Istri ke-7 - Bab 111 Haruskah Dipenjara (1)

"Tenanglah, dia tak akan mati," suaranya yang hangat menenangkanku.

"Bagaimana bisa, dia kehilangan begitu banyak darah."

"Kalaupun dia mati, kau istriku, dan juga wanita hamil. Hal ini bisa dimaafkan karena aku menabraknya demi menyelamatkanmu. Paling-paling hanya dianggap sebagai kelalaian yang menyebabkan kematian, bukan masalah besar."

"Kelalaian yang menyebabkan kematian...berapa tahun?" yang dia cemaskan dari tadi adalah ini.

Karena ia tak bisa membiarkan Claudius dipenjara karena dirinya, ia juga tak berani membayangkan akan seperti apa kalau Claudius dipenjara. Apakah Claudius bisa tahan dengan penderitaan itu?

"Cari koneksi, keluarkan sedikit uang, mungkin tak perlu dipenjara," ujarnya sembarangan demi menenangkan Josephine.

"Benarkah?"

"Ya."

Josephine pun sedikit tenang. Baguslah kalau tak dipenjara!

Claudius mengambil segelas air hangat dari dispenser dan meletakkannya ke dalam genggaman Josephine, "Minumlah dan tenangkan dirimu, jangan menakut-nakuti dirimu sendiri."

Josephine menatapnya sejenak, menerima air itu, lalu meminumnya. Air hangat mengalir ke kerongkongannya, menghangatkan hatinya. Benar, ia sekarang jauh lebih tenang.

Setelah tenang, ia akhirnya terpikir untuk bertanya. Ia mendongak, "Oya, bagaimana kau bisa ada di sana?"

Claudius menyandarkan tubuhnya ke kursi, menahan sorot matanya yang tak nyaman sambil berkata, "Kebetulan lewat saja."

"Benarkah? Kebetulan sekali?"

"Hm," Claudius hanya berdehem mengiyakan, ia tak memberitahunya kalau sebenarnya ia mengikutinya sepanjang perjalanan. Saat ia hendak pulang dan melewatinya, ia kebetulan melihat pengemis di pinggir jalan itu. Entah mengapa, ia pun memutar mobilnya di lampu merah depan, hendak kembali menemukan Josephine.

Mungkin ia memiliki insting kalau pengemis itu bisa berbahaya bagi Josephine. Dan ternyata benar. Saat ia melihat Jospehine, ia menemukan wanita itu sedang dilecehkan oleh si pengemis.

"Terima kasih, ya," kata Josephine. Kalau bukan karena Claudius, akibatnya tak akan bisa dibayangkan!

"Apa gunanya berterima kasih?" kata Claudius dengan nada galak, "Kau harus belajar melindungi diri sendiri, itu baru berguna."

Josephine menunduk merasa bersalah. Ia juga tak menyangka ada pengemis di jalan itu, lebih tak menyangka lagi kalau pengemis itu bisa menyerang orang. Kalau ia sudah tahu dari awal, tak akan mungkin ia keluar rumah sendirian.

"Aku hanya...mau membeli sesuatu di supermarket depan," katanya pelan sambil tertunduk.

"Jalanan begitu gelap. Kalaupun kau membeli sesuatu, jangan pernah pergi sendirian."

"Aku tak akan melakukannya lagi."

Claudius terdiam sejenak, lalu berkata, "Kalau kemampuan menjaga diri sendiri seperti ini saja kau tidak punya, lebih baik kau kembali ke rumah keluarga Chen."

"Sudah kubilang, aku tak akan melakukannya lagi," tukas Jospehine buru-buru.

Kembali ke rumah keluarga Chen? Bagaimana mungkin! Tidak mudah baginya untuk bisa keluar dari sana.

Melihatnya menolak secara terang-terangan, Claudius pun tak bicara lagi, bagaimanapun mereka telah berjanji satu sama lain sejak awal.

Jujur saja, melihat keadaannya yang seperti ini, Claudius sungguh ingin membawanya kembali ke rumah, bagaimanapun ia akan aman di rumah keluarga Chen.

Melihat CLaudius marah, Jospehine pun menjelaskan, "Ini hanya musibah saja, tidak semua pengemis seperti itu, kan."

Claudius sudah malas untuk memarahinya lagi, ia pun melontarkan kata-kata tegas pada Jospehine "Kalau selanjutnya kau masih tidak tahu bahaya, kau harus menurut dan kembali ke rumah keluarga Chen."

Josephine mengangguk-angguk dengan taat.

Claudius melanjutkan lagi, "Dan juga, sekarang saja kau tidak bisa menjaga dirimu yang berperut besar itu, jadi kau jangan sok bisa merawat anak-anak itu nantinya."

Begitu mendengarnya, Jospehine pun mendongak, "Tidak, aku tidak kerepotan mengurus mereka, lagipula mereka sangat penurut, aku hampir tak perlu mencemaskan mereka."

"Kubilang tidak bisa."

"Aku..."

Tepat saat itu, Belinda datang. Jospehine pun hanya bisa terdiam.

Belinda mengamati mereka berdua, lalu bertanya penuh perhatian, "Kalian baik-baik saja, kan?"

"Kami baik-baik saja," jawab Jospehine, lalu kembali panik, "Bagaimana keadaan pengemis itu?"

"Kepalanya mengalami cedera berat, tapi dokter berkata ia telah melewati masa kritis," kata Belinda.

"Benarkah?" seru Jospehine girang.

Telah melewati masa kritis, itu artinya Claudius tak akan mejadi tersangka pembunuhan, ia tak perlu dipenjara. Bagus sekali!

Melihat kegembiraan di matanya, Claudius tertawa, "Mengapa kau bahkan lebih senang daripada aku?"

"Tentu saja! Masalah ini terjadi gara-gara aku, aku tak ingin melibatkanmu, dong," jawab Jospehine antusias.

Belinda berkata, "Tuan Chen, urrusan dengan rumah sakit sudah beres, mobil Anda juga telah dikirim ke bengkel, bagaimana dengan di urusan di sini? Apa Anda sudah membuat catatan? Perlukah saya tinggal dan mengurusnya agar Anda bisa beristiahat?"

"Semua sudah beres."

"Karena sudah tak ada masalah, saya akan mengantar kalian pulang," kata Belinda.

Josephine mengikuti Claudius keluar dari kantor polisi. Belinda telah memarkir mobil di depan pintu, serta telah membukakan pintu mobil untuk mereka.

Jospehine melihat mobil itu, lalu melihat Claudius, seketika tak tahu apa ia harus naik mobil itu. Bagaimana kalau Belinda langsung mengantarnya ke rumah keluarga Chen? Ia pikir akan sulit baginya untuk keluar lagi.

Melihat Josephine yang ragu-ragu, Belinda tertawa padanya sambil memegang pintu mobil, "Nyonya Muda kenapa? Masih tidak ingin pulangkah?"

"Aku...aku bisa pulang sendiri," ujarnya terbata-bata.

Belinda melihat ke arah Claudius, tampak jelas menunggunya membuat keputusan.

Claudius akhirnya buka suara, ia berkata kepada Josephine, "Naiklah, aku akan mengantarmu."

Josephine menatap Claudius, hatinya agak tak tenang. Bagaimanapun Claudius adalah bos dengan emosi tak stabil, bukan tidak mungkin ia akan memaksanya kembali ke rumah keluarga Chen.

"Kenapa? Tidak mau?" pandang Claudius, "Atau kau masih ingin dilecehkan sekali lagi oleh pengemis di pinggir jalan?"

"Tentu saja tidak," ujar Josephine buru-buru menggelengkan kepala. Dengan hanya memikirkan kejadian dipeluk dan diraba oleh pengemis tadi itu saja, ia masih merasa trauma, perutnya bahkan merasa mual dan jijik.

Di saat ia tak tahu apa yang harus dilakukannya, tiba-tiba datanglah sebuah mobil dari luar halaman kantor polisi. Itu mobil milik Fransiska.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu