Istri ke-7 - Bab 242 Hidup tidak lewat 3 hari? (2)

Josephine membawa bubur yang dimasaknya sendiri ke kamar Claudius, ketika Claudius melihat Josephine, dia segera memalingkan wajahnya ke samping dan tidak mempedulikan Josephine.

Setelah mengetahui pemikiran Claudius yang sebenarnya, Josephine pun sudah tidak sedih menghadapi ketidakpedulian Claudius terhadapnya, dia malah duduk di depan kasur Claudius, menatapi dia dan berkata: "Kamu mengobrol dengan Asisten Yan begitu lama, namun tidak bersedia berkata satu kata pun denganku, kamu tidak takut aku cemburu?"

Melihat Claudius tidak berbicara, Josephine pun menambahkan: "Aku beritahu kamu sebuah rahasia, sebenarnya aku juga adalah seorang tukang cemburu."

"Aku sudah membebaskanmu, kenapa kamu masih tidak pergi?" Claudius akhirnya berpaling menghadap Josephine, menatapinya dengan tidak senang: "Aku tidak akan merebut Jesslyn darimu, juga tidak akan menghentikanmu bersama dengan Marco Qiao, kamu kapanpun boleh pulang ke sisinya."

Josephine tiba-tiba berbaring di atas tubuh Claudius, kemudian mencium bibirnya: "Claudius, kamu jangan berpura-pura lagi, aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan."

Hati Claudius melunak karena ciuman Josephine, semua kegigihan dan kepura-puraannya seketika runtuh.

Namun Claudius hanya menatapi dia, tidak bersuara sama sekali.

Josephine tertawa: "Dulu aku yang berpura-pura tidak mencintaimu sama sekali, sekarang gantian kamu yang berpura-pura? Dulu kamu bilang kemampuan aktingku jelek, aktingku sama sekali tidak asli, kamu tidak lihat dirimu sekarang, aktingmu lebih jelek dibandingkan aktor murahan.....Mmm...."

Tubuh Josephine tiba-tiba ditarik, bibir merahnya kembali menyentuh bibir Claudius.

Josephine menggerakkan tubuhnya, telapak tangan Claudius yang ada di belakang lehernya semakin menguat, tidak memberi kesempatan melarikan diri untuk Josephine.

Hanya sampai Josephine tidak bergerak lagi, Claudius baru melepaskannya.

Sudah sangat lama tidak merasakan aromanya, dicium olehnya tadi, Claudius bisa-bisanya merasa sangat merindukannya.

"Tidak berpura-pura lagi?" Josephine mengamati mata Claudius yang penuh dengan nafsu membara sambil tersenyum.

Claudius menatapi Josephine dengan lurus, berkata: "Apakah kamu harus melihatku mati perlahan-lahan, kemudian meninggalkan trauma selama sisa hidupmu, baru kamu puas?"

Dulu Josephine sudah pergi, dia merasa sakit hati dan sedih, selalu merasa Josephine menghilang karena sudah menyerah dan lelah dengannya, kemudian dia pun emosi dan menggila. Sekarang Josephine sudah kembali, dia malah merasa tidak tega lagi, tidak tega membiarkannya berada di sisinya dan tersiksa, tidak tega membiarkannya setiap hari sedih dan menangis karena kondisi penyakitnya.

"Kamu tenang saja, kamu tidak akan mati." Josephine menelungkup di atas dada Claudius, mendengar suara detak jantungnya yang teratur kemudian tersenyum: "Aku mendengar suara detak jantungmu, masih sangat stabil dan kuat, sama sekali tidak seperti orang lemah."

"Kamu lebih baik berdoa aku meninggal, kalau tidak......" tangan Claudius mengangkat dagu Josephine, menatapi dia dengan ekspresi dingin: "Kamu berulang kali membohongiku, membohongiku begitu banyak, kalau aku melepaskanmu begitu saja lagi aku benar-benar bukan lelaki lagi."

"Kamu mau bagaimana tidak melepaskanku?" Josephine terlihat takut.

"Dibahas lagi nanti." kata Claudius.

Josephine tidak senang: "Kamu selain mengurungku bisa apa lagi? Mengikatku dan memukulku dengan rotan? Menyayatku dengan pisau?" Josephine mengangkat bahunya: "Kamu masih tidak ada keberanian ini."

Claudius meskipun merasa kesal dengan kata-katanya, namun dia tidak bisa tidak menerima bahwa apa yang dikatakannya adalah kenyataan.

Apa yang dikatakannya tidak salah, terhadap Josephine.....dia memang benar tidak bisa melukainya.

"Jesslyn kapan baru bisa kembali?" Claudius tiba-tiba bertanya.

Mengungkit Jesslyn, Josephine pun tersenyum lembut: "Beberapa hari lagi akan pulang, tunggu dia pulang aku akan langsung membawanya datang menemuimu, bagaimana?"

Ketika Marco Qiao memberitahunya bahwa Jesslyn sudah ketemu, dan sama sekali tidak terluka, dia sangat semangat dan langsung menangis keras, dia merasa seumur hidup ini dia tidak pernah sebahagia ini.

Claudius mengangguk, menatapi dia: "Tapi jangan beritahu dia aku adalah ayahnya dulu."

"Kenapa?"

"Dia pasti tidak akan bisa menerima tiba-tiba berubah ayah, ayah barunya tiba-tiba meninggal dia pasti lebih tidak bisa menerima."

"Kamu jangan berkata seperti ini." air mata Josephine tiba-tiba mengalir keluar, telungkup di atasnya dan berkata sambil terisak: "Kamu selalu menyuruhku jangan sedih, tapi kamu sendiri selalu mengatakan hal-hal yang membuat orang sedih."

"Maaf." Claudius mengangkat tangannya dan mengelus tangannya: "Aku hanya tidak berharap jiwa kecil Jesslyn menerima pukulan yang terlalu besar, juga tidak ingin membiarkan dia tahu ayah kandungnya sudah tidak ada di dunia ini, biarkan saja dia bahagia seperti sekarang."

Di dalam pikirannya tiba-tiba muncul bayangan Jesslyn dan Marco serta Josephine bersama, setiap kali tetap sangat senang dan bahagia, dia berharap malaikat kecilnya bisa tetap sebahagia dan sesenang sekarang. Meskipun dia sangat ingin mendengar Jesslyn memanggilnya 'ayah', namun demi masa depan Jesslyn, dia pun menahan diri.

"Kamu baik sekali." Josephine tersenyum sambil menangis, dia selalu berpikir begitu luas, tidak peduli masalah Jesslyn ataupun dia.

"Jesslyn....." Claudius pun bergumam: "Siapa yang memberikan nama ini?"

"Marco." Josephine mendongak melihatnya, kemudian berkata: "Claudius, apakah kamu tidak suka? Kalau tidak suka....Kamu ganti saja namanya."

"Jesslyn...." Claudius menyebut nama ini berulang kali, kemudian tersenyum lembut: "Aku sangat menyukai nama ini, dan sangat masuk di hatiku, aku suka."

Sepertinya dulu ketika Marco memilih nama ini, perasaannya sama dengan perasaan Claudius saat ini.

Josephine kembali menelungkup di atas dada Claudius, dan tersenyum: "Kamu cepat sembuh, aku masih mau melahirkan seorang anak lelaki denganmu, dan menamainya Jamie."

"Jamie? Terdengar tidak jantan sama sekali."

"Aku tidak perlu dia sangat jantan, asalkan dia sehat dan bahagia."

"Iya, kalau dia sama sepertiku, sudah pasti tidak akan tidak jantan."

"Tidak tahu malu!"

"Apa yang harus kita lakukan kalau dia mirip kamu?"

"Kalau mirip aku?" Josephine berpikir: "Benar, bagaimana kalau mirip aku? Apakah dia akan ditindas habis-habisan?"

"Tidak akan, Jesslyn akan melindungi dia." Claudius berkata.

"Benar, dan akan ada kita yang akan melindungi dia." Josephine tertawa dan bangun dari tubuh Claudius: "Seperti sudah ada saja."

"Bagaimana kalau kita buat sekarang?" kata Claudius.

"Baik, coba saja kamu bangun?" Josephine sengaja melirik dia.

"Kamu gendong aku."

"Tidak mau, kamu sangat berat."

Mereka berdua bertengkar kecil dan tertawa di dalam kamar pasien, termasuk adegan paling bahagia selama beberapa hari ini.

Mendengar suara tawa mereka, nenek tua Chen yang berdiri di depan pintu tidak tega mengganggu mereka, namun dia akhirnya mengetuk pintu.

Josephine yang di dalam kamar pun mengatur posisinya, kemudian melihat nenek tua Chen dan pengurus He masuk bersamaan.

Nenek tua Chen mengamati Claudius dan bertanya: "Claudius, bagaimana kondisimu hari ini?"

"Lumayan baik." Claudius berkata.

Josephine baru teringat sarapan yang dibawanya belum Claudius makan, dia pun segera berkata: "Nanti pemilik-pemilik saham itu datang, Tuan muda cepat makan sarapan."

"Benar, makan yang banyak agar bertenaga, baru bisa menekan mereka." kata nenek tua Chen.

Tidak lama setelah Claudius selesai sarapan, Asisten Yan dan Aldo serta pemilik saham lain pun datang.

Kali ini yang datang adalah pemilik saham yang lumayan banyak, mereka juga sudah tahu alasan Claudius memanggil mereka kemari.

Namun ketika mereka mendengar kalau Claudius bermaksud memberikan hak perusahaan kepada Asisten Yan, mereka tetap merasa sangat tidak puas, Aldo Shen adalah orang pertama yang menantang, menganggap Asisten Yan bukan orang keluarga Chen, tidak seharusnya menyerahkan perusahaan kepadanya.

Pemilik saham yang lain juga menyuruh Claudius berpikir dengan jelas, mereka semua merasa pikiran Claudius jadi tidak jelas karena sakit.

Claudius mengamati Aldo Shen, tertawa mengejek: "Kalau begitu seharusnya diserahkan ke siapa? Kamu?"

Aldo Shen membuka mulutnya, namun tidak bersuara.

Seorang pemilik saham melirik Aldo, kemudian memberanikan diri berkata: "Tuan muda Shen, direktur Shen adalah pemilik saham 3 terbesar di perusahaan, sekarang anda dan nenek tua Chen tidak bisa mengatur perusahaan, sudah seharusnya direktur Shen yang naik ke posisi direktur utama, dan bukan menyerahkan perusahaan ke Asisten Yan yang adalah orang luar."

"Begitu cepat sudah menjadi pemilik saham 3 terbesar di perusahaan? Gerakanmu lumayan cepat." Claudius melirik Aldo, berkata mengejek.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu