut membuat Claudius marah kalau ia berkata jujur.

Saat ini ia mana punya keinginan untuk melahirkan anak, urusan pernikahan saja ia baru dipaksa melakukannya hari inidengan terburu-buru. Dengan keadaan Justin dan putrinya yang belum jelas, ia sungguh tak ingin menjerat dirinya dengan melahirkan anak lagi.

Lagipula, siapa yang tahu obat ini bermanfaat atau tidak? Siapa yang tahu kalau anak yang dikandung sebelumnya cacat atau tidak?

"Kalau begitu sekarang aku mau. Jadi bukankah kau harus meminum obat ini?" kata Claudius tetap dengan sorot mata memaksa.

"Apa?" Josephine tercengang. Claudius mengizinkannya hamil? Jelas-jelas sebelumnya ia menentang! "Kau...kau mau anak?"

"Benar, aku mau, kau?"

"Aku..." Josephine membisu, tentu ia tidak mau, tapi bagaimana caranya mengatakan hal ini agar dia tidak murka?

Bagaimana ini? Ia menginginkan anak, ternyata ia berubah sikap dan menginginkan anak. Ini tidak seperti sifatnya!

Demi tidak membuatnya marah, Josephine mengangguk, "Tentu saja mau juga."

"Aku tahu kau menginginkannya," Claudius tiba-tiba memundurkan badannya sambil menertawakan Josephine, "Anak adalah pelindung kalian kaum wanita, bagaimana mungkin kau tidak mau?"

Josephine berpikir, ikuti saja kemauan Claudius, asal dia tidak marah.

Setelah keluar dari kamar mandi dan mendapati bahwa Claudius hendak pergi, ia buru-buru memanggilnya, "Claudius, bisakah kau memberiku kamar lain?"

Claudius menoleh, mengamati sekitar, "Kenapa? Apa kamar ini jelek?"

"Aku...tidak suka tidur di kamar yang pernah ditinggali orang lain, apalagi dia orang yang yang tidak kusukai."

Claudius berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Baiklah."

"Kalau begitu tolong katakan pada mereka untuk menyiapkan kamar untukku."

"Tidak perlu, ada yang sudah siap."

"Di mana?"

"Ikut aku," Claudius berbalik badan dan keluar ruangan. Josephine buru-buru mengikuti, hatinya lumayan berbunga-bunga, tampaknya pria ini tidak sulit juga diajak bicara.

Claudius membawanya ke kamar seberang. Ia membuka pintu dan menunjuk dengan jari telunjuknya, "Kamar ini."

"Kamar ini?" Josephine terkejut. Claudius menyuruhnya tidur di kamarnya? Lalu bagaimana dengan dia?

Claudius melihatnya mengernyitkan alis, "Kenapa? Apa kamar ini juga pernah ditinggali oleh orang yang tidak kau suka?"

"Bukan..." Diberi nyali sebanyak apapun, Josephine juga tak akan pernah mengatakannya, kalau tidak Claudius mungkin akan membunuhnya.

"Kalau begitu tidurlah di sini untuk sementara waktu," Kata Claudius, lalu pergi ke ruang baca.

Josephine terdiam di kamar Claudius selama beberapa saat. Hatinya berpikir tidak apa-apa, hanya 1 malam saja, besok ia akan pergi.

Claudius pergi ke ruang baca, Josephine pun berdiri seorang diri di kamar milik pria itu, ia tak tahu harus berbuat apa.

Meski ini bukan pertama kalinya ia masuk ke kamar ini, tapi ia hanya menganggap masa lalu itu sebagai sandiwara belaka, ia juga terus berusaha untuk melupakannya. Kini, ia berdiri di sini dengan identitas baru, rasanya...sangat aneh.

Ia tentu tidak berani berharap Claudius akan tidur di ruang baca. Mengingat perlakuan Claudius padanya selama ini, sudah bagus kalau pria itu tidak merundungnya

Seusai mandi, Josephine baru tersadar kalau hari ini ia lupa membeli baju tidur, selain itu ia sama sekali tidak menyangka akan tidur di rumah ini.

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu