Istri ke-7 - Bab 216 Kabur (4)

Sally mengelengkan kepalanya, dan berkata, “Kakiku memang mati rasa, mana mungkin bisa sakit.”

“Benar juga.” Joshua tersenyum, “Ternyata ada keuntungan juga jika kakinya mati rasa.”

Sesaat kemudian, ruang tamu kembali tenang, Claudius bangkit dari sofa dan berkata, “Nenek, aku naik dulu, kamu cepat istirahat juga.”

“Kamu juga, jangan hanya memikirkan pekerjaan saja.”

“Aku tahu.” Claudius melangkah ke lantai dua.

Claudius duduk di meja kerjanya, namun sama sekali tidak berniat untuk bekerja, sesaat kemudian, dia lalu mengangkat teleponnya dimeja, dan menelepon nomor yang familiar itu.

Setelah beberapa saat, barulah telepon di angkat, suara Josephine terdengar Claudius menenangkan pikiran dan bertanya, “Josephine, apakah belakangan ini kamu baik-baik saja?”

“Lumayan baik.” Josephine berkata, “Ada apa Tuan Claudius meneleponku?”

“Tidak apa-apa.” Claudius sedikit ragu-ragu dan berkata, “Aku dengar Marco dan Jesslyn keluar negeri bukan?”

“Iya.”

“Mengapa kamu tidak pergi bersama mereka?” Claudius tidak mengerti dengan ini, dia akhirnya menanyakannya.

“Mereka hanya pergi jalan-jalan, nanti setelah Jesslyn sekolah, mereka akan pulang.”

“Lalu bagaimna denganmu? Apakah kamu aman sendirian?”

“Marco menempatkan dua pengawal wanita untukku.”

“Baiklah kalau begitu.” Claudius merasa lega.

Setelah mengakhiri panggilan Claudius bersandar dan memejamkan matanya.

Dia tidak mengerti mengapa Marco tiba-tiba keluar negeri, jelas-jelas Josephine baru saja keluar dari rumah sakit, ini adalah saatnya Josephine paling membutuhkan penemanian. Namun dia juga tidak bisa terus bertanya, dan tidak mempunyai alasan untuk terus bertanya kepada Josephine.

Claudius terdiam sendiri sekian lama didalam ruang kerjanya, hingga terdengar suara ketukan pintu, barulah dia mengerakkan badannya.

Vina mengambil obat dan meletakkannya diatas meja, “Tuan Muda, obatnya sudah jadi.”

“Taruh saja.” Seusai berkata, Claudius menatapinya, “Terima kasih atas kejadian tadi.”

Vina tersenyum, “Tidak perlu, itu juga bukan sebuah hal yang susah.”

Meskipun dimarahi, namun bisa membantu Claudius, tentu saja dia sangatlah bersedia.

“Kedepannya perbanyakan perhatian terhadap Nona Sally, tapi jangan sampai ketahuan olehnya.”

“Baik.” Vina menganggukkan kepalanya, dan bertanya dengan penasaran, “Tapi aku sangat penasaran, mengapa Tuan Muda mau menggunakan air panas untuk dituangkan ke Nona Sally?”

Claudius meletakkan jari diantara bibirnya, Vina langsung diam, dan menundukkan kepalanya, “Maaf, aku tidak seharusnya bertanya demikian.”

“Keluarlah.” Kata Claudius.

Setelah Vina keluar, Claudius menatapi obat yang berada di mejanya, menatapi obat yang hitam itu. Dia lalu mengangkatnya dan menuangkannya kedalam kloset.

Juju berdiri didepan kalender gantung, dan mulai menghitung tanggal, 2 bulan lagi adalah ulang tahun pernikahan dirinya dengan Claudius yang ke-3.

Dalam satu bulan ini, dia terus mengawasi Claudius dan Josephine, yang membuatnya merasa tidak berdaya adalah dulu dia tidak ingin mereka berkontakan, namun mereka selalu berhubungan, sekarang dia berharap ada apa yang terjadi dengan mereka malahan mereka jarang bisa bertemu.

Melainkan hubungan Josephine dengan Marco terus saja dekat, mereka hampir tidak berpisah sama sekali.

Masih ada waktu 2 bulan lagi, menunggu mereka berdua bersama lagi jelas-jelas terlihat susah, apa yang harus dilakukan? Apakah benar-benar harus menunggu mati disini?”

Dia menarik nafas dalam-dalam dan berbalik ke lemari pakaiannya dan membuka laci berpassword.

Didalam sana berisi semua perhiasan yang diberikan oleh Keluarga Chen kepadanya selama 2 tahun ini, semuanya bernilai tinggi, itu cukup untuk membuatnya hidup dengan tenang disisa kehidupannya.

dia mengeluarkan semua perhiasannya, lalu meletakkannya kembali.

Sekarang adalah saat paling menegangkan, orang keluarga Chen pasti akan sangat memperhatikan kemana dirinya pergi, dia bisa pergi kemana?

Jika dia tidak kabur, maka dia pasti akan mati!

Dia menghirup nafas dalam-dalam, dan mengeluarkan passportnya yang berada didalam laci, untung saja masih berlaku.

Baik berhasil ataupun tidak, memang sudah seharusnya dia mencobanya.

Dia menggunakan waktu semalaman penuh untuk meneliti rute kaburnya, dan memesan tiket pesawat secara diam-diam di internet, keesokkan harinya ketika semua orang sudah keluar, dia juga keluar rumah secara diam-diam.

Selain tas kulit yang biasa dia pakai, dia tidak membawa apapun, bahkan orang didalam rumah tidak memperhatikan Juju keluar, untuk kabur dari mata-mata yang sangat mungkin ada, dia sengaja pergi ke Grand Mall untuk berkeliling dan pergi ke bandara lewat pintu belakang Grand Mall.

Ketika tiba di bandara, waktu masih pagi, dia mencari sebuah pojok yang tidak ada orang dan duduk, dia meraba dadanya dan menyadari bahwa jantungnya berdetak kencang.

Dia melihat kesekeliling, hingga yakin tidak ada yang mengikutinya dari belakang, barulah dia lega.

Asalkan kabur keluar negeri, maka dia sudah aman.

Setelah disana, dia bisa menyembunyikan kartu identitasnya, dengan begitu sekalipun orang keluarga Chen berhasil menemukannya, mereka juga tidak bisa membawanya pulang, asalkan dia menahan waktu 2 bulan ini saja, pikirnya.

Didalam siaran broadcast, dia akhirnya mendengar penerbangan dia, lalu dia bangkit dari kursi dan menarik nafas dalam-dalam, dia tersenyum, setelah lewat security check maka dia akan aman.

Dia bergegas berjalan kearah security check, karena terlalu cepat, dia menabrak seseorang, orang itu meminta maaf kepadanya.

“Minggir!” Juju memarahinya karena tidak sabaran, lalu berjalan melewatinya.

Juju berjalan ke gate security check yang paling sedikit orangnya, dan berdiri untuk menunggu security check, saat hampir giliran dia, dia baru menyadari bahwa identitas dirinya yang berada dalam tas hilang.

Dia tercengang dan mulai mencarinya dengan gelisah.

Petugas security check memanggilnya, “Nona, tolong serahkan identitas dirimu.”

“Maaf, tunggu sebentar.” Juju melangkah kesamping, didahinya mulai muncul keringat dingin.

Apa yang terjadi? Tadi jelas-jelas masih ada, mengapa bisa tiba-tiba hilang?

Setelah mencari seluruh tas dan tidak menemukan identitas diri, dia mulai berjalan kebelakang antrian, tadi ketika mengganti tiket, identitas dirinya masih ada, pasti terjatuh di dalam bandara, pikirnya.

Di parkiran bandara, seorang wanita bergegas melangkah menuju sebuah mobil, dia membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya, setelah masuk barulah dia memberikan identitas diri ditangannya kepada orang yang duduk dibelakang, “Nona Jessie, ini adalah barang yang kamu mau.”

“Terima kasih.” Josephine mengulurkan tangan dan menerima identitas diri dari orang itu, dia melihat nama didalam identitas diri, tertulis, Juju Zhu, fotonya adalah foto Juju.

Josephine merobeknya.

Ingin kabur? Tidak semudah itu!

Kecelakaan 2 tahun lalu, ditambah lagi dengan penculikan kali ini, jika dia masih tidak mencarikan keadilan untuk dirinya sendiri, maka dia akan terlalu bersalah terhadap dirinya sendiri, terlalu bersalah terhadap Jesslyn.

Orang yang begitu bersalah seperti dia, masih terlalu enak jika membiarkannya dipenjara saja, jika dia begitu ingin menjadi pasangan sejati, maka Josephine akan menyetujuinya, akan membiarkannya menjadi pasangan sejati terus!

Josephine mengerti seperti apa Nenek Chen itu, tidak ada yang bisa menghalanginya jika dia ingin melakukan apapun, tidak ada yang bisa menghalanginya, 2 bulan lagi, Juju pasti tidak bisa kabur dari tangan Nenek Chen.

Hari itu ketika Marco memberitahunya mengenai fakta pasangan sejati, Josephine benar-benar kaget, dan sama sekali tidak berani percaya.

Hingga Juju pergi ke ruang pasiennya, dan berkata ingin mengembalikan Claudius kepadanya, barulah dia sedikit mempercayainya, dan sekarang setelah melihat Juju begitu terburu-buru untuk kabur, dia semakin mempercayainya.

Dia pernah melihat tampang Nyonya Jing, orang yang sudah mati ratusan tahun namun kulitnya masih saja lembut, seolah-olah hanya saja tertidur saja, Josephine tidak percaya bahwa dia masih bisa hidup, namun dia percaya bahwa Nenek Chen bisa melakukan hal tidak bernaluri seperti itu.

Sekali terpikiran kejadian 2 tahun yang lalu, ketika dirinya terburu-buru mengendarai mobil untuk pulang dan memberitahu Nenek Chen mengenai fakta, Josephine merasa kecelakaan itu juga merupakan sebuah berkah pemberian, jika tidak hari ini yang akan kabur untuk mempertahankan nyawa bukanlah Juju melainkan dirinya.

Ada Juju yang begitu jahat mati untuknya, lumayan bagus!

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu