Istri ke-7 - Bab 113 Hilangnya Josephine (4)

Di dalam tangga darurat terdengar suara panik Fransiska yang marah. "Summer, kau ke lantai 7, aku ke lantai 6, kalau tidak ketemu kubunuh kau!"

"Aku mengerti, nyonya!" Rintih Summer.

Fransiska akan ke lantai 6, dan lagi ia akan segera sampai!

Kepala Josephine kosong, ia melihat ke kanan dan kiri, akhirnya ia berusaha keras berlari ke toilet di sebelah kiri.

Ia tidak memilih toilet wanita, tapi toilet pria di sampingnya, karena saat ini ia merasa toilet pria mungkin sedikit lebih aman.

Sesuai dugaan, baru saja ia masuk ke toilet pria, Fransiska datang, sambil mendorong pintu toilet wanita, ia berteriak memanggilnya, tak lupa menggunakan intonasi yang mengancam, "Wanita brengsek, jangan cari masalah, dengar tidak? Kalau kau tidak keluar juga jangan salahkan aku kalau aku kasar kepadamu!"

Josephine mengarah ke dalam pelan-pelan, sambil menutup mulutnya agar suara tangisannya teredam, kemudian, tubuhnya menabrak seseorang.

Ia yang dari awal sudah tak kuat menopang tubuhnya itu pun seketika lemas, hampir saja terjatuh.

"Nona, apa kau baik-baik saja?" Kata suara pria yang terdengar dari atas kepalanya. Sebelah tangan pria itu menopang tubuh Josephine, tangan satunya menutup keran air.

Josephine berusaha keras mengangkat kepalanya dan melihat pria di depan matanya, namun badannya tidak kuat menopang dan meluncur ke bawah, ia melihat kemeja putih pria itu, terlihat bahwa ia adalah seorang dokter.

"Kumohon tolonglah aku…" Kata Josephine, ia sudah tak peduli apakah ia mengenal pria itu atau tidak, ia hanya tahu pria itu adalah seorang dokter, mungkin ia bisa menolongnya.

Ini adalah harapan terakhirnya, setelah ini entah dirinya masih bisa bertahan berapa lama, masih bisa meminta tolong pada siapa.

"Bagaimana aku harus menolongmu?" Tanya pria itu dengan sama sekali tidak panik.

"Jangan biarkan mereka merebut anakku… Kumohon tolong aku…" Kata Josephine, ia terlalu kesakitan, ia bisa merasakan anak di perutnya sedang tak sabar untuk keluar.

"Ah… Tak bisa… Anakku sudah akan lahir…!" Kata Josephine tak kuat lagi dan menangis, sambil menangis ia merengek dan memohon, "Tolong aku…"

Pria itu akhirnya mengerti, ia mengambil ponsel dari saku jasnya, dan menekan tombol angka.

Tak lama, beberapa suster datang mendorong ranjang pasien, Josephine dibopong naik ke atas ranjang.

Josephine terus meremas erat ujung pakaian pria itu, bahkan saat ia diangkat ke atas ranjang pun ia tak melepaskannya, ia dengan mata berkaca-kaca memandang pria itu, karena ia berdiri di depan jendela dan melawan arah cahaya, dengan berlinang air mata Josephine tak bisa melihat rupanya dengan jelas, hanya melihat samar-samar postur tubuhnya yang tegap, dengan kharisma yang tidak biasa.

"Tolong bantu aku menyembunyikan anak ini," katanya tersengal-sengal.

"Tenang saja, aku pasti membantumu," ujar pria itu tetap dengan nada tenang.

Setelah itu, Josephine dibawa keluar dari toilet menuju ke ruang persalinan terdekat.

*****

Saat ini juga Claudius sedang rapat, kepala divisi pengembangan sedang mempresentasikan ide proyek pengembangan baru, ia telah menanyakan pertanyaan yang sama 3 kali pada Claudius namun tetap tidak mendapatkan jawaban.

Pandangan para pemuda itu perlahan terpusat pada Claudius, Asisten Yan di sebelah Claudius berdehem pelan, lalu menunduk sedikit. "Tuan Chen, Direktur Lin sedang bertanya pada anda."

Claudius melamun di tengah pekerjaan, kejadian ini sepertinya sangat jarang ditemui.

Claudius kembali sadar, ia memandang sekitar. "Maaf, sampai mana barusan?"

"Uh… Tuan Chen apakah anda tidak enak badan? Apakah kita lanjutkan lain kali saja diskusi ini?" Kata Direktur Lin dengan sopan.

Awalnya ia kira Claudius akan menggeleng dan mengatakan tidak perlu, bagaimanapun, begini baru sesuai dengan sikap kerja Claudius biasanya, tak disangka ia malah menutup map dokumen di depannya lalu memberikannya pada sekretaris dan berkata, "Kalau begitu kita diskusikan lain kali saja, rapat dibubarkan."

Seelah sekretaris mengumumkan pembubaran rapat, anggota rapat pun satu per satu berdiri dan meninggalkan ruangan.

Joshua datang dan mengamati wajah Claudius, lalu berkata, "Kak, kau baik-baik saja?"

"Iya," jawab Claudius lalu melihatnya, "Joshua, aku berencana menyerahkan tanggung jawab proyek ini padamu sepenuhnya, ingat, awasi baik-baik."

"Akan kulakukan, kakak tenang saja."

"Baguslah," ucap Claudius lalu bangkit dan pergi dari ruang rapat.

Claudius kembali ke kantornya, Asisten Yan mengikuti di belakangnya, melihat Claudius telah kembali ke tempat duduk, baru ia berkata, "Tuan Chen, beberapa hari ini hati anda tidak tenang, karena hari perkiraan lahir nyonya muda sudah tiba bukan?"

Claudius memandangnya. "Apakah aku begitu?"

"Tentu saja, lagipula semakin lama semakin parah."

Claudius menghirup napas. "Hari ini aku tanya Pengurus He, katanya hari perkiraan lahirnya masih 1 minggu lagi."

Sebenarnya ia bisa merasakan dirinya memang tidak merespons seperti biasa beberapa hari ini, ia juga terpaksa mengakui hal ini terjadi karena Josephine.

Ia tak ingin mengakui, karena ia tak percaya dirinya bisa-bisanya gagal dalam hal seperti ini. Awalnya ia berpikir 4 bulan adalah waktu yang cukup untuk melupakannya, tak disangka 4 bulan sudah berlalu, ia tak hanya belum sepenuhnya melupakannya, sebaliknya dengan bertambah dekatnya hari perkiraan lahir bayinya, hatinya semakin resah, semakin tidak tenang.

Apakah karena anak? Karena dalam tubuh anak itu mengalir darah Claudius?

Misalkan tidak ada anak itu, perasaannya pada Josephine tak akan melekat seperti ini, ia tak akan terkena pengaruh Josephine.

"Hari perkiraan lahir itu hanya sebuah perkiraan, biasanya bisa lebih awal," kata Asisten Yan.

"Oh ya," kata Claudius lalu berpikir sejenak, saat ia barusan ini keluar dari ruang rapat ia merasakan jantungnya seperti tertusuk, apa mungkin karena… Sudah lahir?

Tetapi pagi ini Pengurus He memberitahunya, Josephine keluar berolahraga, Claudius pun berkata pada Asisten Yan, "Tolong telepon dan tanyakan, bagaimana keadaannya sekarang."

"Baik, akan kulakukan sekarang juga," katanya mengangguk lalu pergi.

*****

Setelah mencari berputar-putar Fransiska kembali ke kamar pasien, ia sudah marah hingga hampir meledak, ia telah menelepon ponsel Josephine namun tetap tidak diangkat. Summer ketakutan karena amarah Fransiska hingga ia tidak berkutik, tetapu ia masih menenangkannya dengan berhati-hati. "Nyonya, mungkin Josephine berjalan-jalan di bawah, sebentar lagi akan kembali."

Saat ia diam saja masih tidak apa, begitu ia bicara, Fransiska semakin murka, ia pun menampar Summer: "Jika dia tidak kembali sekarang juga, aku akan menguliti kulitmu!"

Summer dipukulnya dengan keras hingga air mata nya mengalir dengan deras.

Fransiska dengan marah berteriak kepadanya: " Membiarkanmu melihat satu orang saja tidak bisa, hanya bisa bermain handphone, kamu.....!" Dia menelan ludahnya dan menyimpan amarahnya, setelah kelelahan berteriak memarahinya, akhirnya Fransiska berhenti.

Summer menghapus airmatanya dan berkata: "Karena Nona Kedua mengatakan dia sakit perut, membiarkan aku memanggil perawat datang, setelah aku tiba di ruangan, nona kedua sudah hilang."

Summer tidak berani memberitahukan Fransiska bahwa perjalanan mencari perawat, dia melihat seorang nenek jatuh ke lantai, dia dengan baik hati memapah nenek itu kembali ke ruangannya,setelah itu nenek itu tidak membiarkan nya pergi, dan dengan paksanya ingin mengenalkan cucunya kepadanya, dan juga memberitahukan kekayaannya yang dia miliki, agar Summer bisa mempertimbangkannya.

Tidak mudahnya melepaskan diri dari nenek tua itu, disaat dia memanggil perawat untuk datang, Josephine Bai sudah melarikan diri.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu