Istri ke-7 - Bab 109 Berpisah untuk beberapa saat (3)

Sampai pesawat sudah mau lepas landas, dan pramugari mulai mengingatkan semua penumpang harus memakai sabuk pengaman dengan suara lembut, Claudius baru melepaskan Josephine, dan Josephine pun merasa bibirnya terasa sakit.

Ciuman yang awalnya bermula hanya untuk mengejek Vincent perlahan berubah menjadi hukuman untuk Josephine, Claudius tetap merasa lumayan puas.

Josephine dicium sampai tidak bisa bernafas, wajahnya memerah karena malu, meskipun mereka sudah menikah selama lebih dari setengah tahun, dan sudah melakukan banyak hal, tapi di area publik berciuman sampai seperti ini adalah pertama kalinya, pantas saja Josephine hanya ingin mencari tempat bersembunyi.

Meskipun tadi dia menang, tapi hati Claudius merasa tidak senang, karena ada satu kalimat Vincent yang menusuk pas dihatinya, kalau di hati Josephine ada dirinya, dia tidak usah melakukan apapun untuk membuat Josephine tinggal disisinya.

Tapi situasi sekarang adalah, tidak peduli apa yang dia lakukan, Josephine tetap mau pergi dari sisinya.

Josephine menganggap dia adalah seseorang yang kejam, orang yang berani melakukan apapun demi mencapai tujuan yang dia inginkan, Josephine tidak menginginkan posisi Nyonya muda keluarga Chen yang diinginkan berjuta-juta wanita, Josephine berkata dia tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan Claudius, Josephine berkata dia mau pergi.

Tiba-tiba Claudius merasa, sebenarnya dia tidak lebih baik dari Vincent, bahkan lebih parah, karena dia mendapatkan orangnya, tapi tidak berhasil mendapatkan hatinya.

Claudius berpaling membantu Josephine memakai sabuk pengaman, kemudian tubuhnya kembali ke tempatnya dan bersandar ke punggung kursi kemudian menutup mata.

Mulai dari Claudius melepaskannya, Josephine meringkuk di sudut seperti orang bodoh, bahkan sabuk pengamannya dipakaikan oleh Claudius, melihat Claudius menutup mata, dia baru perlahan-lahan menghela nafas lega.

Josephine melihat perubahan ekspresi Claudius tadi, juga mengerti Claudius pasti akan memikirkan perkataan Vincent, untung saja Claudius tidak terus marah dan membalasnya.

******

Begitu Josephine terbangun dari tidurnya, mereka sudah sampai di Jakarta.

Josephine dibangunkan oleh suara keras pesawat mendarat, setelah bangun dia baru sadar dia sedang bersandar di bahu Claudius, dan kedua tangan Claudius sedang memegang satu dokumen yang sedang dia baca dengan serius.

Dia terlihat sangat sibuk, setiap saat sedang memikirkan urusan pekerjaan.

Josephine menyentuh bibirnya sendiri, untung saja tidak mengeluarkan air liur. Supaya tidak mengganggu Claudius bekerja, Josephine dengan hati-hati mengangkat kepalanya dari bahu Claudius, kembali ke kursinya.

"Sudah bangun?" Claudius bertanya tanpa melihatnya.

Josephine merasa sedikit malu dan mengiyakan.

"Sudah sampai, siap-siap turun pesawat." Claudius menyimpan dokumen-dokumen yang ada di lututnya, bersiap-siap turun pesawat.

Ketika mereka bersama keluar dari pesawat, Claudius sambil berjalan sambil menelepon Sam, kemudian berpaling melihat Josephine dan bertanya: "Shella Bai, aku bertanya sekali lagi, kamu sudah pasti mau pergi?"

Josephine mengangguk: "Iya." Sikapnya pasti, sama sekali tidak berpikir sebelum menjawab.

Claudius mengangguk, wajahnya terlihat sedikit gelap, namun tidak berkata apa-apa.

Saat ini juga, di pintu keluar terdengar suara bahagia Fransiska: "Shella, disini, disini...."

Josephine mendongak mengikuti arah suara, dia pun melihat Fransiska yang sedang melambaikan tangannya di antara sekelompok orang, di dalam hatinya, Josephine tersenyum pahit, Fransiska datang dengan tepat waktu.

Tidak menunggu Josephine keluar pintu, Fransiska sudah berjalan ke arahnya dan menyambutnya, dengan ekspresi sudah lama tidak bertemu menyambut Josephine kemudian mengamatinya dan tersenyum bahagia: "Sudah lama tidak berjumpa, anak perempuan kesayanganku dan cucu kesayanganku makin gemuk."

Menghadapi Fransiska yang pura-pura ramah, meskipun bulu kuduk Josephine berdiri, namun dia tetap berusaha tersenyum menyambut Fransiska.

Setelah Fransiska selesai menyapa Josephine, dia pun berkata kepada Claudius: "Tuan muda Chen, sudah lelah sepanjang perjalanan ini?"

"Perjalanan selama 2 jam, tidak lelah." Setelah Claudius menjawab Fransiska, dia pun melirik Josephine dan berkata: "Ibu, Shella berkata dia ingin pulang ke rumah untuk menjaga bayinya, lagi-lagi membuat repot ibu untuk menjaga dia."

"Tentu saja" wajah Fransiska penuh dengan kebahagiaan, dia merangkul lengan Josephine dan berkata: "Tuan muda Chen tenang saja, aku pasti akan merawat Shella dan cucu kecilku dengan baik."

"Maaf merepotkan." Kemudian, Claudius berpaling ke Josephine: "Aku pergi dulu."

Josephine merasa matanya memanas, dia pun menunduk: "Baik."

Ketika dia mengangkat kepalanya, Claudius sudah melangkah ke arah pintu keluar. Tubuhnya tinggi langsing, langkahnya stabil, punggungnya yang elegan perlahan-lahan bersatu dengan sinar matahari yang masuk dari pintu, dan menghilang dengan cepat.

"Kenapa? Begitu tidak rela?" Terdengar suara ejekan Fransiska dari samping.

Josephine kembali dari lamunannya, dan membantah: "Tidak."

"Jelas-jelas ada." Fransiska melihat ekspresi mata Josephine yang tidak sempat disembunyikannya, berkata dengan nada kesal: "Aku peringatkan kamu, dia adalah lelaki milik kakakmu, kamu jangan ada perasaan aneh kepadanya......"

Kalimat ini sudah dikatakan Fransiska beratus-ratus kali, Josephine juga sudah malas mendengarnya, tidak menunggu Fransiska selesai bicara, Josephine langsung berjalan ke arah toilet di samping.

Claudius berjalan keluar dari bandara, ketika dia berdiri di tempat penjemputan, Vincent Lee juga sedang disana menunggu jemputan.

Tatapan mereka bertemu, di mata Vincent sangat jelas terlihat ejekan, Claudius menghindari tatapannya seperti tidak melihatnya, menunduk melihat jam tangan.

"Abang sepupu, mana kakak ipar? Kenapa tidak bersamamu?" Vincent tadi dipermalukan olehnya, sekarang mana mungkin melepaskan kesempatan untuk balas dendam?

Claudius tersenyum ringan: "Dia tiba-tiba ingin pulang beberapa hari."

"Takutnya bukan cuma beberapa hari."

"Siapa tahu, asalkan dia senang."

"Abang sepupu....." Vincent tersenyum misterius: "Kali ini kakak ipar pulang, takutnya tidak mudah untuk kembali lagi ke rumah keluarga Chen?"

Disaat ini, mobil Sam tepat berhenti di depan Claudius, Claudius pun melangkah ke depan dan membuka pintu mobil, sebelum naik ke mobil dia berpaling melihat Vincent, dengan serius berkata: "Dia selamanya adalah istriku, kalau Tuan muda Lee sadar, tolong jangan berharap lagi, kalau tidak akibatnya akan lebih parah dari proyek taman bunga Flower's Garden."

Kemudian, Claudius pun naik ke mobil.

Vincent Lee juga masuk ke mobilnya sendiri, ejekan di dalam hati melewati tenggorokannya dan keluar: "Claudius Chen, kamu sampai mati pun tidak akan tahu kalau hari ini mungkin adalah terakhir kalinya melihat dia?"

"Direktur Lee, apa yang anda katakan?" supir melihat Vincent dari kaca belakang dan bertanya.

"Tidak ada apa-apa." Vincent menggelengkan kepalanya, kemudian menyimpan ekspresi kemenangan di wajahnya.

*****

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu