Istri ke-7 - Bab 127 Punya Kehendak Masing-Masing (2)

Hati Josephine terisi perasaan bersalah, ia menatap Shella, "Nyonya muda sebaiknya memahami situasinya, sekarang adalah saat bagi kita untuk bekerja sama mengatasi Sally, tak ada untungnya kau membuatku marah."

Dibilang seperti itu, Shella merasa ada benarnya.

Ia sendiri juga tak mengerti mengapa, setiap bertemu Josephine ia selalu ada keinginan untuk mengalahkannya, setiap kali ia selalu melewati batas.

Shella pun menggulung bibirnya. "Baiklah, aku hanya datang untuk memperingatkan kalian."

Setelah Shella pergi, Josephine mendongakkan kepala memandang Vincent, mendapati bahwa wajahnya tetap agak tidak enak, ia mendorong pelan lengannya. "Jangan dengarkan perkataan ngawurnya, aku tidak ada perasaan sedikitpun pada Claudius."

Vincent menghela napas pendek lalu berkata pasrah, "Meski ada pun apa masalahnya? Bukankah kau sudah terbuka padaku, dan sudah mencintaiku."

"Aku..."

"Tidak apa-apa, aku yakin suatu hari nanti kau akan kembali mencintaiku," kata Vincent sambil menepuk bahu Josephine, "Sudah, sudah, istirahatlah sebentar, lalu sebentar lagi kita turun makan.

******

Mereka akan makan siang bersama di hotel berbintang di desa wisata itu, satu meja kurang lebih 10 orang, semua orang berinteraksi dengan cukup baik.

Setelah makan, semuanya kembali ke kamar dan istirahat, sorenya mereka ke bagian barat daya desa wisata melihat pameran teratai.

Ini adalah pertama kalinya bagi Josephine untuk melihat bunga teratai sebanyak dan secantik ini, sampai ia berjalan ke pinggir kolam teratai, ia pun tak tahan berkata, "Wah, ini baru yang namanya seluas mata memandang, banyak sekali bunga teratainya."

Sally dengan wajah tersenyum ceria mengikutinya, "Di sini terkenal akan bunga teratainya, dan lagi sekarang sedang musim teratai, karena itu aku menyarankan untuk pergi ke sini."

"Pemilihan tempatnya oke sekali," kata Josephine membalas senyumannya, lalu menoleh pada Vincent dan berkata, "Vincent, cepat fotokan aku."

Ia memberikan ponselnya pada Vincent, Vincent menerimanya, satu tangannya merangkul pinggangnya, tangan satunya memegang ponsel itu.

Cekrik! Foto kedua orang itu tepampang di layar ponsel.

"Sini aku lihat," kata Josephine mengambil ponsel dan melihatnya, ia memanyunkan bibirnya. "Tidak kelihatan teratainya."

"Oh ya, kalau begitu kita foto lagi," kata Vincent lalu mengambil ponselnya lagi, kemudian memeluk Josephine dengan lebih erat, foto yang baru pun segera jadi.

Shella melihat kedua orang yang berfoto itu, langsung ia memandang Claudius, lalu berkata sambil tersenyum lebar, "Claudius, kita juga berfoto yuk?"

Sepanjang jalan ia terus merangkul lengan Claudius, hingga sekarang baru ia melepaskannya dan mengambil ponsel dari tasnya.

"Oke," kata Claudius tersenyum kecil, "Tetapi foto pakai ponsel agak pasaran, minta Joshua fotokan pakai kameranya saja."

"Aku bantu kalian berfoto," kata Sally dengan pemberani, lalu ia berlari ke sisi Joshua yang sedang memfoto pemandangan di setiap sudut, lalu merebut kameranya.

"Hei, aku sedang memfoto tetesan embun," kata Joshua melawan.

"Sore hari mana ada embun, tentu saja lebih penting memfoto orang," kata Sally lalu membuat ekspresi jelek pada Joshua, dan membawa kamera itu ke depan Claudius dan Shella. "Ayo, kakak dan kakak ipar berdirilah lebih dekat sedikit, lebih dekat lagi, oke, satu, dua, tiga..."

Pergerakan Sally agak heboh, Josephine menoleh, ia pun melihat Shella menempelkan hampir seluruh tubuhnya pada Claudius, dan Claudius merangkul pinggangnya dengan akrab, sungguh tidak akrab.

Selain pertemuan di plaza sebelumnya, ini baru pertama kalinya melihat mereka muncul bersama-sama, dan lagi sedekat ini. Bagaimanapun ia pernah bersama dengan Claudius, dan lagi Claudius adalah ayah dari anaknya, hatinya... tentu akan merasa masam.

Tanpa sengaja, ia melamun, dan lagi ia melamun di hadapan semua orang.

Selain Sally yang menyembunyikan kesenangannya, wajah Shella dan Vincent berubah begitu melihatnya, dan Claudius hanya melihatnya dengan wajah datar, lalu mengandeng Shella dan pergi.

"Kak Vincent, aku juga akan bantu kalian berfoto," kata Sally tersenyum gembira.

Josephine tersadar, lalu tersenyum dan menjawabnya, "Baiklah, terima kasih," katanya lalu langsung merangkul lengan Vincent dan menyandarkan pipinya di pundak Vincent.

"Kak Vincent tersenyumlah," kata Sally mendesaknya.

Vincent menghirup napas, lalu tersenyum.

Setelah selesai menikmati pameran teratai, mereka pun minum teh bunga teratai di pavilion teratai, para sesepuh tak henti-henti memuji teh khas daerah ini.

Sally atas keinginan sendiri menyewa beberapa perahu, lalu bertepuk tangan pada semua orang, "Para sesepuh istirahatlah di sini dan minum teh, yang muda ayo ikuti aku, kita naik perahu!"

Mendengar kata perahu, tubuh Josephine langsung menyusut, lalu menggeleng sekuat tenaga dan berkata, "Tidak, aku tidak pergi."

Mendengar kata air saja ia sudah takut, apalagi perahu? Ia benar-benar tak punya keberanian untuk itu.

"Kakak ipar, jangan membuatku kecewa begitu," kata Sally mengerutkan dahi.

"Aku, aku juga tidak pergi, aku..." Kata Shella tersenyum sungkan pada Claudius, "Claudius tahu, aku takut air."

"Kalian ini yang 1 takut air, yang 1 tak mau pergi, kalau begitu bukankah sia-sia aku menyewa perahu ini?"

"Kalian tetap bisa pergi sendiri, Chelsea dan Joshua akan menemanimu."

"Tidak mau, kalau begini akan membosankan," ujar Sally lalu menoleh pada Josephine, "Kakak ipar, kamu kan tidak takut air, ayo main bersama, kalau kau tidak mau Vincent pasti juga tidak mau."

"Aku..." Ucap Josephine memandang Vincent, lalu melihat Shella yang sorot matanya bagaikan mau membunuh orang itu, terpaksa ia menganggukkan kepala dengan enggan, "Kalau begitu baiklah, tapi aku tidak akan mendayung."

"Tidak apa-apa, kita semua akan mendayung," kata Sally menarik Chelsea, "Yuk, kakak ipar takut air jadi tidak usah, kebetulan kita berenam dan ada tiga kapal."

Shella pun ditinggal, ia hanya berdiri di tempat semula, dengan geram menggertakkan giginya.

Sally menggandeng Chelsea ke arah dermaga kecil, Chelsea dan Claudius naik ke 1 perahu, Sally dan Joshua juga sudah naik ke perahu, Josephine malah masih berdiri di pinggir air dan diam-diam gemetar.

Vincent menunduk di sebelahnya dan berkata, "Ini rencana Sally, apa kau mau tertipu?" Setelah itu ia mengusap kepala Josephine, "Jangan takut, ada aku kau tidak akan tenggelam."

Meskipun Josephine takut, namun begitu mendengar kata-kata Vincent ia pun segera memberanikan diri naik ke atas perahu, lalu diam-diam memandang Claudius. Ia dalam hati berpikir, Claudius jelas-jelas tidak suka keramaian, bisa-bisanya ia setuju untuk naik perahu? Sungguh aneh.

Begitu badan perahunya bergoyang, ia pun terkejut dan berteriak pelan, semua orang di depannya mendengar suara jeritan itu dan menoleh melihatnya. Sally tertawa dan berkata, "Kakak ipar, lihat wajah ketakutanmu itu, tidak mungkin kau juga takut air seperti kak Shella kan?"

Josephine dengan cepat memandang Claudius sekilas, lalu menjawab sambil tersneyum, "Aku tidak takut, aku cuma merasa perahunya tidak seimbang, tidak lucu kalau aku jatuh."

Untuk menunjukkan bahwa ia tidak takut air, ia bahkan berdiri di ujung depan perahu dan membuat tangan 'peace' lalu meminta Vincent memfotonya.

Vincent dengan iba memeluknya turun dari ujung perahu dan berkata, "Apa bagusnya foto sendirian, kita foto bersama saja," katanya lalu berkata pada pengemudi perahunya, "Pak, bisakah kita mengarah ke kumpulan bunga teratai itu? Di sana pemandangannya bagus."

"Baiklah," ujar pengemudi kapal itu kemudian mengarahkan kapal ke sana.

"Kak, aku juga ingin memfoto bunga teratai," kata Chelsea sambil memberikan ponselnya pada Claudius, "Pakai ponselku saja," katanya lalu berkata pada pengemudi perahu, "Pak, tolong arahkan kapalnya ke kolam teratai di sana."

Hampir semua penumpang mau pergi ke kolam teratai itu, para pengemudi sudah terbiasa, tanpa disuruh pun mereka akan mengarahkan perahunya ke sana.

Perahu Sally dan Joshua juga sudah mendekat ke sana, Joshua sangat suka mendayung perahu, ia merebut dayungnya dari sang pengemudi.

Claudius menerima ponsel Chelsea dan membantunya berfoto, di foto terakhir, muncul 2 orang di layarnya, yaitu Josephine dan Vincent yang sedang berpelukan erat.

Ia pun menurunkan ponsel dan mengembalikannya pada Chelsea.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu