Istri ke-7 - Bab 281 Kecelakaan (2)

Muka Susi memerah, dia duduk dikursi tanpa bergerak, tidak tahu apakah sudah mengerti atau tidak.

Setelah itu, Henry mencoba untuk memundurkan mobilnya, dia menyadari bahwa ternyata mobilnya masih bisa dipakai, dan menyetirnya pulang.

Ketika Henry memeluk Susi kembali ke apartemen, didalam rumah sangatlah sunyi.

Dia langsung memeluknya kedalam kamar tidur, dan meletakkannya dikasur, ditengah kasur terdapat Ethan yang tengah tertidur lelap.

Henry lalu duduk disamping kasur, dan menatapi kedua orang yang paling dicintainya, rasa bahagia kembali memenuhi hatinya.

Susi sudah tertidur lelap, dia tidak tega membangunkannya, dan tidak melanjutkan kegiatan mereka tadi, melainkan menarik selimut dengan hati-hati dan membiarkannya tidur.

------

Keesokan harinya, setelah bangun, Susi menyadari bahwa dirinya masih mengenakan pakaian yang dikenakannya tadi malam.

Dia lalu bangkit dan duduk sambil melirik dirinya sendiri, setelah itu dia melirik sekeliling, ingatannya mengenai kejadian kemarin lama-lama pulih, mukanya juga perlahan memerah.......

Dia tidak hanya mengingat kembali kemarin minum bersama Henry, bahkan dia ingat dengan semua kejadian dirinya berusaha melakukan hal itu kepadanya.

Dia terus mengatakan bahwa tidak mencintai Henry, namun dia malah ingin memperkosanya!

Astaga! Bagaimana bisa!

Memang benar arak itu tidak baik, terlalu menjebak, benar-benar memalukan!

Dia membenamkan wajahnya di kedua lututnya, kedua tangannya menjambak rambutnya, tiba-tiba terdengar suara Henry, “Sudah bangun?”

Susi mengangkat kepalanya, tatapanya penuh dengan rasa malu.

“Sepertinya kamu tidak lupa dengan kejadian tadi malam.” Henry melangkah mendekatinya, tangannya menopang dagu Susi, “Duh.....pipinya merah......mengapa kemarin aku tidak melihat pipimu merah?”

“Ada apa dengan kemarin?” Susi berpura-pura bodoh.

“Menurutmu?”

“Aku mabuk, aku sudah melupakan semuanya.”

“Kamu tidak ingat mengapa mukamu masih merah?.”

Susi membenamkan kepalanya, dia malu dan marah, lalu mengangkat kepala dan menatapinya, “Mengapa kamu tidak menghentikanku?”

“Aku sudah menghentikanmu, bahkan sangat berusaha untuk menghentikanmu, tapi kamulah yang terus saja mencari kesempatan dan mengatakan akan memperkosaku, apa yang bisa aku lakukan?” Henry berkata seolah tidak bersalah.

Muka Susi semakin merah.

Henry tersenyum dan menasehatinya, “Tidak apa-apa, bagaimanapun juga kita berdua adalah suami istri, aku tidak meminta pertanggungjawaban darimu.”

“Kamu mencariku untuk pertanggung jawaban?” kata Susi.

“Memang seharusnya seperti itu, aku diperkosa olehmu, bahkan hingga menabrak pohon.”

Susi sudah malu dan tidak kuat menghadapinya lagi, dia menarik selimut dan menutup kepalanya, “Apakah kamu boleh keluar?”

Henry menganggukkan kepalanya, “Boleh, tapi kamu harus segera keluar sarapan, Ethan masih menunggumu untuk pergi jalan-jalan.”

“Apakah kamu tidak bisa membawanya pergi?”

“Dia bilang dia mau pergi bersama ayah dan ibu.”

“Tenang saja, aku tidak akan membocorkan kejahatanmu tadi malam.” Henry mengeluarkan Susi dari selimutnya, dia berusaha menahan tawakannya, “Jadi kamu tidak perlu begitu merasa tidak enakan.”

“Diam!” Susi menutup mulutnya.

Henry menatapinya sambil tersenyum, lalu membuka mulut dan mengigit tangan Susi dengan pelan, Susi langsung bergegas menarik tangannya, setelah itu dia ditekan diatas kasur, selanjutnya bibirnya bertemu dengan bibir Henry.

Susi awalnya ingin melawan, namun sekali terpikiran kejadian tadi malam, jika dia melawan sekarang, maka akan terlihat aneh, dia lalu berbalik badan dan menekan Henry, dan mencubit pipinya sambil berkata, “Apa yang ingin kamu lakukan? Ingin diperkosa olehku sekali lagi?”

“Aku sangat menerimanya.” Kata Henry.

“Enak saja!” Susi bangun dan turun dari kasur.

Henry malah kembali menariknya, dan kembali menekannya di kasur, dia menatapinya sambil berkata, “Tidak apa-apa, kali ini giliran aku yang memperkosamu juga boleh.”

Disaat mereka kembali berciuman, tangan Henry menarik baju Susi, terdengar suara Ethan dari luar, “Ayah, ibu, aku sudah menunggu kalian dengan lama.”

Lalu pintu dibuka.

Henry bergegas bangkit dan duduk dipinggir kasur, sambil menatapi Ethan yang masuk, dia sedikit tidak senang dan berkata, “Lain kali ketika ayah dan ibu berada didalam kamar, Ethan tidak boleh masuk, apakah Ethan tahu?”

“Mengapa? Ini adalah kamar aku dan mama.” Ethan tidak mau menyerah.

Susi tidak tahan dan tertawa, dia memeluk Ethan dan berkata, “Ethan lah yang paling mengerti diriku.”

Henry lalu menatapi Ethan, “Ethan sama sekali tidak mengerti diriku.”

“Siapa suruh kamu sekarang baru menemukannya.” Seusai berkata, Susi berjalan kearah kamar mandi.

-------

Susi tidak tega membuat Ethan kecewa, setelah sarapan, dia menemani mereka berdua pergi jalan-jalan.

Ketika tiba di parkiran, Susi melihat lampu mobil yang rusak karena tertabrak kemarin, dan dibenaknya muncul lagi adegan tadi malam, mukanya kembali memerah.

“Ihh? Mengapa mobil ayah rusak?” tanya Ethan penasaran.

Henry melirik Susi dan berkata sambil tertawa, “Tadi malam ayah tidak sengaja menabraknya.”

“Mengapa ayah tidak berhati-hati”

“Karena ibu bandel dimobil.”

“Ibu, mengapa kamu bandel di mobil?” kata Ethan kepada Susi.

“Ethan!” Susi meliriknya, dia mengendongnya naik keatas mobil dan memperingatinya, “Tidak boleh nanya lagi, ok?”

“Oh.” Ethan menganggukkan kepalanya.

Ketika bermain di taman bermain, mereka bertemu dengan keluarga Claudius.

Ini adalah pertama kalinya melihat Susi dan Henry membawa Ethan keluar bermain bersama, Josephine lebih senang daripada Ethan sendiri, setelah mengusir anak-anak untuk bermain kuda-kudaan, Josephine lalu menusuk pinggang Susi dengan jarinya, “Lumayan, cepat sekali perkembangannya.”

“Semua berkat suamimu.” Henry melirik Claudius, “Dia mengorbankan koleksi araknya.”

“Apa katamu?” Claudius menatapinya, “Kamu menggunakan arak koleksiku itu untuk membully seorang wanita? Kamu menghabiskannya?”

“Aku masih menyisakan sedikit untukmu, mana tahu suatu hari nanti kamu sedih dan butuh minum arak, kamu bisa mencariku untuk menghabiskannya.” Kata Henry.

“Tenang saja, hubunganku dengan Josephine sangatlah stabil.” Claudius merangkul bahu Josephine.

Henry juga ingin merangkul Susi, namun dia tidak mendapatkan apa-apa, Susi menatapinya, “Aku tidak begitu mengenalmu.”

“Hmm......” Henry terlihat canggung.

-------

Susi tidak mengira Fanny akan mengajaknya untuk bertemu, ketika melihat pesannya, dia langsung berpura-pura tidak melihatnya, namun Fanny kembali mengirimnya pesan, “Kenapa? kamu tidak berani datang?”

Susi ragu-ragu sejenak, lalu membalasnya, “Boleh.”

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu