Istri ke-7 - Bab 258 Ending 1 (3)

Karena Nyonya Qiao terus memaksa, akhirnya Susi mengizinkannya menemaninya melakukan pemeriksaan.

Setelah mengambil darah di ruang pemeriksaan kehamilan, sambil menunggu hasil, Susi pergi ke kamar mandi sebentar. Nyonya Qiao takut dia melakukan sesuatu, jadi dia mengikuti Susi sampai di depan kamar mandi.

“Ibu, apakah kamu ingin menemaniku ke hingga ke dalam toilet?” Susi melihatnya dengan sedikit tidak dapat berkata-kata.

Nyonya Qiao menggerakkan tangannya dengan canggung: "Tidak, aku akan menunggumu disini, kamu masuklah, hati-hati lantainya licin."

Susi menganggukkan kepala lalu membuka pintu dan masuk ke dalam kamar mandi.

Dia berjalan ke toilet jongkok yang berada di paling belakang , saat baru menutup pintu dia mendengar dari toilet sebelah terdengar suara wanita yang sangat tidak asing: "Tuan Muda Qiao, bisakah kamu berhenti menyalahkanku, bagaimana aku bisa tahu hari ini istrimu akan datang kemari untuk melakukan pemeriksaan kehamilan....kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan membiarkannya melihatku....aku sedang bersembunyi di kamar mandi....."

Setelah beberapa saat, suara wanita itu tiba-tiba berubah menjadi sedikit tidak senang dan berkata dengan manja: "Aku sudah mengatakannya aku bukan melakukannya dengan sengaja..... kenapa Tuan Muda Qiao sangat pilih kasih, biarpun dia adalah istrimu.....anak di perutku ini adalah putramu, seorang anak laki-laki loh....belum tentu dia bisa melahirkannya...."

Meskipun Susi tidak sering mendengar suara ini, tapi juga pernah mendengarnya beberapa kali, itu adalah suaranya Fanny, wanita yang sudah berhubungan dengan Henry Qiao selama bertahun-tahun.

Susi mengepalkan tangannya dengan erat, dia sangat marah hingga air matanya hampir mengalir.

Suara di toilet sebelah masih terdengar: "Tuan Muda Qiao.... apakah nanti aku boleh pergi menemuimu? Kamu juga sudah lama tidak membelai putramu, putramu sudah sangat merindukanmu, baik, kalau begitu aku akan kesana setelah istrimu pulang ....."

Susi keluar dari toiletnya denagn sangat marah, lalu dia berjalan ke WC sebelah dan menendang pintunya.

Suara 'bam' terdengar, Fanny yang berada di dalam ketakutan hingga terdiam.

Setelah beberapa saat, dengan hati-hati Fanny membuka pintu, saat dia melihat yang berada di depan pintu adalah Susi , wajahnya langsung berubah, Fanny melihat Susi sambil berkata dengan terbata-bata:"Nona.....Susi."

Susi melihat Fanny dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

Akhirnya, tatapan matanya berhenti pada perut Fanny yang sedikit menonjol, wanita yang bernama Fanny ini sedang hamil, kelihatannya dia sudah hamil empat bulan, sangat bagus!

Susi menggeretakkan giginya , dia berusaha mengendalikan amarahnya, agar dirinya tidak menendang perut Fanny.

Melihat Susi menatap perutnya Fanny langsung melindungi perutnya dengan kedua tangannya, lalu dia berkata dengan sedikit panik: "Nona, Susi, tolong jangan salah paham, anak ini bukan milik Tuan Muda Qiao.....benar-benar bukan...."

"Akan lebih baik jka benar-benar bukan." Susi membalikkan badannya dan berjalan keluar dari kamar mandi.

Melihat Susi keluar dari kamar mandi dengan marah, Nyonya Qiao segera menghampirinya dan bertanya: "Susi, ada apa? Apa yang telah terjadi?"

Langkah kaki Susi berhenti, kedua matanya yang memerah menatap Nyonya Qiao lalu dia menunjuk ke arah kamar mandi: "Ibu, cucu kandungmu ada di dalam, kamu masuk dan rasakan sendiri."

"Apa? Apa maksudmu?" Nyonya Qiao bertanya dengan heran.

Tapi Susi malah membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju lift.

Nyonya Qiao melihat Susi yang pergi dengan marah lalu melihat kearah kamar mandi, sesaat dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia terdiam sesaat, akhirnya dia pergi mengejar Susi. Hanya saja saat dia sampai di depan pintu lift, pintu lift sudah tertutup dan mulai berjalan turun.

Nyonya Qiao panik dan tidak tahu harus berbuat apa, setelah mondar mandir dua kali didepan pintu lift akhirnya dia menelepon Henry Qiao, dia menelepon Henry berkali-kali tapi tidak di angkat, akhirnya di naik lift ke lantai paling atas.

Saat Nyonya Qiao sampai di lantai paling atas, sekertaris memberitahunya Henry Qiao sedang rapat, tapi dia tidak berpikir panjang dan langsung menerobos masuk ke ruang rapat dimana Henry Qiao berada dan memberitahunya Susi hilang.

Saat mendengar Susi hilang Henry membuang dokumen yang berada di tangannya dan langsung keluar dari ruang rapat.

-----

Setelah keluar dari rumah sakit Susi tidak berjalan terlalu jauh, tapi dia mencari sebuah pojokan dan duduk di sana.

Dia bersandar di dinding dan menarik nafas beberapa kali, dengan tidak mudah akhirnya dia perlahan-lahan mulai tenang. Tapi dia yang sudah tenang, tidak dapat menghentikan bayangan Fanny dan perkataan Fanny saat dia menelepon Henry Qiao tadi untuk muncul di dalam otaknya

Setiap kalimat, menancap di dalam hatinya.

Tanpa sadar dia mengenggam perutnya yang masih datar, dia sangat marah hingga menggeretakkan giginya

Agar dirinya tidak emosional, Susi memejamkan kedua matanya lalu menarik nafas yang dalam, dia berusaha memadamkan amarah yang ada di dalam hatinya

Tak disangka dirinya masih berharap Henry Qiao bisa berubah, dan akan benar-benar memutuskan hubungan dengan semua wanita diluar sana? Watak seseorang sulit diubah, apakah dirinya masih tidak tahu Henry Qiao orang seperti apa? Menunggunya berubah? Dirinya sungguh berimajinasi terlalu tinggi!

Tapi jika Fanny sudah melahirkan putranya, kenapa Henry masih mengurungnya, dan memaksanya melahirkan anaknya?

Kenapa dia bisa sangat egois dan semena-mena seperti ini?

-----

Henry Qiao mencari Susi seharian tapi tidak dapat menemukan keberadaan Susi, dirinya mulai merasa panik.

Henry sangat memahami sifat Susi, jika dia mengatakan akan mengugurkan anak ini dia pasti bukan sedang menakutinya, dia benar-benar berani melakukannya!

Jika Susi benar-benar menggugurkan anak ini, bukankah semua usahanya dalam satu bulan ini akan menjadi sia-sia? Dan penderitaan Susi selama satu bulan ini juga akan menjadi sia-sia?

Biarpun dia sangat tidak ingin menghubungi Claudius Chen, tapi demi mencari Susi, dia tetap menghubungi Claudius Chen.

Teleponnya tersambung dengan sangat cepat, suara Claudius Chen yang mengejek terdengar dari balik telepon: "Apakah Tuan Muda Qiao sudah berpikir jernih, sudah memutuskan akan menyerahkan diri?"

Henry Qiao sedang tidak ingin berdebat dengannya, dia langsung berkata tanpa basa-basi: "Bisa bantu aku mencari Josephine Bai?"

Claudius Chen bertanya dengan was-was: "Untuk apa kamu mencarinya?"

"Tenang saja, aku mencarinya bukan untuk membuat perhitungan dengannya."

"Kalau begitu tidak perlu lagi."

"Aku mencari Susi." Henry Qiao berkata sambil menggertakkan gigi.

"Susi?" Claudius Chen semakin tidak mengerti, lalu menggelengkan kepala dan berkata: "Kalau begitu kamu lebih tidak perlu mencari Josephine lagi, hari ini Josephine bersamaku seharian, dia tidak bertemu dengan Susi sama sekali."

"Benarkah?"

"Atas dasar apa aku harus mengulangi perkataanku dan menjamin kepadamu bahwa itu benar?" Claudius Chen sengaja tidak menjelaskan, lalu dia kembali berkata: "Aku tutup dulu teleponnya."

Selesai mengatakannya, Claudius menutup teleponnya dengan tidak sungkan.

"Telepon dari Henry Qiao? Ada apa?" Josephine Bai yang berada di sebelah menjadi penasaran karena mendengar nama Susi.

Belakangan ini dia tidak dapat menghubungi Susi, saat dia pergi ke kediaman Qiao satpam juga tidak mengizinkannya masuk, mereka hanya memberitahunya Susi sedang menjaga kehamilannya di dalam rumah, Josephine sedang mengkhawatirkan bagaimana cara dia menghubungi Susi.

Claudius Chen meletakkan HPnya di samping, lalu berkata: "Henry Qiao mencari Susi hingga mencarimu, tapi aku sudah memberitahunya Susi tidak menghubungimu."

Henry Qiao sedang mencari Susi? Kelihatannya tidak terjadi sesuatu pada Susi seperti yang Anggie Yao katakan.

Memikirkan hal ini, tanpa sadar Josephine Bai menghela nafas, akhirnya dia dapat merasa lega.

"Tidak tahu dimana Susi sekarang?" Josephine mengela nafas dengan pelan.

"Susi adalah orang dewasa, tidak akan menghilang tanpa sebab, kamu jangan khawatir." Claudius Chen menepuk pundaknya lalu mengambil HPnya dan naik ke atas.

Claudius Chen buru kembali ke ruang baca dan duduk, teleponnya kembali berdering, dia mengambil HPnya dan mengangkatnya. Yang membuatnya heran adalah, suara di balik telepon adalah suara Susi.

"Tuan Muda Chen, apakah sekarang kamu ada waktu?" suara Susi sedikit serak.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu