Istri ke-7 - Bab 78 Tidak Berdampak (3)

Dipikir-pikir, dia juga sudah lumayan lama tidak bertemu dengan Shella. Dia tidak tahu persiapannya sudah sampai mana, waktu 3 bulan sepertinya akan tiba sebentar lagi.

“Ternyata kamu punya kebiasaan untuk menulis diary?” terdengar suara ledekan dari belakang Josephine. Josephine terkejut, dia menutup laptopnya dan berbalik badan melotot orang tersebut.

“Mengapa begitu panik? Bukankah hanyalah diary biasa saja?” Claudius melirik laptop yang telah ditutup Josephine.

Lagi pula bukan menulis surat cinta, mengapa punya reaksi sebesar itu?

Josephine lega, Claudius hanya melihatnya sedang menulis diary, dan tidak melihatnya mengirimkan file tersebut.

Josephine sengaja menaikkan alisnya, dan berkata : “Tuan Muda! Apakah kamu bisa mengetuk pintu sebelum memasuki kamarku?”

“Aku sudah mengetuknya berkali-kali, kamu sendiri yang tidak mendengarnya.” Claudius berkata serasa tidak bersalah : “Lagipula aku memasuki kamarku sendiri, apakah aku masih harus mengetuk pintu?”

“Sekarang aku yang sedang tinggal didalam kamar ini, jadi setiap kali kamu ingin masuk maka kamu harus mengetuk pintu.”

“OK, lain kali aku akan mengetuk pintu dengan keras.” Claudius berjalan kearah kursi dan mendudukinya.

Josephine tanpa sadar dan bergeser kesamping, lalu melirik Claudius : “Ada apa? Apa yang kamu inginkan?”

“Nenek memarahiku karena tidak menemanimu, aku terpaksa dan hanya bisa naik saja.” Claudius berbalik meliriknya : “Kenapa? Kamu tidak suka?”

“Apakah masih perlu ditanyakan? Tentu saja tidak suka.”

“Baik, kalau begitu aku pergi sekarang.” Sehabis berkata Claudius berdiri dari atas kursi.

Melihatnya akan pergi, Josephine malah merasa sedikit enggan dirinya pergi, dia lalu menarik lengannya.

Setelah menariknya, Josephine baru sadar bahwa dirinya mencari gara-gara lagi, apa yang sedang dirinya lakukan? Tidak rela Claudius pergi? Bagaimana bisa dia tidak rela lelaki yang tidak menganggapnya pergi?

“Itu......tolong tuangkan air untukku.” Josephine menunjuk gelas yang berada diatas meja dengan dagunya.

Alasan ini......sepertinya masih masuk akal.

Claudius melirik kearah yang ditunjuk, air didalam gelasnya memang sudah tinggal setengah, tapi......

“Kamu menyuruhku menuangkan air untukmu?” Claudius mengerutkan keningnya.

Beraninya dia.

Josephine juga merasa tidak mungkin, hal ini memang dikatakannya tanpa dipikir ulang, setelah dipertanyakan kembali, dia juga merasa dirinya mengatakan sesuatu yang luar biasa.

“Ada apa......tidak boleh?” Josephine hanya bisa berbalik bertanya.

“Menurutmu?” Claudius tersenyum : “Seumur hidup ini, aku hanya pernah menuangkan air untuk nenek.”

“Menuangkan air juga bukan hal yang melelahkan, kamu tinggal menuangkannya.” Perkataan ini bukan dikatakan oleh Josephine, tentu saja dia juga tidak punya nyali untuk berkata seperti itu.

Mereka menoleh bersamaan, dan melihat Nenek Chen masuk dengan ditemani oleh Pengurus He.

“Nenek.” Josephine langsung menganggukkan kepalanya dengan sopan.

Nenek Chen meliriknya, dan berbalik menatapi Claudius : “Meskipun melakukan sesuatu harus mengikuti prinsip, tapi sekali-kali tidak mempedulikannya juga tidak apa-apa, terlalu memperhatikannya malah akan membuatmu lelah.”

Meskipun dikeluarga Chen tidak ada kasus lelaki melayani wanita, tapi siapa suruh sekarang Josephine sangatlah penting, dia penting karena dalam perutnya masih mengandung keturunan keluarga Chen.

Claudius terkejut dan melirik-lirik Nenek Chen, ini tidak seperti kata-kata yang biasa dia ucapkan. Belakangan ini nenek benar-benar terlalu aneh.

Meskipun sikap Josephine baik, dia melakukan apa saja, dan pintar melayani orang. Tapi juga tidak akan secepat ini langsung berhasil menaklukan hati nenek.

Begitu besarkah pengaruh dari seorang wanita? Claudius tiba-tiba menyadari bahwa banyak hal yang dilakukan dirinya juga terpengaruhi oleh wanita ini.

Tidak dapat dipunkiri bahwa dia benar-benar mempunyai kemampuan ini.

Nenek Chen sengaja berbalik menceramahi Josephine : “Kamu juga, setiap hari selalu di kamar saja, Tuan muda menikahimu bukan untuk dijadikan hiasan.”

Josephine tercengang mendengar perkataan Nenek Chen, dia lalu bertanya : “Jadi maksud nenek adalah......”

“Tuan muda lelah setelah kerja semingguan, bukankah seharusnya kamu menemaninya jalan-jalan ketika weekend?” Nenek Chen sepertinya terlihat memberikan perhatian kepada Claudius, akan tetapi sebenarnya dia memberikan perhatian kepada Josephine.

Setelah pulang dari Surabaya, selain pergi menghadiri acara peninggalan Eddie, sisanya hampir semua waktunya dipakai untuk tinggal didalam kamar, jika seperti begini terus, dia pasti akan sakit.

Josephine tentu saja mengerti maksud dari Nenek Chen, dia diam-diam melirik Claudius dan tidak berkata apa-apa lagi.

Claudius takut Nenek Chen memaksanya untuk keluar bersama dengan Josephine, dai bergegas berkata : “Nenek, hari ini aku tidak bermaksud keluar dari rumah, aku ingin istirahat dirumah.”

“Dokter mengatakan kamu harus sering jalan-jalan biar tidak mudah kambuh.” Kata Nenek Chen.

Ini benar, dokter memang pernah menasehati Claudius agar tidak membuat dirinya terlalu lelah, harus sering keluar jalan-jalan, akan tetapi selama ini Claudius hanya tertarik dengan pekerjaan, dia hampir tidak pernah keluar jalan-jalan.

Jadi maupun demi Josephine dan anak dalam kandungannya ataupun Claudius, sangatlah diperlukan untuk mengusir mereka dari rumah.

“Pergilah, biarkan Wong mengantarkan kalian pergi jalan-jalan.” Nenek Chen menambahkan.

Nenek Chen terus berkata demi kebaikan Claudius, dia tidak bisa menolaknya, dia terdiam dan berjalan kearah pintu kamar.

Nenek Chen beralih menatapi Josephine : “Cepat pergi.”

Josephine bergegas mengikuti Claudius meninggalkan kamar.

Claudius sama sekali tidak tertarik untuk jalan-jalan, jadi ketika Pengurus Wang bertanya kepada mereka akan pergi kemana, dia hanya berkata : “Tidak perlu bertanya hal ini kepadaku.”

Pengrurus Wang beralih bertanya kepada Josephine, Josephine berpikir, memang tidak tertarik untuk jalan-jalan, lagipula tidak ada barang yang akan dibeli.

“Kalau begitu kita pergi ke seaworld saja.” Kata Josephine.

Dia pernah pergi ketempat itu bersama Vincent, tempat itu memang cocok untuk bersantai.

Melihat Claudius tidak menolaknya, Petugas Wang menyetir mobil kearah seaworld.

Seaworld berada di sebelah pantai barat, didalam sana lengkap dengan fasilitas hiburan, makanannya juga lengkap, yang main kesini rata-rata adalah pasangan, mereka semua bergandengan tangan, itu membuat Josephine sangatlah iri.

Hubungannya dengan Claudius yang seperti ini tidak cocok untuk datang ketempat seperti ini.

Tapi namanya juga sudah datang, mereka juga tidak bisa pulang begitu saja, disekitar mereka ada banyak gadis yang menoleh kepada Claudius, entah mereka mengenali Claudius apa tidak.

Untuk membuat para wanita itu putus asa, Josephine berjalan kesamping Claudius dan memegang tangannya.

Claudius meliriknya tapi tidak melepaskan tangannya.

Josephine lega, dia tersenyum dan bertanya : “Kita pergi main apa? Naik perahu? Tidak, aku takut aku akan muntah, atau kita pergi lihat pemandangan laut saja.”

Josephine merencanakannya sendiri, Claudius tetap tidak menolak, lagipula dia juga tidak tertarik dengan semua barang yang berada disini, terserah apa maunya Josephine saja.

Disaat mereka berdua melewati sebuah jalanan kecil dan tiba di sebuah lapangan kecil di seaworld, Josephine tiba-tiba terhenti.

Claudius menyadarinya, dia menoleh kearah Josephine dan melihatnya sedang menatapi sebuah dessert.

Josephine sudah lama sekali tidak makan es krim, dan ini adalah merek yang paling dia sukai, dia sedang bimbang apakah harus beli satu eskrim untuk dimakan.

Hanya satu eskrim saja sepertinya tidak ada dampaknya terhadap janin?! Dia berusaha untuk membujuk dirinya, tapi jika terjadi apa-apa, maka dia akan dendam kepada dirinya karena hanya karena sebuah eskrim.

“Kamu mau pergi beli atau tidak?” Claudius menatapinya, dia tidak mengerti sebuah es krim saja bisa membuatnya ragu-ragu begitu lama.

Josephine akhirnya memutuskan untuk menahannya.

Kebetulan disaat ini, seorang wanita hamil keluar ditemani oleh suaminya, dia sedang makan eskrim dengan bahagia.

Orang itu saja berani makan, dirinya juga ingin makan, akhirnya dia berhasil menemukan sebuah alasan untuk menasihati dirinya : “Aku mau makan.”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu