Istri ke-7 - Bab 85. Melarikan diri dari rumah sakit (1)

"Aku sudah bilang aku akan pergi jauh, selamanya tidak kembali ke Jakarta."

"Siapa yang percaya dengan omongan seperti ini?" Fransiska mengelilinginya dan berdiri di depan meja, mengambil cek yang ada di atas meja dan merobeknya, tersenyum sinis: "Uang dan aksesoris yang diberikan keluarga Chen untuknya jauh melebihi angka ini. Dan barang-barang itu seharusnya milik Shella, jadi cek ini tidak usah lagi."

"Fransiska." William mengerutkan keningnya dan memanggil Fransiska.

Fransiska tersenyum sinis: "Kenapa? Kamu kasihan? Kamu kasihan apa kepada orang luar?"

William tidak berdaya, dia hanya bisa terdiam.

Fransiska pun berbalik kembali menghadap Josephine, berkata: "Kamu jangan coba-coba merencanakan yang aneh-aneh lagi, besok ikut aku ke rumah sakit untuk menggugurkan kandunganmu, kalau tidak kamu tunggu saja, menunggu membereskan jasad adik kesayanganmu itu, jaman sekarang begitu banyak kecelakaan medis, ingin dia mati sangat mudah."

Josephine menutupi mulutnya dengan sedih, dia menggigit telapak tangannya berusaha menahan air matanya, dia berbalik ke William, meletakkan harapan terakhirnya di tubuhnya.

"Ayah, apakah harus seperti ini kepadaku? Meskipun aku bukan anak kandungmu, dan hanya orang luar, juga tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti ini."

Meskipun William merasa ini terlalu kejam, tapi di depan istri dan anaknya, apa yang bisa dia lakukan?

Dia menutup matanya, berkata: "Dengarkan perkataan ibu tirimu, gugurkan kandunganmu, hidup dengan baik, kemudian cari lelaki baik dan menikahinya."

Harapan terakhirnya pun hilang.

Josephine akhirnya menangis, menatapi William dan berkata geram: "Kamu tidak pantas menjadi ayahku, mulai sekarang kalau aku memanggilmu 'ayah' maka aku bukan manusia! Binatang sama sepertimu!"

Kemudian, dia berbalik badan dan berlari keluar.

Mendengar Josephine memarahi ayahnya seperti itu, Fransiska pun emosi dan bermaksud pergi menghukumnya, tapi William berteriak ke arahnya: "Cukup!"

Langkah Fransiska terhenti, berpaling melihat William dengan ekspresi marah: "William Bai, apa maksudmu? Kamu mau mengakui kamu binatang?"

"Dia sedang emosi, biarkan dia marah, peduli begitu banyak untuk apa? Apakah kamu ingin memaksanya dan membuatnya tidak peduli apapun, kemudian membuat kita semua mati bersama?"

Apa yang dikatakan Josephine tadi benar, kalaupun dia bukan putrinya dan hanya orang luar, juga tidak seharusnya memperlakukannya seperti ini.

Setelah dimarahi seperti itu oleh William, kemarahan Fransiska pun mereda setengah, dia tentu saja tidak ingin memaksa Josephine sampai tidak mempedulikan apapun, kalau seperti itu, tidak hanya Shella tidak bisa menjadi Nyonya muda keluarga Chen, bahkan seluruh keluarga Bai juga akan hancur.

****

Claudius sibuk di kantor sampai jam 9 baru pulang, ketika melewati kamar Josephine, langkahnya terhenti, dia mempunyai keinginan untuk mengejeknya.

Setelah berhubungan lama, dia semakin merasa memainkan dia atau bertengkar dengannya lumayan menarik.

Namun, begitu teringat sikapnya kemarin malam, Claudius pun melepaskan keinginannya untuk masuk, perempuan yang tidak tahu berat atau ringan, kenapa harus dia yang duluan menghampiri Josephine, membuatnya senang?

Claudius pun kembali melangkah menuju kamarnya sendiri, Vina yang berpapasan dengannya tiba-tiba berkata: "Tuan muda, Nyonya muda hari ini pulang ke rumah, malam ini tidak akan kembali."

Claudius terkejut, berpaling melihat Vina: "Apa? Pulang ke rumah?"

Menurut pengetahuannya, Josephine sangat jarang pulang karena tidak akur dengan adik perempuannya, hari ini malah pulang ke rumah, terlebih lagi tidak berencana kembali.

"Benar, katanya pulang ke rumah dan tinggal selama setengah bulan."

Setengah bulan, sepertinya terlalu lama.

Claudius terdiam sejenak, mengangguk: "Baiklah." Kemudian mendorong pintunya dan masuk ke kamar.

Namun yang dia masuki bukan kamarnya, melainkan kamar Josephine.

Berdiri di tengah ruangan, dia melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang berubah, bersih dan rapi sama seperti biasanya. Dia melangkah ke lemari pakaian dan menarik pintu lemari, pakaian di dalam juga masih ada.

Tidak membawa apapun, sepertinya tidak akan pergi terlalu lama, namun hatinya samar-samar merasa kosong.

Apakah karena beberapa hari ini sudah terbiasa dengan keberadaannya, jadi ketika mendengar Josephine mau tinggal beberapa saat di rumahnya, dia merasa hatinya kosong?

Claudius menghela nafas, sangat tidak terbiasa dengan dirinya yang seperti ini.

Meskipun Josephine tidak ingin melihat Shella sedetik pun, tapi demi kehidupan Claudius di kemudian hari, dia tidak bisa tidak membiarkan Shella masuk ke kamarnya.

Shella duduk di atas kasurnya, bertanya dengan ekspresi serius: "Di buku harianmu kamu menulis penyakit Claudius bisa kambuh, bisa melukai orang, apa itu benar?" Matanya menyipit, melirik Josephine: "Kamu jangan membohongiku, kalau tidak aku tidak akan melepaskanmu."

"Aku tidak perlu membohongimu." Josephine bersandar di dinding dan membalikkan halaman majalah, tapi tidak konsentrasi terhadap isi majalah.

Shella menggumam dengan tidak senang: "Siapa tahu apakah kamu sedang menakutiku, membuatku tidak ingin kembali ke rumah keluarga Chen."

"Aku sudah bilang, aku tidak seperti keluargamu tidak tahu malu."

"Kamu....." Shella kesal, tepat ketika dia mau memarahi Josephine, dia pun teringat setengah bulan ini dia masih memerlukan Josephine untuk merubah dirinya, dia pun menahan diri.

Dia melembutkan nada suaranya dan berkata: "Kalau begitu biasanya kapan penyakitnya kambuh? Apakah sangat parah?"

"Ketika dia tidak enak badan, penyakitnya mudah kambuh, jadi kamu harus menjaganya dengan baik, kalau tengah malam penyakitnya kambuh, ingat tidak boleh menyalakan lampu, karena sinar lampu mudah merangsang sarafnya, membuatnya tidak bisa mengendalikan diri dan menyerang orang di sampingnya." Josephine berkata.

Shella mendengar Josephine berkata seperti itu, dia pun terkejut dan terdiam.

"Kalau begitu, ketika dia sakit aku harus bagaimana?"

"Menjaganya, menemaninya, jangan menunjukkan kalau kamu takut, kalau tidak dia akan merasa sedih." Josephine menggumam.

"Tidak boleh menunjukkan ketakutan? Mana mungkin?" Shella tidak berani mempercayainya dan berkata: "Aku baru mendengarmu bercerita saja sudah gemetaran, bagaimana mungkin tidak takut."

"Kalau takut, kenapa masih mau menikahinya?"

"Aku.....Ini urusanku." Shella menjawab dengan ketus.

Kadang-kadang kambuh tidak apa-apa, asalkan tidak seperti rumor sakit sampai tidak bisa turun dari kasur, terlebih lagi Claudius yang sakit.....Dia melihat sekali saja sudah jatuh cinta, lelaki sesempurna itu memiliki sedikit kekurangan juga tidak apa-apa.

"Oh iya, apakah rumor kalau dia tidak bisa hidup melebihi 30 tahun itu benar?"

"Tentu saja tidak benar, bukannya aku sudah pernah bilang?" Josephine berkata ketus.

Shella kesal dimarahi seperti itu, meliriknya: "Kenapa kamu emosi? Dia bisa hidup lewat 30 tahun atau tidak apa hubungannya denganmu?"

Kemudian, Shella tiba-tiba tersenyum: "Tapi, kalaupun benar juga tidap apa-apa, kalau Claudius mati, Nenek tua itu juga tidak hidup seberapa lama lagi, saat itu, seluruh keluarga Chen jadi milikku, membayangkan saja aku sudah senang."

"Kalau kamu mempunyai pemikiran seperti ini, maka kamu terlalu tidak berperasaan." Josephine tidak bisa menahan dan melempar majalah di tangannya, melihat Shella dan memarahinya: "Setelah kamu masih ke rumah keluarga Chen, Claudius adalah suamimu, bukannya kamu seharusnya menjaganya sepenuh hati, membuatnya bisa berumur panjang? Mana ada orang sepertimu, belum masuk sudah berharap orang lain cepat mati, kemudian meneruskan hartanya?"

"Kenapa kamu lagi-lagi emosi? Aku hanya sembarangan ngomong." Shella meliriknya: "Tentu saja aku juga berharap dia bisa sehat-sehat saja dan berumur panjang."

"Aku sudah tidak ingin mengobrol denganmu, keluarlah." Josephine menarik selimut dan menutupi tubuhnya sampai ke kepala.

Mendengar Shella berkata seperti itu, dia benar-benar marah, tentu saja lebih ke sedih, menyerahkan Claudius ke perempuan egois dan materialistik seperti ini, dia benar-benar tidak tenang!

Tapi kalaupun tidak tenang, dia bisa berbuat apa?

"Sikapmu kenapa seperti ini? Disini adalah rumahku, berani-beraninya kamu mengusirku?" Shella menatapi Josephine yang ditutupi selimut dengan mata lebar, sama sekali tidak bisa menerima Josephine mengabaikannya.

Atas dasar apa? Josephine mempunyai hak apa berbicara seperti itu kepadanya?

Tapi meskipun Shella emosi sampai paru-parunya mau meledak, Josephine tetap tidak menurunkan selimutnya, dan tidak mempedulikannya.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu