Istri ke-7 - Bab 261 Ending 4 (3)

"Kamu tahu?"

Marco Qiao mengangguk, sebelumnya saat dia terpuruk, Belinda pernah memasak bubur ini untuknya, dia pun mengingat rasa ini.

Setelah dia memakannya, dia pun menatapnya lagi: "Kemarin bukannya sudah bilang, kakakku akan memanggil perawat untukku, kamu sudah hamil tidak perlu datang kesini lagi."

Asisten Yan pun berkata: "Lagipula sekarang aku tidak kerja aku sangat luang, dokter juga bilang setelah masa tiga bulan pertama kehamilan lewat, lebih baik bergerak secukupnya, kamu operasi saja dengan tenang, tidak usah pedulikan aku."

Marco melihatnya dan tidak berkata apapun lagi.

Jadwal operasi jam sepuluh pagi, Belinda Yan pun mengantar Marco Qiao hingga ke depan pintu ruang operasi.

"Semangat ya." Belinda Yan pun memberi isyarat semangat kepadanya.

Marco pun tersenyum kepadanya: "Oke."

"Apakah perlu aku beri kamu kekuatan?" Belinda Yan tersenyum.

"Bagaimana caranya?"

"Kita salaman." Asisten Yan pun mengulurkan tangannya, Marco Qiao menyalaminya dan tersenyum: "Makasih."

Marco Qiao pun didorong oleh perawat ke dalam, Belinda Yan tetap berdiri ditempat.

Henry Qiao melihat Belinda Yan yang tidak bergerak sama sekali pun berkata: "Sejak kapan kamu dan Marco sedekat ini?"

Belinda Yan pun melihatnya: "Aku juga tidak tahu, semakin lama aku semakin dekat dengannya."

"Pantasan dia sibuk mau cepat-cepat operasi." Henry Qiao tersenyum lalu membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam ruang operasi.

Di depan ruang operasi pun menjadi hening, hanya tersisa Belinda Yan seorang. Dia membalikkan badan dan duduk di atas kursi, menunggu Marco.

Setelah menunggu dua jam, Marco akhirnya didorong keluar.

Kedua mata Marco terpejam, dia masih belum sadar.

Perawat mendorong Marco dan melewatinya, Belinda Yan melihat Henry sedang berjalan keluar sambil mengobrol dengan seorang dokter luar negeri. Dia tidak berani kesana dan hanya bisa menatap mereka melewati dirinya.

Setelah mengantar dokter itu ke ruang ganti, Henry Qiao pun membalikkan badan dan menatap Belinda Yan: "Asisten Yan kenapa masih belum pulang?"

"Aku ingin tahu operasi Marco Qiao berhasil atau tidak." Belinda Yan panik.

Henry Qiao pun berkata: "Operasinya sukses, tapi proses pemulihan akan sangat menderita, Marco belum tentu bisa bertahan."

Mendengar operasinya sukses, Belinda Yan akhirnya merasa lega, dan dia pun tersenyum: "Tenang saja, dia pasti bisa bertahan."

"Kamu yakin sekali?" Henry Qiao mengerutkan alisnya: "Kamu lebih mengerti adikku daripada aku?"

"Dia memang adikmu, tapi tidak lama lagi dia akan jadi suamiku." Kata Belinda Yan.

Pandangan Henry Qiao kepada Belinda Yan terdapat rasa ketakjuban.

-----

Saat Belinda Yan bertemu dengan Marco Qiao, itu sudah dua jam setelahnya lagi.

Efek obat-obatan di tubuh Marco sudah hilang, Marco pun sudah tersadar, saat dia membuka mata dan melihat Belinda Yan berada di sampingnya, dia pun merasa sedikit terharu.

"Kenapa kamu masih belum pulang?" Katanya sambil menatap Belinda Yan.

"Tungguin kamu." Kata Belinda Yan.

"Aku sudah bilang butuh waktu lama untuk menungguku bangun, tidak usah menungguku."

"Operasimu berpengaruh denganku dan masa depan anakku, bagaimana mungkin aku tidak tunggu?" Belinda Yan sengaja berkata: "Kalau tuan muda Qiao bilang operasimu gagal, aku juga bisa langsung pergi ke ginekologi."

"Untunglah kakak bilang operasiku sukses."

"Iya, nasibmu lebih beruntung dariku." Belinda Yan tersenyum.

"Sepertinya kamu kecewa?"

"Tidak kecewa, karena tuan muda Qiao sudah bilang, proses pemulihan yang paling sulit masih menunggumu." Kata Belinda Yan sambil tersenyum.

"Menurutmu aku tidak bisa bertahan?"

"Bukan hanya aku, tuan muda Qiao juga berpikir kamu tidak akan bertahan." Belinda Yan lalu mengelus perutnya dan berkata: "Lalu dia, mungkin dia juga tidak optimis denganmu."

Pandangan Marco Qiao pun beralih ke perutnya, dan menggelengkan kepalanya menyindir dirinya sendiri: "Ternyata di mata kalian aku adalah pria yang begitu lemah."

"Makanya? Bukankah kamu seharusnya memberi kesan terbaik buat anak kita?" Kata asisten Yan.

Marco Qiao mengangguk: "Aku pasti bisa."

Melihat keteguhan hatinya, Belinda Yan pun akhirnya tersenyum puas.

-----

"Tuan muda Chen, tuan Chen sudah datang." Asisten Yan membuka pintu dan berjalan masuk.

"Suruh dia masuk." Kata Claudius.

Tuan Chen pun berjalan masuk, berdiri di depan meja kerja Claudius dan menyodorkan sebuah berkas di hadapannya: "Tuan muda Chen, ini berkas kasus kecelakaan nenek."

"Ada kemajuan?" Claudius menatapnya.

"Maaf, ini salahku, aku telah mengundur lama." Tuan Chen pun menunduk dan merasa bersalah, dia sudah menggunakan banyak waktu untuk memeriksa kasus ini, tentu saja dia merasa tidak enak.

Claudius pun membuka dokumen itu, tuan Chen berkata: "Orang ini adalah supir yang menabrak nenek, dia jujur kalau dia diperintah Aldo Shen, dan tujuan Aldo Shen bukan sekedar menakut-nakuti nenek, tapi ingin membunuhnya."

Mendengar perkataan tuan Chen, genggaman Claudius semakin erat, dokumen yang ada ditangannya pun menjadi berkerut.

"Orang itu sudah dikontrol, kapan saja bisa langsung diserahkan ke polisi."

Claudius terdiam sejenak lalu mengangguk: "Baik, jaga dia dengan ketat."

"Baik." Setelah itu tuan Chen bertanya: "Apakah tuan muda Chen masih ada urusan lain?"

Claudius pun berpikir-pikir lalu mengembalikan dokumen itu kepadanya: "Segera antar dokumen ini ke tangan Aldo Shen."

Tuan Chen kaget dan tidak mengerti: "Kenapa?"

"Tidak kenapa, aku ada rencanaku sendiri." Claudius berkata: "Kamu awasi dia dengan baik."

Tuan Chen pun menuruti perintahnya.

-----

Seperti yang telah ditebak oleh Claudius, belum sampai jam pulang kerja Aldo Shen pun datang ke hadapannya.

Tanpa banyak kata-kata, Aldo Shen pun langsung menyodorkan surat penyerahan saham kepadanya, lalu memasang ekspresi datar: "Ini semua sahamku di perusahaan Chen."

Claudius melihat surat penyerahan saham itu, lalu menatapnya: "Kamu yakin ingin menjual semua sahammu kepadaku? Oke, aku beritahu ya, kita perhitungkan satu persatu, aku sudah berjanji kepada Mike Shen kalau kamu menyerahkan semua saham kepadakku, aku akan melepaskan perusahaan Far & Wide. Tapi kasus kecelakaan nenek ini tidak termasuk dalam persyaratan itu, oleh karena itu kamu tetap harus bertanggung jawab menjadi tersangka dalam kasus ini."

"Kamu...!" Aldo Shen emosi: "Kalau begitu, ngapain kamu memberi dokumen itu lagi kepadaku?"

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu