Istri ke-7 - Bab 232 Memang Sekejam Ini (1)

"Aku bisa mengerti." Joshua mengangguk dan memeluknya kembali: "Beritahu nama kakakmu, dia istri kakak yang ke berapa, mungkin aku tahu sedikit?"

"Namanya Lily Yang, sebenarnya aku bukan bermarga Lin tapi bermarga Yang. Agar bisa membalas dendam aku mengubah namaku." Sally Lin menangis dan menggelengkan kepalanya: "Aku pernah menanyakanmu, kamu bilang Lily Yang adalah istri pertama Claudius, saat itu kamu sekolah di luar kota dan tidak tahu jelas..."

"Lily Yang..." Joshua Shen merasa bersalah dan menjawabnya: "Maaf, saat itu aku memang tidak ada di rumah Claudius, aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tapi kamu jangan panik, aku akan membantumu mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya, bagaimana kakakmu bisa meninggal."

"Tidak usah!" Sally Lin marah: "Lagipula bagaimana dia meninggal, itu semua karena keluarga Chen. Kalau memang saat itu dia tidak meninggal, karena bukan kekasih takdir sebenarnya cepat lambat juga akan mati!"

Melihat keadaan Josephine saat itu, dia seperti melihat keadaan kakaknya. Kalau dia adalah kekasih takdir, maka setelah tiga tahun menikah dia akan mati dan diambil jantungnya, kalau bukan, nenek juga akan membunuhnya karena dia telah tahu rahasia keluarga Chen, bagaimanapun juga masuk ke keluarga Chen akan berakibat mati!

Claudius memang keterlaluan, memang sekejam ini!

-----

Saat asisten Yan melihat berita tentang Claudius dan Josephine, yang pertama kali terpikirkan olehnya adalah Marco Qiao. Tidak tahu bagaimana perasaannya setelah melihat ini? Pasti akan sangat sedih.

Setelah berpikir-pikir, dia pun akhirnya memutuskan untuk pergi melihatnya.

Dia berdiri di depan pintu dan menekan bel, lalu dia pun melihat Henry Qiao berjalan keluar dari rumah, dia pun menurunkan tangannya, lalu berjalan ke samping.

Henry Qiao melihatnya, dia pun kaget sebentar, lalu tersenyum: "Sejak kapan asisten Yan berteman dengan adikku yang emosian?"

"Tidak, aku hanya ingin datang melihat tuan muda."

"Pantasan anak itu tidak membiarkanku datang, ternyata...." Henry Qiao tersenyum genit, dan berjalan di sampingnya.

"Tuan muda salah paham, kalau aku tahu kamu datang kesini, aku juga tidak akan datang." Asisten Yan mengatakannya dari belakang. Di saat yang bersamaan dia merasa sedikit pasrah, dia sudah lupa kalau Marco Qiao memiliki kakak yang kaya dan berkuasa ini. Dia malah mengkhawatirkannya akan sendirian dan kelaparan disini.

Marco pun berjalan pergi, asisten Yan melihat sekilas ke dalam, kalau memang Marco Qiao tidak apa-apa dia pun tidak perlu masuk lagi. Saat membalikkan badan dan ingin melangkah pergi, tiba-tiba terdengar suara Marco dari belakang: "Kalau sudah datang masuklah."

Asisten Yan menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan melihatnya duduk d samping pintu, dia pun melangkah masuk.

Dia berdiri di depannya dan berkata: "Tidak apa-apa, aku hanya melihat koran dan khawatir kalau kamu akan berpikiran pendek, makanya aku datang dan membawa sarapan ini." Dia mengangkat kotak makanan yang ada di tangannya.

"Makasih." Marco Qiao pun tertawa: "Tuan muda Qiao juga khawatir kalau aku akan berpikiran pendek, dia juga membawa sarapan untukku."

"Oh, kalau begitu aku buang saja ini." Asisten Yan mengangkat makanan yang ada di tangannya, Marco Qiao pun berkata: "Taruh saja dulu."

Marco Qiao pun meminggir sedikit, asisten Yan melangkah kesana, dan melihat banyak makanan di meja. Dia menoleh dan melihat Marco Qiao yang datang: "Sepertinya Henry Qiao lumayan baik kepadamu, lihatlah dia bawa banyak makanan untukmu."

"Dia memang cukup baik padaku, hampir semuanya yang kuinginkan dia berikan."

"Termasuk juga dengan cintamu." Sambung Asisten Yan.

Marco Qiao tersenyum pahit dan menarik nafas.

Henry Qiao baik kepadanya, itu juga demi menebus penderitaan yang diberikan nyonya Qiao kepadanya, tapi bagaimanapun juga, menurutnya Henry Qiao sudah cukup baik kepadanya. Lagipula keluarga orang kaya memang banyak permasalahannya, kalau orang lain pasti tidak akan membantu anak tiri seperti dia, tapi akan mencelakainya bersama-sama dengan ibunya.

------

Josephine berdiam diri seharian di apartemen, dia merasa sudah hampir jamuran.

Tapi demi keselamatan dirinya, dia tetap harus disini, saat makan malam, dia tiba-tiba menerima telepon Sally Lin.

"Kenapa kamu tahu telepon disini?" Tanya Josephine.

Dia ternyata tahu kalau dia bersembunyi di apartemen Claudius, sepertinya seharian ini dia memang sudah mengincarnya, dan apa yang dipikirkan Claudius itu benar, demi menghilangkan bukti Sally Lin tidak akan melepaskannya dengan mudah.

"Tidak penting, yang penting adalah yang ingin aku katakan padamu sekarang." Sally Lin berkata dengan nada datar.

"Kalau kamu ingin mengatakan tentang email itu, aku rasa kamu tidak perlu membuka mulutmu lagi, karena aku tidak akan..."

"Kamu pasti akan." Sally Lin memotongnya: "Asalkan kamu mendengar hingga selesai, kamu pasti akan melakukan barter ini denganku, kalau tidak..."

"Makanya aku tidak berencana mendengar perkataanmu, oke ya." Josephine pun menutup teleponnya.

Sally Lin pun berkata halo beberapa kali, hingga terdengar bunyi "tu... tu...", dia pun marah dan melempar hpnya ke samping.

Dia kembali meneleponnya, tapi malah tidak tersambung.

"Bagaimana? Dia tidak angkat?" Tanya seorang pria yang ada di sampingnya.

"Iya."

"Bagaimana ini? Apartemen River View dijaga dengan sangat ketat,Claudius juga sengaja menyuruh orang menjaga di luar, kita sama sekali tidak bisa menghubungi wanita itu.

"Kesempatan untuk menyampaikan pesan ini pun tidak ada?"

Pria itu menggeleng.

Sally Lin merasa geram: "Bagus, kalau begitu jangan salahkan aku tidak memberinya kesempatan untuk memilih."

"Nona Lin, kalau begitu apakah kita masih harus terus menghubunginya?"

"Mau." Sally Lin tersenyum dingin: "Aku tidak percaya dia akan tega melihat Claudius mati."

Pria itu mengangguk: "Oke, aku akan berusaha."

-----

Setelah makan malam, Josephine pun merasa bosan dan membuka TV, tapi dia sama sekali tidak tertarik.

Saat melihat telepon di meja, dia ragu sejenak, mendekatkan dirinya ke telepon itu, lalu mengangkatnya dan menelepon Marco. Di saat seperti ini, sebenarnya dia tidak tahu harus berkata apa kepada Marco.

Mereka terdiam selama beberapa saat, lalu dia bertanya: "Kamu sendirian baik-baik saja kan? Apakah tuan muda Qiao menyuruh orang untuk menjagamu?"

"Sudah, tenang saja." Nada Marco Qiao tenang, tidak terdengar marah.

Josephine pun mengangguk, lalu menasehatinya beberapa kali, lalu suasana kembali hening.

Akhirnya Marco Qiao pun menenangkannya: "Josephine, kamu tidak usah pedulikan aku, kamu jaga diri baik-baik."

"Baik, nanti kalau aku sudah mendapatkan bukti, aku akan pulang."

"Baik, setelah kamu pulang kita keluar negeri dan berkumpul bersama Jesslyn."

"Oke." Saat Josephine mengatakan kata ini, hatinya terasa sakit, tapi dia malah menjawabnya dengan sangat yakin.

Setelah menutup telepon, di depan pintu terdengar suara mobil, dia pun berdiri dari sofa dan melihat ke arah pintu.

Di saat seperti ini, ada gerakan dan suara sedikit saja pun di depan pintu dia tetap akan ketakutan, walaupun ada orang yang menjaganya.

Melihat Claudius yang pulang, dia pun merasa lega.

"Kamu kenapa?" Melihat langkah kaki Claudius sedikit tidak seimbang, dia pun langsung memapahnya.

"Aku tidak apa-apa, hanya menemani atasanku minum sedikit." Claudius memeluknya, lalu menciumnya: "Sayang, rindu aku tidak?"

Ternyata benar dia minum, di bibirnya ada aroma whiskey.

Josephine pun menghindar sedikit dan bertanya: "Atasan yang mana?"

Bukankah dia atasannya? Kenapa harus menemani atasan minum?

"Siapa lagi... yang punya kekuasaan tapi tidak mau melakukan tugas dengan baik." Claudius memegang wajahnya dan berkata: "Kalau tidak menangkap semua orang jahat ini... bagaimana denganmu... tidak mungkin sembunyi terus disini bukan?"

Josephine pun sedikit terharu lalu berkata: "Kamu jaga dirimu dengan baik, Sally Lin mungkin sedang mengincarmu."

"Tidak mungkin... Dia sedang sibuk terlepas dari dosanya, tidak akan melakukan apa-apa terhadapku." Claudius pun dipapahnya dan duduk di atas sofa, Josephine menuang segelas air untuknya: "Kamu duduk dulu disini, aku ambil air hangat untuk melap tangan dan wajahmu."

"Uhm..." Claudius menarik bahunya dan memeluknya, lalu menunduk dan mencium bibirnya, lalu tersenyum bahagia: "Senangnya ada istri di rumah."

Josephine pun cemberut dan keluar dari pelukannya.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu