Istri ke-7 - Bab 115 Drama (2)

Claudius Chen pulang kerja dan sampai di rumah, melihat raut wajah nenek yang pucat dan terduduk di ruang tamu, Sally Lin memijat pundaknya.

"Nenek, kamu baik-baik saja kan?" Claudius melihatnya, menatapnya dan bertanya.

"Kakak kamu sudah pulang." Sally Lin berkata pelan.

Nenek menaikkan kepalanya dan tersenyum kepada Claudius Chen: "Kamu sudah pulang."

"Iya, nenek kenapa? Tidak enak badan?" Claudius Chen duduk di sofa di hadapannya.

"Tidak apa-apa, sedikit pening saja." Nenek tua melihat Claudius Chen, hatinya semakin sedih, dia tidak berani mengatakan kalau anaknya telah lahir, tapi tidak bisa bertahan hidup.

Dia percaya Claudius pasti akan lebih sedih daripada dia, saat itu dia tidak menyetujui Josephine untuk hamil, bukankah demi mencegah ini terjadi?

Semua salah dia, kalau bukan dia yang diam-diam mengganti obat mereka, dan menolak Josephine Bai untuk aborsi, maka tidak akan seperti ini.

"Maafkan nenek ya, Claudius, semua salah nenek..." Nenek tidak bisa menahan untuk mengatakan ini.

"Nek, kamu bilang apa?" Claudius Chen tidak mengerti atas permintaan maaf nenek, lalu menatap ekspresinya kembali.

Nenek tersenyum pahit: "Tidak ada apa-apa, hanya saja nenek merasa sudah tua tidak berguna lagi, tidak bisa membantumu."

"Aku tidak perlu nenek membantuku apapun. Claudius Chen bertanya: "Nenek kamu kenapa?"

Sally Lin melihat mereka berdua lalu tersenym dan berkata: "Kak, saat tadi ngobrol nenek mengatakan tentangmu, dia merasa sedih makanya jadi begini, tidak apa-apa, kakak jangan khawatir."

"Oh begitu ya." Claudius tersenyum dan berkata: "Nenek, bukankah sekarang aku baik-baik saja, nenek jangan berpikir terlalu banyak ya."

"Oke, nenek tidak memikirkan lagi." Nenek tua meluruskan badannya, lalu memperhatikannya "Kenapa kamu cepat pulang hari ini?"

"Tadi aku baru dari tempat pelanggan, langsung pulang ke rumah." Claudius berdiri dari sofa: "Nek, aku ke atas ganti baju dulu ya."

"Oke, pergilah."

Claudius pergi ke atas, Sally Lin berkata pelan: "Nenek, kamu berencana merahasiakan ini dari kakak?"

"Ngapain beritahu dia? Ini akan membuatnya semakin sedih."

"Tapi... hal yang begitu besar apakah bisa dirahasiakan darinya?"

"Bilang saja kepadanya kalau anaknya keguguran."

"Hah?"

"Kalau tidak bagaimana lagi? Bilang kalau anaknya sudah lahir? Tidak bisa bertahan hidup?" Nenek tua tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya: "Selain membuatnya sedih, tidak ada gunanya."

"Tapi... bagaimana dengan kakak ipar? Apakah dia setuju?" Sally Lin khawatir.

"Dia? Dia sekarang ada hak untuk menolak?" Nenek tua sedikit marah dan berkata: "Kalau bukan dia yang bersikeras ingin melahirkan anak ini, apakah kita perlu sesedih ini sekarang? Lalu anak itu..."

Nenek tua terbata-bata: "Kalau memikirkan dia yang kasihan itu, dan memikirkan kalau suatu saat dia akan pergi, hatiku sakit sekali."

"Nenek, nenek jangan sedih, aku ngerti, aku akan bantu merahasiakan ini." Sally Lin menenangkan nenek dan menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya: "Nenek, hati-hati jangan sampai kakak melihat ekspresi nenek yang sedih, dia akan curiga."

Nenek tua mengusap air matanya, lalu menenangkan dirinya sendiri.

*******

Akhirnya kakak He pergi juga, Shella Bai duduk di ranjangnya, menghembuskan nafas panjang: "Sungguh capek, seumur hidupku aku tidak pernah menangis selama ini."

Fransiska menjulingkan matanya: "Lihatlah kamu, susah sedikit saja tidak bisa, mau bagaimana melakukan hal besar?"

"Ibu, ibu coba menangis terus, rasanya tidak bisa disamakan dengan apa yang kamu bilang, mulutku sudah hampir keram gara-gara menangis terus."

"Sudahlah, jangan mengomel terus, bukannya semuanya berjalan lancar?"

Sampai disini, Shella Bai merasa lega.

Dia mengambil apel yang ada di meja memakannya dan berkata: "oyah, ibu, sudah seharian, kenapa Claudius masih belum datang?"

"Aku juga bingung." Fransiska berkata.

"Apa mungkin dia sudah mencintai orang lain?" Shella Bai berpikir, lalu berkata: "Oyah, aku pernah dengar Josephine bilang, dia sudah berjanji dengan Claudius, jika setelah anak ini lahir dia masih menginginkannya dia akan menjemputnya pulang, jika tidak ingin lagi maka... Oh Tuhan, ibu, apakah dia tidak menginginkanku lagi?"

Mendengar ini Fransiska pun panik, lalu menenangkannya: "Jangan panik dulu, mungkin dia sibuk hari ini, besok baru datang?"

"Aku takut dia tidak akan datang."

"Tidak mungkin, jangan lupa ini adalah anak kandungnya." Fransiska menggunakan dagunya menunjuk bayi yang ada di ranjang.

"Benar juga, kalau begitu aku tunggu saja." Shella Bai menggigit apel yang ada ditangannya lalu bertanya: "Ibu, sekarang Josephine bagaimana? Apakah dia bekerja sama dengan baik?"

Memikirkan ini, Fransiska lalu menggunakan jarinya memijat keningnya dan berkata pasrah: "Seharian dia terus ribut ingin bertemu anaknya, aku stress sekali."

"Bagaimana?"

"Aku juga lagi memikirkan masalah ini." Fransiska berkata: "Sebelum melahirkan dia juga sudah tidak mau aborsi, bisa dilihat kalau dia sangat mencintai anaknya, aku khawatir dia akan mencari keributan di rumah keluarga Chen."

Mendengar itu, Shella Bai pun tidak bisa menelan apelnya lagi.

"Kalau begitu, bukankah kita akan celaka karena dia."

"Iya."

"Ibu, jangan sampai hal ini terjadi."

"Kaki itu kakinya, kalau memang suatu hari dia ingin mencari keributan, aku mana bisa apa-apa."

"Yah jangan sampai itu terjadi." Shella Bai berkata.

Fransiska melihat wajah Shella yang keji, lalu memancarkan senyuman dingin, hal ini tadi juga sempat dipikirkannya, hanya saja dia ragu apakah pantas untuk melakukannya.

Terdengar suara langkah kaki dari pintu, Fransiska lalu memberi isyarat tangan kepada Shella, Shella Bai bersandar di atas ranjang, berpura-pura sedih.

Kakak He menaruh sebuah termos di atas ranjang, lalu menuang sup ayam dan berkata: Ini sup ayam yang diantar supir, kamu minum sedikit ya nona."

"Aku tidak selera makan." Shella Bai menjawab.

Fransiska berjalan ke samping ranjang, menepuk lengannya dan berkata: "Shella, bagaimanapun juga kamu tetap harus makan, sekarang kamu baru saja melahirkan, kalau nutrisimu tidak cukup akan berpengaruh pada kesehatanmu."

"Tapi, ibu... Aku benar-benar tidak bisa makan."

"Aku tahu kamu sedih, tapi anak ini membutuhkanmu, jadi kamu harus kuat, kalau badanmu bertenaga kamu baru bisa menjaganya." Fransiska menariknya dari balik selimut: "Yuk minum sup ayamnya."

Shella Bai sedih dan meminum sup ayam itu.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu