Istri ke-7 - Bab 78 Tidak Berdampak (2)

Keesokan harinya, Josephine datang kemakam Eddie, dia membawakan sketsa yang telah diselesaikannya.

“Maafkan aku, gambar ini selesainya sedikit terlalu lama.” Josephine menghirup udara dan berusaha untuk tersenyum : “Eddie tidak akan marah dengan guru Bai kan?”

Terhadap Eddie, selain merasa bersalah, Josephine merasa menyesal, dia menyesal tidak memberikan gambar itu kepada Eddie ketika dia masih hidup.

Setelah menemani Eddie sejenak, Josephine berjalan keluar dari pemakaman itu.

Di pintu masuk pemakaman, dia melihat sebuah mobil yang familiar, dia sedikit kaget, langkahnya mengarah ke arah lain.

“Josephine......” Vincent mendorong pintu mobil dan mengejar Josephine : “Kamu jangan pergi dulu.”

Josephine bingung, dimana-mana pasti ada dia, sepertinya susah untuk pura-pura tidak melihatnya.

Dia berbalik dan tersenyum dengan munafik : “Tuan Lee, pas sekali, ada apa?”

“Aku baru saja pergi ke panti asuhan untuk mencarimu, kata anak-anak kamu datang kepemakaman, maka dari itu aku datang kesini.” Kata Vincent.

Mendengar perkataannya, Josephine langsung marah, dia tidak kuat tersenyum dengan munafik lagi, dan melotot Vincent : “Tuan Lee! Ada apa kamu mencariku? Bukankah aku sudah memberitahumu? Aku tidak tertarik denganmu, lalu, apakah kamu tidak akan berhenti selama belum membuat Claudius benar-benar marah?”

“Josephine......”

“Aku peringatkan kamu, jika membuat Claudius marah kamu tidak akan punya akhir yang bagus!” seusai berkata, Josephine berbalik badan dan meninggalkannya.

Vincent berkata : “Ada hal penting aku mencarimu.”

Langkah Josephine terhenti, dia berbalik badan dan menatapinya : “Ada apa? Aku beri kamu waktu 3 menit.”

Vincent berjalan kearahnya, dan berdiri dihadapan Josephine tapi tidak mengatakan hal penting, melainkan menatapinya dan berkata : “Aku tidak ingin membuat kakak marah, dan aku juga tidak pernah berpikiran untuk merebut wanitanya, jika kamu bisa bahagia bersamanya selamanya, maka aku juga tidak akan menganggu kalian. Akan tetapi kamu sendiri harusnya juga tahu setelah identitasmu dengan Shella ditukar kembali, kamu tidak memiliki hubungan lagi dengannya.”

Josephine mengepalkan tangannya erat-erat, dia mengulang hal ini kepadanya lagi, hal yang tidak ingin Josephine hadapi tapi tetap juga harus dihadapi!

“Aku juga pernah bilang, meskipun aku tidak mempunyai hubungan lagi dengannya, aku juga tidak akan berhubungan denganmu, hubungan diantara kita berdua sudah berakhir ketika kamu memilih Shella. Jika ini adalah hal penting yang ingin kamu sampaikan, maaf sekali, aku tidak merasa ini adalah hal penting dan juga tidak merasa perlu untuk mendiskusikan hal seperti ini dengan kamu yang tidak berhubungan sama sekali.”

“Josephine.” Karena melihat Josephine ingin pergi, Vincent menarik tangannya lagi.

Josephine melotot tangan yang menariknya dan berkata : “Tuan Lee, apakah kamu ingin seperti waktu itu difoto oleh orang yang tidak mempunyai niat baik dan masuk berita?”

“Foto tinggal foto saja, palingan suruh Shella untuk menjelaskannya lagi.” Vincent tidak menganggap apa-apa.

“Kamu......”

“Apa?” Vincent meledeknya : “Shella Bai sekarang tiap hari memimpikan dirinya menjadi Nyonnya Chen, dia sangat bersedia membantu hal-hal seperti ini.”

“Tuan Lee, tolong lepaskan tanganmu.” Josephine memutuskan, jika dia melepaskannya, maka dia akan mengigit tangannya.

Vincent melepaskan tangannya, tapi dia tetap menghalangi jalan Josephine dan berkata : “Baiklah, aku bicarakan hal penting denganmu, aku dengar beberapa hari lalu kamu pulang ke Surabaya?”

“Sepertinya ini juga tidak ada urusannya denganmu?!”

“Memang bukan urusanku, tapi aku ingat kamu masih terus mencari sebab kematian nenekmu, belakangan ini aku kebetulan ada waktu, aku bisa bantu kamu menyelidiki hal ini.

Josephine sedikit kaget, hal ini pernah dia ungkapkan kepada Vincent, tapi waktu itu Vincent tidak begitu peduli dengan hal ini. Karena hal seperti ini sangatlah normal, tidak ada yang merasa aneh.

Waktu itu tidak mengatakan akan membantunya menyelidikinya, tapi sekarang malah berusaha untuk menyelidikinya?

“Tidak perlu, aku sendiri akan menyelidikinya.” Josephine menjawabnya, dia tidak ingin berhubungan dengan Vincent karena hal ini.

Kali ini dia langsung mendorong badan Vincent, dan berjalan menuju pintu pemakaman.

Melihat sosok yang pergi, Vincent merasakan rasa menghindarnya yang kuat, hatinya sedikit terluka.

Hanya saja Josephine semakin menjauhinya, dia malah semakin ingin menaklukkannya, mungkin ini adalah yang namanya keingingan laki-laki untuk menaklukkan wanita.

Namun Vincent tidak panik, dia telah lama mengetahui apakah wanita itu, semua terbuat dari air, mereka lemah lembut, dia tidak yakin tidak bisa menaklukkannya.

Mobil Vincent terhenti disamping Josephine, kaca mobilnya perlahan diturunkan, dia berkata kepada Josephine : “Disini terlalu jauh dengan kota, tidak akan ada taksi yang kesini.”

“Terus ada apa?”

“Aku antarkan kamu pulang.”

“Tidak perlu, aku telah memanggil supir kemari.” Josephine membalikkan perkataannya, dan menutup kedua telinganya dia tidak ingin mendengarkan perkataan Vincent lagi.

Vincent mengikutinya sejenak, terakhir dia tidak memaksanya, dia menginjak gas mobil dan berjalan menjauh.

******

Meskipun Josephine menolak kebaikan Vincent, tapi karena diungkit oleh Vincent, Josephine kembali terpikiran terus mengenai kejadian neneknya dipaksa hingga mati.

Dia duduk diatas balkon, tangannya memegang gelas dan merenung.

Sebenarnya dia pernah berpikiran untuk menyelidiki hal ini, tapi ibunya Rose sangatlah malah dan menceramahinya, secara garis besar maksudnya adalah pamanmu sendiri saja tidak mempermasalahkannya, mengapa dia masih ikut campur.

Karena dicegat oleh ibunya, dan dihadapkan dengan begitu banyak hal, dia hanya bisa sementara tidak memikirkan hal ini.

Bahkan dia sekarang juga tidak tahu siapa sebenarnya yang membeli rumah keluarga Zhu, dia tidak tahu harus menyelidikinya dari mana.

Handphonenya yang berada dimeja berdering ada pesan yang diterima, terlihat adalah nomor Shella, isi pesannya hanyalah 2 kata singkat : buku harian. Hanya dengan 2 kata ini, dia langsung mengerti.

Dia mengambil handphonenya dan menjawabnya : “Aku sudah tahu.”

Sekarang, menulis buku harian sudah menjadi tugasnya sehari-hari, seharipun juga tidak boleh ditinggalkannya.

Dia meletakkan gelasnya dan mengeluarkan laptopnya, menyalakannya dan mulai merekam momen-momen hari ini.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu